Pertumbuhan Ekonomi Loyo, Harapan Rupiah Rebound Jadi Tipis
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
06 May 2019 12:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah benar-benar tertekan pada perdagangan Senin (6/5/19). Pukul 12:00 WIB rupiah berada di kisaran Rp 14.325.
Memburuknya hubungan Amerika Serikat (AS) - China menjadi faktor utama yang menekan rupiah, ditambah lagi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dirilis lebih rendah dari prediksi, membuat peluang rebound atau bangkit rupiah menjadi tipis.
Pada Minggu (5/5/19) kemarin, melalui Twitter Presiden AS Donald Trump mengatakan akan meningkatkan bea impor dari China akibat Negeri Tiongkok tersebut dituduh mencoba melakukan re-negosiasi. Efek dari pernyataan Trump tersebut, China berencana untuk membatalkan perundingan dagang pekan ini.
Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional periode Januari-Maret sebesar 5,07% year-on-year (YoY). Laju paling lemah sejak kuartal I-2018.
Angka tersebut lumayan jauh dibandingkan ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan 5,19% sementara konsensus Reuters berada di 5,18%.
Analisis Teknikal
Pada grafik harian rupiah yang disimbolkan USD/IDR (garis oranye) kini bergerak di atas rerata (moving average/MA) 20 hari (garis merah) yang sudah menyilang dengan MA 5 /rerata 5 hari (garis ungu). Secara teknikal persilangan tersebut bisa menjadi sinyal naik (pelemahan rupiah).
Indikator Stochastic (grafik bagian bawah) berada di area jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama.
Stochastic merupakan leading indicator atau indikator yang mendahului pergerakan harga, sehingga ketika mencapai area overbought kemungkinan kenaikan USD/IDR atau pelemahan rupiah akan tertahan, dan menjadi sinyal awal koreksi turun (rupiah menguat) ke depannya.
Sementara pada time frame yang lebih kecil yakni satu jam, peluang bangkitnya rupiah (USD/IDR turun) terlihat cukup kecil. Rupiah bergerak di atas rerata 5 jam (MA 5) dan MA 20, padahal candle stick sebelumnya sudah menembus ke bawah 2 MA tersebut, sehingga menjadi false signal penurunan.
Sementara Stochastic sudah turun dari level overbought, seandainya candle stick mampu menembus kembali ke bawah dua MA tersebut atau menembus ke bawah Rp. 14.250 baru ada peluang rupiah akan bangkit.
Untuk saat ini pelemahan rupiah sepertinya masih terbuka dengan target ke kisaran Rp 14.350.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/prm) Next Article Berkebalikan Kemarin, Riyal Turun di Awal Kini Balik Menguat
Memburuknya hubungan Amerika Serikat (AS) - China menjadi faktor utama yang menekan rupiah, ditambah lagi dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dirilis lebih rendah dari prediksi, membuat peluang rebound atau bangkit rupiah menjadi tipis.
Pada Minggu (5/5/19) kemarin, melalui Twitter Presiden AS Donald Trump mengatakan akan meningkatkan bea impor dari China akibat Negeri Tiongkok tersebut dituduh mencoba melakukan re-negosiasi. Efek dari pernyataan Trump tersebut, China berencana untuk membatalkan perundingan dagang pekan ini.
Angka tersebut lumayan jauh dibandingkan ekspektasi pasar. Konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan 5,19% sementara konsensus Reuters berada di 5,18%.
Analisis Teknikal
![]() |
Pada grafik harian rupiah yang disimbolkan USD/IDR (garis oranye) kini bergerak di atas rerata (moving average/MA) 20 hari (garis merah) yang sudah menyilang dengan MA 5 /rerata 5 hari (garis ungu). Secara teknikal persilangan tersebut bisa menjadi sinyal naik (pelemahan rupiah).
Indikator Stochastic (grafik bagian bawah) berada di area jenuh beli (overbought) dalam waktu yang cukup lama.
Stochastic merupakan leading indicator atau indikator yang mendahului pergerakan harga, sehingga ketika mencapai area overbought kemungkinan kenaikan USD/IDR atau pelemahan rupiah akan tertahan, dan menjadi sinyal awal koreksi turun (rupiah menguat) ke depannya.
![]() |
Sementara pada time frame yang lebih kecil yakni satu jam, peluang bangkitnya rupiah (USD/IDR turun) terlihat cukup kecil. Rupiah bergerak di atas rerata 5 jam (MA 5) dan MA 20, padahal candle stick sebelumnya sudah menembus ke bawah 2 MA tersebut, sehingga menjadi false signal penurunan.
Sementara Stochastic sudah turun dari level overbought, seandainya candle stick mampu menembus kembali ke bawah dua MA tersebut atau menembus ke bawah Rp. 14.250 baru ada peluang rupiah akan bangkit.
Untuk saat ini pelemahan rupiah sepertinya masih terbuka dengan target ke kisaran Rp 14.350.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/prm) Next Article Berkebalikan Kemarin, Riyal Turun di Awal Kini Balik Menguat
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular