Drama Pilpres Masih Panjang, Pasar Obligasi Sudah Terkoreksi

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
22 April 2019 13:24
Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi pada perdagangan sesi pertama pasar hari ini.
Foto: Obligasi (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi pada perdagangan sesi pertama pasar hari ini, Senin (22/4/2019) selepas pekan selesainya pencoblosan Pilpres 2019.

Koreksi harga Surat Utang Negara (SUN) seiring dengan melemahnya pasar keuangan regional dan penantian investor menjelang hitungan resmi hasil pilpres yang masih sangat panjang, paling lambat rampung 22 Mei mendatang.

Turunnya harga SUN seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.


Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.

Seri acuan yang paling melemah adalah FR0068 yang bertenor 15 tahun dengan kenaikan yield 2,8 basis poin (bps) menjadi 8,03%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Tiga seri acuan lain juga menguat dengan kenaikan yield yang lebih tipis.
  
Yield Obligasi Negara Acuan 22 Apr'19
SeriJatuh tempoYield 18 Apr'19 (%)Yield 22 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)Yield wajar IBPA 18 Apr'19
FR00775 tahun7.1027.1131.107.0815
FR007810 tahun7.5817.61.907.5421
FR006815 tahun8.0028.032.807.9861
FR007920 tahun8.1498.1752.608.1072
Avg movement2.10
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 952,69 triliun SBN, atau 38,51% dari total beredar Rp 2.473 triliun berdasarkan data per 16 April.

Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 59,44 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya melemah 1,39% dan 0,37%.

Dari pasar surat utang negara berkembang, koreksi masih melanda dan penguatan hanya dialami Brasil, India, dan Afsel.

Di negara maju, penurunan harga juga masih terjadi dan yang mengalami penguatan hanya di pasar bund Jerman yang baru keluar dari zona sub-zero beberapa pekan terakhir.  

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
NegaraYield 18 Apr'19 (%)Yield 22 Apr'19 (%)Selisih (basis poin)
Brasil9.018.96-5.00
China3.393.4081.80
Jerman0.0240.023-0.10
Perancis0.3670.370.30
Inggris7.4197.475.10
India-0.024-0.034-1.00
Jepang3.9143.9321.80
Malaysia6.1146.1140.00
Filipina8.248.240.00
Rusia2.1352.1592.40
Singapura2.4752.480.50
Thailand2.5582.5670.90
Amerika Serikat8.4658.4650.00
Afrika Selatan1.1971.191-0.60
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(tas) Next Article Damai Dagang Positif, Harga SUN Menguat Hari Ini

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular