
Koreksi Boleh Terjadi, Asing Tetap Masuk Pasar SUN
Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
26 April 2019 19:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Meskipun pasar obligasi terkoreksi beruntun dan cukup dalam pekan ini, namun investor asing masih masuk ke pasar efek surat utang. Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup terkoreksi hari ini dan membukukan tren koreksi sepekan penuh.
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 5,2 basis poin (bps) menjadi 8,22%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Koreksi terjadi sejak Senin dan mengangkat yield seri acuan 10 tahun, yang biasa menjadi acuan utama dari seluruh pasar, sebesar 19 bps. Besaran tersebut relatif besar untuk pergerakan sepekan.
Sumber: Refinitiv
Untungnya, koreksi tersebut dibarengi oleh masuknya investor asing ke pasar SUN yang secara akumulatif mencapai Rp 10,63 selama sepekan sejak akhir pekan lalu.
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,28 poin (0,12%) menjadi 246,73 dari posisi kemarin 247,01. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 525 bps, melebar dari posisi kemarin 521 bps. Yield US Treasury 10 tahun masih stagnan dari posisi kemarin 2,52%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini inversi yang masih terjadi tinggal seri 3 bulan-5 tahun, dan turut menunjukkan bahwa inversi seri 2 tahun-5 tahun sudah tidak terjadi lagi. Inversi keduanya lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis di AS.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam. Hal ini sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat. Inversi yang terjadi saat ini mencerminkan bahwa ancaman potensi krisis semakin menjauh dari pasar AS.
Sumber: Refinitiv
Arus dana asing yang masuk ke pasar SUN saat ini tercatat Rp 10,63 triliun selama sepekan, dan sejak awal tahun nilainya sudah mencapai Rp 70,41 triliun.
Angka kepemilikannya masih positif dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir tersebut menunjukkan investor asing menggenggam 38,48% dari total beredar Rp 2.504 triliun berdasarkan data per 25 April.
Selama sehari kemarin, data yang sama menunjukkan investor asing masuk ke pasar senilai Rp 9,23 triliun. Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas yang justru berbalik menguat dari koreksi di pagi hari.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, India, Malaysia, dan Rusia. Di negara maju, penguatan terjadi secara luas, yaitu pasar bund Jerman, OAT Perancis, gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury, yang menunjukkan bahwa pelaku pasar sedang memburu instrumen yang dianggap lebih aman dibanding pasar saham tersebut di tengah kontraksi global.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saksikan Video Membaca Peluang Investasi Pascapemilu
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Pasar Global Menguat, Harga Obligasi RI Koreksi
Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 5,2 basis poin (bps) menjadi 8,22%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Koreksi terjadi sejak Senin dan mengangkat yield seri acuan 10 tahun, yang biasa menjadi acuan utama dari seluruh pasar, sebesar 19 bps. Besaran tersebut relatif besar untuk pergerakan sepekan.
Yield Obligasi Negara Acuan 26 Apr'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 25 Apr'19 (%) | Yield 26 Apr'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 25 Apr'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.182 | 7.212 | 3.00 | 7.1669 |
FR0078 | 10 tahun | 7.737 | 7.778 | 4.10 | 7.7343 |
FR0068 | 15 tahun | 8.17 | 8.222 | 5.20 | 8.1935 |
FR0079 | 20 tahun | 8.309 | 8.33 | 2.10 | 8.2946 |
Avg movement | 3.60 |
Untungnya, koreksi tersebut dibarengi oleh masuknya investor asing ke pasar SUN yang secara akumulatif mencapai Rp 10,63 selama sepekan sejak akhir pekan lalu.
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,28 poin (0,12%) menjadi 246,73 dari posisi kemarin 247,01. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 525 bps, melebar dari posisi kemarin 521 bps. Yield US Treasury 10 tahun masih stagnan dari posisi kemarin 2,52%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini inversi yang masih terjadi tinggal seri 3 bulan-5 tahun, dan turut menunjukkan bahwa inversi seri 2 tahun-5 tahun sudah tidak terjadi lagi. Inversi keduanya lumrah terjadi sejak perang dagang China-AS memanas pada Agustus tahun lalu.
Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang. Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis di AS.
Saat ini pelaku pasar global lebih menantikan inversi yang terjadi pada tenor 3 bulan-10 tahun yang mulai terjadi pada awal tahun tetapi timbul dan tenggelam. Hal ini sebagai indikator yang lebih menegaskan kembali bahwa potensi resesi AS semakin dekat. Inversi yang terjadi saat ini mencerminkan bahwa ancaman potensi krisis semakin menjauh dari pasar AS.
Yield US Treasury Acuan 26 Apr 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 25 Apr'19 (%) | Yield 26 Apr'19 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.429 | 2.422 | 3 bulan-5 tahun | 10.4 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.33 | 2.312 | 2 tahun-5 tahun | -0.6 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.302 | 2.283 | 3 tahun-5 tahun | -3.5 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.332 | 2.318 | 3 bulan-10 tahun | -10.5 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.534 | 2.527 | 2 tahun-10 tahun | -21.5 |
Arus dana asing yang masuk ke pasar SUN saat ini tercatat Rp 10,63 triliun selama sepekan, dan sejak awal tahun nilainya sudah mencapai Rp 70,41 triliun.
Angka kepemilikannya masih positif dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir tersebut menunjukkan investor asing menggenggam 38,48% dari total beredar Rp 2.504 triliun berdasarkan data per 25 April.
Selama sehari kemarin, data yang sama menunjukkan investor asing masuk ke pasar senilai Rp 9,23 triliun. Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas yang justru berbalik menguat dari koreksi di pagi hari.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di Brasil, India, Malaysia, dan Rusia. Di negara maju, penguatan terjadi secara luas, yaitu pasar bund Jerman, OAT Perancis, gilt Inggris, JGB Jepang, dan US Treasury, yang menunjukkan bahwa pelaku pasar sedang memburu instrumen yang dianggap lebih aman dibanding pasar saham tersebut di tengah kontraksi global.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 25 Apr'19 (%) | Yield 26 Apr'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.02 | 8.98 | -4.00 |
China | 3.387 | 3.421 | 3.40 |
Jerman | -0.009 | -0.014 | -0.50 |
Perancis | 0.37 | 0.361 | -0.90 |
Inggris | 1.155 | 1.154 | -0.10 |
India | 7.424 | 7.418 | -0.60 |
Jepang | -0.031 | -0.043 | -1.20 |
Malaysia | 3.809 | 3.785 | -2.40 |
Filipina | 5.981 | 6.006 | 2.50 |
Rusia | 8.28 | 8.27 | -1.00 |
Singapura | 2.158 | 2.182 | 2.40 |
Thailand | 2.415 | 2.46 | 4.50 |
Amerika Serikat | 2.533 | 2.527 | -0.60 |
Afrika Selatan | 8.57 | 8.59 | 2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
Saksikan Video Membaca Peluang Investasi Pascapemilu
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Pasar Global Menguat, Harga Obligasi RI Koreksi
Most Popular