Harley Davidson Panaskan AS-Eropa, Pasar Obligasi Tertekan

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
24 April 2019 11:18
Harga obligasi rupiah pemerintah semakin menjauh dari zona hijau sejak pembukaan pasar pagi tadi.
Foto: Obligasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah semakin menjauh dari zona hijau sejak pembukaan pasar pagi tadi hingga siang ini menjelang tengah hari, Rabu (24/4/2019).

Koreksi terjadi seiring dengan memburuknya iklim keuangan global akibat kekhawatiran terhadap kelanjutan proses keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) dan perang dagang Eropa-Amerika Serikat (AS) yang dipicu motor Harley Davidson.

Presiden AS Donald Trump kembali menebar ancaman perang dagang kepada Uni Eropa terkait dengan kinerja pabrikan moge Harley Davidson yang turun. Penyebabnya ditengarai karena bea yang dikenakan Uni Eropa.


Dari Eropa, Perdana Menteri Inggris Theresa May sedang berusaha memasukkan beberapa undang-undang negaranya ke dalam perjanjian Brexit tetapi semakin terancam oleh tenggat waktu yang kian sempit.

Dua sentimen global itu turut menekan harga Surat Utang Negara (SUN).

Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 4,5 basis poin (bps) menjadi 8,25%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Yield Obligasi Negara Acuan 24 Apr'19
SeriJatuh tempoYield 23 Apr'19 (%)Yield 24 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 23 Apr'19
FR00775 tahun7.1267.1573.107.0879
FR007810 tahun7.6527.6711.907.6235
FR006815 tahun8.0878.1233.608.0748
FR007920 tahun8.2098.2544.508.218
Avg movement3.28
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) per 22 April menunjukkan investor asing menggenggam Rp 951,63 triliun SBN, atau 38,73% dari total beredar Rp 2.479 triliun.

Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 58,38 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas yang turun 0,25% hingga siang ini.

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hampir terjadi di seluruh negara dan koreksi hanya terjadi di Filipina, Rusia, dan Afsel.

Di negara maju, penguatan juga terjadi secara luas dan tidak terjadi koreksi dari lima negara utama. Hal tersebut mencerminkan kontraksi pasar keuangan di negara maju. 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 23 Apr'19 (%)Yield 24 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil8.988.88-10.00
China3.4343.427-0.70
Jerman0.0420.04-0.20
Perancis0.3960.394-0.20
Inggris1.2271.224-0.30
India7.4747.473-0.10
Jepang-0.029-0.035-0.60
Malaysia3.8913.87-2.10
Filipina6.1246.1371.30
Rusia8.258.283.00
Singapura2.1952.183-1.20
Thailand2.52.49-1.00
Amerika Serikat2.572.56-1.00
Afrika Selatan8.4658.558.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas) Next Article Ekonomi China Mulai Pulih, Harga Obligasi Rupiah Menguat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular