Likuiditas Ketat, Bank Mandiri Naikkan Bunga Spesial Deposito

Yanurisa Ananta, CNBC Indonesia
29 April 2019 20:15
Bank Mandiri berupaya meraih dana pihak ketiga (DPK) dengan menaikkan bunga spesial deposito (special rate).
Foto: Paparan Publik Laporan Keuangan Triwulan I/2019 PT Bank Mandiri (PERSER) Tbk. (CNBC Indonesia/Aya)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pendapatan bunga bersih (Net Interest Margin/NIM) PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengalami penurunan pada kuartal I-2019. Berdasarkan paparannya, NIM Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 4 ini turun secara tahunan (year-on-year/yoy), dari posisi Maret 2018 sebesar 5,80% menjadi 5,66% di kuartal I-2019.

Direktur Keuangan Bank Mandiri, Panji Irawan, menjelaskan penurunan NIM ini terjadi sebagai dampak dari kondisi likuiditas yang ketat. Sehingga Bank Mandiri berupaya meraih dana pihak ketiga (DPK) dengan menaikkan bunga spesial deposito (special rate).

"Kami sadar suku bunga dari market memang tendensinya karena likuiditas ketat sehingga masih harus dapatkan (dana) dengan special rate," kata Panji dalam Paparan Kinerja Bank Mandiri Kuartal I-2019, di Jakarta, Senin (29/4/2019).

Panji menjelaskan, strategi menaikan bunga spesial deposito ini tidak digunakan di tahun lalu. Namun tahun ini, seiring dengan likuiditas yang ketat bunga spesial deposito dinaikkan.

"Tahun lalu kami tidak pakai jurus itu, di tahun ini apa boleh buat, maka di dalam deposito special rate terpaksa kami harus masuk," tuturnya.



Namun demikian, kenaikan bunga spesial deposito itu dikompensasi dengan menaikkan bunga kredir, dan menaruh kelebihan likuiditas yang ada di instrumen jangka pendek ke obligasi.

"Kami sadar semua bank terjadi peningkatan cost of fund. Tapi yang kami lakukan adalah perlahan kami kompensasikan kenaikan cost of fund itu ke loan (kredit) dan portfolio mixing dari short term placement ke bond. Ini memperbaiki kami punya aset," kata Panji.

Adapun NIM Bank Mandiri dirancang hingga akhir tahun berada di 5,6%-5,8%. Menurut Panji, penurunan NIM yang terjadi masih lebih kecil, karena bunga kredit naik 10 basis poin (bps) dari sebelumnya 8,2% ke 8,3%. Sementara, biaya dana (cost of fund) berada di 2,9%.

Direktur Bisnis Kecil dan Jaringan Bank Mandiri, Hery Gunardi, menambahkan semula Bank Mandiri tidak menggunakan bunga spesial untuk mendapatkan dana deposito, tapi apa boleh buat karena persaingan perbankan mengetat.

"Cuma memang ada jeda waktu tidak bisa langsung. Begitu dananya naik tidak bisa langsung kita pass through, jadi secara gradual kami juga suku bunga kredit kita. Sehingga ada penurunan [NIM], tapi penurunan ini tidak terlalu signifikan," lanjutnya.

Direktur Manajemen dan Risiko, Ahmad Siddik Badruddin, mengatakan Bank Mandiri juga tetap berhati-hati dalam menaikkan bunga spesial deposito ini agar tidak berdampak pada cost of fund perusahaan di akhir tahun.

"Kita lakukan kalibrasi untuk memastikan bahwa special rate itu diberikan secara prudent dan tidak menimbulkan negatif impact terhadap cost of fund di akhir tahun," imbuhnya.

Total dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun Bank Mandiri pada kuartal I ini tumbuh 7,6% yoy atau tumbuh Rp58,5 triliun, yaitu mencapai angka Rp 827,8 triliun. Tabungan rupiah tumbuh 6,2% yoy menjadi Rp 303,6 triliun dan tabungan valuta asing tumbuh 10,3% yoy menjadi Rp 27,7 triliun.

Giro rupiah tumbuh 6% yoy menjadi Rp132 triliun dan giro valuta asing turun 14%. Deposito rupiah tumbuh 5,8% yoy menjadi Rp 260,7 triliun dan deposito valas tumbuh 96,1% yoy menjadi Rp 50,6 triliun.
(wed/wed) Next Article Top! Asing Borong Rp 1,08 T, Saham BMRI Melesat 8,81%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular