
Investor Mencari Kenyamanan, Surat Utang RI Ditinggalkan
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 April 2019 13:53

Investor memburu aset aman seperti obligasi pemerintah AS karena sinyal perlambatan ekonomi global semakin terlihat. Angka pembacaan awal indeks iklim bisnis Jerman untuk periode April adalah 99,2. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 99,7.
Jerman adalah perekonomian terbesar di Eropa. Jika Jerman lesu, maka seluruh Benua Biru bisa ikut lesu.
Kemudian produksi industrial di negara-negara Zona Euro pada Februari turun 0,3% secara year-on-year (YoY). Dengan demikian, produksi industrial Benua Biru sudah terkontraksi alias negatif selama empat bulan beruntun.
Kemudian di Jepang, bank sentral Negeri Matahari Terbit (BoJ) kembali mempertahankan suku bunga acuan di angka -0,1%. Gubernur Haruhiko Kuroda dan kolega menyatakan kebijakan moneter ultra longgar ini kemungkinan akan bertahan cukup lama yaitu setidaknya hingga tahun depan.
Sebab, sepertinya butuh waktu lebih lama untuk mencapai target inflasi yang disasar BoJ yaitu 2%. Untuk tahun fiskal 2019, BoJ menurunkan proyeksi inflasi dari 1,6% menjadi 1,1%.
Perkembangan ini menunjukkan perekonomian Negeri Sakura masih terjebak dalam stagnasi. Inflasi yang rendah (bahkan kerap kali terjadi deflasi) menandakan dunia usaha enggan menaikkan harga karena permintaan yang begitu-begitu saja.
Sedangkan pada kuartal I-2019, pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tercatat 1,8% year-on-year (YoY). Jauh di bawah ekspektasi pasar yaitu 2,5%, dan menjadi laju terlemah sejak kuartal III-2009 atau nyaris 10 tahun.
Risiko perlambatan ekonomi dunia membuat investor memilih bermain aman. Akibatnya aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk obligasi pemerintah Indonesia, dilepas oleh pelaku pasar.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI), sesuai perkiraan, mempertahankan suku bunga acuan di angka 6%. Sehingga keputusan Gubernur Perry Warijiyo dan sejawat tidak banyak mempengaruhi pasar obligasi, dampaknya netral saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Jerman adalah perekonomian terbesar di Eropa. Jika Jerman lesu, maka seluruh Benua Biru bisa ikut lesu.
Kemudian produksi industrial di negara-negara Zona Euro pada Februari turun 0,3% secara year-on-year (YoY). Dengan demikian, produksi industrial Benua Biru sudah terkontraksi alias negatif selama empat bulan beruntun.
Sebab, sepertinya butuh waktu lebih lama untuk mencapai target inflasi yang disasar BoJ yaitu 2%. Untuk tahun fiskal 2019, BoJ menurunkan proyeksi inflasi dari 1,6% menjadi 1,1%.
Perkembangan ini menunjukkan perekonomian Negeri Sakura masih terjebak dalam stagnasi. Inflasi yang rendah (bahkan kerap kali terjadi deflasi) menandakan dunia usaha enggan menaikkan harga karena permintaan yang begitu-begitu saja.
Sedangkan pada kuartal I-2019, pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tercatat 1,8% year-on-year (YoY). Jauh di bawah ekspektasi pasar yaitu 2,5%, dan menjadi laju terlemah sejak kuartal III-2009 atau nyaris 10 tahun.
Risiko perlambatan ekonomi dunia membuat investor memilih bermain aman. Akibatnya aset-aset berisiko di negara berkembang, termasuk obligasi pemerintah Indonesia, dilepas oleh pelaku pasar.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI), sesuai perkiraan, mempertahankan suku bunga acuan di angka 6%. Sehingga keputusan Gubernur Perry Warijiyo dan sejawat tidak banyak mempengaruhi pasar obligasi, dampaknya netral saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular