
Inflasi Uni Eropa Melesat Lampaui Perkiraan
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
03 May 2019 18:25

Brussels, CNBC Indonesia -Â Indeks harga konsumen di Uni Eropa (UE) melonjak menjadi 1,7% pada April, didorong oleh lonjakan harga yang mengejutkan di Jerman, menurut data agensi Eurostat yang dirilis, Jumat (3/5/2019).
Sebelumnya, analis yang disurvei oleh perusahaan data FactSet memperkirakan kenaikan inflasi yang lebih rendah, yaitu menjadi 1,6% dari 1,4% yang tercatat pada Maret.
Kenaikan harga diperkirakan terjadi karena ada keterlambatan waktu liburan Paskah. Namun, inflasi ini diperkirakan akan turun pada akhir tahun menyusul harga energi yang lemah, dilansir dari AFP.
Lonjakan harga akan menjadi berita baik bagi Bank Sentral Eropa (ECB), yang selama bertahun-tahun telah menerapkan suku bunga ultra-rendah dan menyuntikkan stimulus bernilai triliunan euro untuk memicu inflasi di seluruh zona euro yang terdiri dari 19 negara agar mencapai targetnya sedikit di bawah 2%.
Bankir sentral juga akan mengevaluasi dengan cermat kenaikan inflasi inti, yang mengecualikan harga-harga komoditas yang bergejolak, seperti energi. Peningkatan harga energi mencapai 1,2% pada April, naik dari 0,8% pada Maret.
Kenaikan inflasi terjadi saat kekhawatiran mengenai perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa mencuat, meskipun data pertumbuhan pada hari Selasa menunjukkan zona euro tidak secara langsung berisiko jatuh ke dalam resesi.
Jerman dan Italia turut menyebabkan ketakutan akan terjadinya perlambatan ekonomi. Perekonomian Jerman yang berorientasi pada ekspor harus menanggung dampak perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dan ekonomi Italia diperkirakan mandek karena tingkat utang yang tinggi dan permintaan domestik rendah.
Sebelum rilis data hari Jumat, bank sentral UE bulan lalu memangkas prediksi pertumbuhan inflasi mereka, di mana inflasi diperkirakan naik dari hanya 1,2% tahun ini menjadi 1,6% pada tahun 2021, konsisten dari target 2%.
Ekonom menyebut inflasi yang terus-menerus rendah menyebabkan upah tidak naik meski ekonominya tumbuh. Hal ini dipercaya menyebabkan berkurangnya permintaan konsumen.
Pada hari Selasa, data menunjukkan bahwa inflasi di ekonomi terbesar Eropa, Jerman, melonjak pada April menjadi 2,0% secara tahunan.
(prm) Next Article Inflasi UE Turun Dalam, Bank Sentral Jadi Galau?
Sebelumnya, analis yang disurvei oleh perusahaan data FactSet memperkirakan kenaikan inflasi yang lebih rendah, yaitu menjadi 1,6% dari 1,4% yang tercatat pada Maret.
Kenaikan harga diperkirakan terjadi karena ada keterlambatan waktu liburan Paskah. Namun, inflasi ini diperkirakan akan turun pada akhir tahun menyusul harga energi yang lemah, dilansir dari AFP.
Bankir sentral juga akan mengevaluasi dengan cermat kenaikan inflasi inti, yang mengecualikan harga-harga komoditas yang bergejolak, seperti energi. Peningkatan harga energi mencapai 1,2% pada April, naik dari 0,8% pada Maret.
Kenaikan inflasi terjadi saat kekhawatiran mengenai perlambatan pertumbuhan ekonomi Eropa mencuat, meskipun data pertumbuhan pada hari Selasa menunjukkan zona euro tidak secara langsung berisiko jatuh ke dalam resesi.
Jerman dan Italia turut menyebabkan ketakutan akan terjadinya perlambatan ekonomi. Perekonomian Jerman yang berorientasi pada ekspor harus menanggung dampak perang dagang Amerika Serikat (AS)-China dan ekonomi Italia diperkirakan mandek karena tingkat utang yang tinggi dan permintaan domestik rendah.
Sebelum rilis data hari Jumat, bank sentral UE bulan lalu memangkas prediksi pertumbuhan inflasi mereka, di mana inflasi diperkirakan naik dari hanya 1,2% tahun ini menjadi 1,6% pada tahun 2021, konsisten dari target 2%.
Ekonom menyebut inflasi yang terus-menerus rendah menyebabkan upah tidak naik meski ekonominya tumbuh. Hal ini dipercaya menyebabkan berkurangnya permintaan konsumen.
Pada hari Selasa, data menunjukkan bahwa inflasi di ekonomi terbesar Eropa, Jerman, melonjak pada April menjadi 2,0% secara tahunan.
(prm) Next Article Inflasi UE Turun Dalam, Bank Sentral Jadi Galau?
Most Popular