Tak Tahu Arah, Pasar Obligasi Tak Kuasa Bangkit Lagi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
26 April 2019 11:36
Koreksi cukup dalam, pasar obligasi berpotensi cetak tren turun Lagi.
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi tajam pada perdagangan Jumat pagi ini (26/4/2019). Koreksi ini membuka peluang terjadinya tren pelemahan panjang seperti yang terjadi pada 2 pekan lalu.

Koreksi diprediksi terjadi hingga akhir perdagangan, di tengah sentimen buruk terkait dengan tidak tumbuhnya ekonomi Korea Selatan yang datanya diumumkan kemarin dan melemahnya kinerja emiten di pasar saham Wall Street di AS, tadi pagi.

Data Bank of Korea (BOK) mengumumkan nilai PDB Korsek di kuartal pertama turun 0,3% dibandingkan kuartal sebelumnya yang masih tumbuh 1%. Ini adalah penurunan terburuk sejak kontraksi 3,3% di akhir 2008.

Sentimen global tersebut memicu persepsi investor di pasar obligasi.


Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.


Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 5,9 basis poin (bps) menjadi  7,79%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Yield Obligasi Negara Acuan 26 Apr'19
SeriJatuh tempoYield 25 Apr'19 (%)Yield 26 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 25 Apr'19
FR00775 tahun7.1827.2143.207.1545
FR007810 tahun7.7377.7965.907.7091
FR006815 tahun8.178.2164.608.1831
FR007920 tahun8.3098.343.108.2898
Avg movement4.20
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 954,43 triliun SBN, atau 38,48% dari total beredar Rp 2.480 triliun berdasarkan data per 24 April.

Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 61,18 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang terkoreksi 0,2%.

Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi terjadi secara luas kecuali di Brasil dan Malaysia. Di negara maju, penguatan justru terjadi yaitu di pasar bund Jerman, OAT Perancis, gilt Inggris, dan JGB Jepang.

Hal tersebut mencerminkan investor masih lebih memburu pasar obligasi di negara maju untuk menghindari risiko di tengah kontraksi pasar keuangan global, dibandingkan dengan ke pasar saham yang lebih berfluktuasi.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 25 Apr'19 (%)Yield 26 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.028.98-4.00
China3.3873.4334.60
Jerman-0.009-0.012-0.30
Perancis0.370.369-0.10
Inggris1.1551.154-0.10
India7.4247.4512.70
Jepang-0.031-0.035-0.40
Malaysia3.8093.784-2.50
Filipina5.9815.9941.30
Rusia8.288.291.00
Singapura2.1582.1782.00
Thailand2.4152.4756.00
Amerika Serikat2.5332.5340.10
Afrika Selatan8.578.592.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA

(tas) Next Article Kali Ini, Cuitan Trump Bakal Hijaukan Pasar SUN

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular