Ada Kendala Poyek, Q1-2019 Acset Indonusa Merugi Rp 90 M

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
24 April 2019 13:42
Ini menjadi kerugian kuartalan tertinggi setidaknya sejak 5 tahun terakhir.
Foto: CNBC Indonesia/Monica Ramadhona
Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten konstruksi di bawah naungan Grup Astra, PT Acset Indonusa Tbk (ACST), pada 3 bulan pertama tahun ini tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan kinerja keuangan.

Hingga akhir Maret 2019, ACST justru membukukan total rugi bersih hingga Rp 90,7 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat untuk Rp 38,93 miliar. Ini menjadi kerugian kuartalan tertinggi setidaknya sejak 5 tahun terakhir.

Berita tersebut, pastinya mengecewakan bagi pelaku pasar. Pasalnya sepanjang tahun lalu, laba bersih perusahaan juga terjun bebas dengan terpangkas 88,13% year-on-year (YoY) menjadi Rp 18,3 miliar.

Penyebab kerugian perusahaan pada kuartal I-2019 bukanlah dari anjloknya pendapatan. Pasalnya, ACST mampu mencatatkan pendapatan sebesar Ro 806,67 miliar, tumbuh 9,94% secara tahunan.

Pada periode tersebut, pendapatan terbesar masih berasal dari sektor infrastruktur sebesar 69%, diikuti oleh sektor konstruksi (23%), sektor fondasi dan lainnya (8%).

Namun, ada catatan penting yang harus diperhatikan pelaku pasar. Pada 3 bulan pertama capaian kontrak baru perusahaan baru 0,39% atau setara Rp 58,6 miliar (dari total target Rp 15 triliun), melansir press release ACST.

Lebih lanjut, momok rapor merah ACST sejatinya dikarenakan melesatnya beban pendapatan dan beban keuangan. Proporsi beban pendapatan terhadap total pemasukan pada kuartal pertama naik signifikan menjadi 87,71% dari sebelumnya sekitar 80,22%. Semakin tinggi proporsi beban pendapatan, semakin kecil pula margin yang diperoleh.

Selain itu, Beban keuangan naik hampir 3 kali lipat (181,95% YoY) dan tercatat Rp 118,83 miliar, dari sebelumnya Rp 42,15 miliar. Jika dirinci, beban keuangan terbesar berasal dari beban pinjaman bank jangka pendek dan biaya bank.

Dalam press release, perusahaan menambahkan bahwa biaya keuangan dan beban pendapatan melesat karena ada perubahan dalam proyek yang sedang berjalan.

Nampaknya, perubahan dalam proyek tersebut masih berhubungan dengan hambatan yang mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan tahun lalu.

Presiden Direktur Acset Jeffry Gunadi Chandrawijaya menyampaikan bahwa anjloknya laba perusahaan di tahun 2018 dikarenakan molornya proyek yang sedang berjalan dan kenaikan biaya konstruksi, dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada Rabu (10/4/2019).

Kinerja keuangan di atas bisa dikatakan cukup memprihatinkan. Jika kondisi ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan akan merugi. Terlebih lagi, progress kontrak baru perusahaan tahun ini belum menyentuh angka 1%, tentunya peluang skenario merugi semakin besar.

Pada akhir perdagangan bursa sesi I, investor menghukum saham ACST dengan koreksi 1,47% ke level Rp 1.675/unit

TIM RISET CNBC INDONESIA
(dwa/hps) Next Article 2018 Tahun Buruk Bagi ACST, Laba Bersih Anjlok 88%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular