Rupiah Lemas di Kurs Tengah BI dan Spot, Karena Korea Utara?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
11 April 2019 10:48
Padahal Dolar AS Juga Lesu
Ilustrasi Dolar AS (CNBC Indonesia/A Kristianto)
Sebenarnya lucu juga rupiah dkk melemah karena begitu banyak sentimen yang justru positif. Dini hari tadi waktu Indonesia, The Federal Reserve/The Fed merilis risalah rapat (minutes of meeting) edisi Maret yang di dalamnya menegaskan betapa Jerome 'Jay' Powell dan kolega begitu hati-hati. 

"Mayoritas peserta rapat memperkirakan proyeksi ekonomi dan risiko ke depan kemungkinan menyebabkan suku bunga acuan tidak berubah sampai akhir tahun. Para peserta rapat juga menyadari berbagai ketidakpastian, termasuk yang menyangkut ekonomi dan pasar keuangan global," sebut risalah itu. 


Pintu kenaikan suku bunga acuan yang semakin tertutup membuat dolar AS terpojok. Sebab tanpa dukungan kenaikan suku bunga, berinvestasi di mata uang ini menjadi kurang seksi. Akibatnya, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama) melemah 0,01% pada pukul 10:16 WIB. 

Kedua, ada perkembangan positif dari arena dialog Uni Eropa-Inggris terkait Brexit. Uni Eropa akhirnya setuju untuk memberikan tambahan waktu bagi Inggris untuk mempersiapkan perpisahan. Sedianya Brexit akan terjadi pada 12 April. 

Donald Tusk, Presiden Komisi Uni Eropa, mengungkapkan pelaksanaan Brexit akan diundur sampai 31 Oktober. Melalui cuitan di Twitter, Tusk menyebutkan Inggris punya waktu 6 bulan untuk merumuskan solusi terbaik. 


Investor sebetulnya bisa bernafas lega, karena risiko No-Deal Brexit bisa terhindarkan. Sebab bila dipaksakan Inggris bercerai dari Uni Eropa pada 12 April, maka dapat dipastikan London tidak akan mendapat kompensasi apa-apa. Segala bentuk perdagangan Inggris-Uni Eropa harus mematuhi aturan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) yaitu dikenakan bea masuk. Kini ada waktu bagi Inggris untuk melakukan konsolidasi internal untuk merumuskan formula terbaik. 


Lalu di China, ada rilis data yang lumayan oke. Inflasi di tingkat produsen (PPI) China pada Maret tercatat 0,4% year-on-year (YoY), kenaikan pertama dalam 9 bulan terakhir. Ini menandakan dunia usaha China mulai pulih, ditopang oleh stimulus fiskal dan moneter yang digelontorkan pemerintah dan Bank Sentral China (PBoC). 

Sementara inflasi di tingkat konsumen (CPI) pada Maret adalah 2,3% YoY, laju tercepat sejak Oktober 2018. Tidak hanya dunia usaha, konsumen pun terlihat lebih bergairah. 

(BERLANJUT KE HALAMAN 3)

(aji/aji)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular