Sempat Melaju di Menit-menit Akhir, IHSG Berakhir Memerah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 April 2019 17:05
Sempat Melaju di Menit-menit Akhir, IHSG Berakhir Memerah
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan Rabu ini (10/4/2019) dengan koreksi sebesar 0,09% ke level 6.478,33 seiring dengan sentimen ekonomi global yang diprediksi melemah.

Pada saat pembukaan, IHSG juga melemah 0,12%. Walau sempat melaju di menit-menit akhir perdagangan, IHSG tetap tak bisa finis di zona hijau.

Saham-saham yang berkontribusi signifikan bagi pelemahan IHSG di antaranya PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-1,45%), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk/CPIN (-1,89%), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (-0,5%), PT Kimia Farma Tbk/KAEF (-10,03%), dan PT United Tractors Tbk/UNTR (-1,42%).

IHSG melemah kala bursa saham utama kawasan Asia ditransaksikan bervariasi. Indeks Nikkei turun 0,53%, indeks Hang Seng juga turun 0,13%, indeks Shanghai naik 0,07%, indeks Straits Times naik 0,07%, dan indeks Kospi menguat 0,49%.


Perlambatan ekonomi dunia yang kian terasa membuat instrumen berisiko seperti saham dilego investor.

Selepas serangkaian data ekonomi yang mengecewakan dari negara-negara maju, Dana Moneter Internasional (IMF) akhirnya memangkas proyeksi mereka atas pertumbuhan ekonomi global tahun ini menjadi 3,3%, dari sebelumnya 3,5% yang dibuat Januari.

Memang, target pertumbuhan ekonomi Indonesia di saat yang bersamaan justru dinaikkan. Kini, Managing Director IMF Christine Lagarde dan koleganya mematok perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,2% pada tahun ini, naik dari proyeksi bulan Oktober lalu yang sebesar 5,1%.


Namun, revisi ke bawah atas target pertumbuhan ekonomi dari beberapa negara mitra dagang utama Indonesia jelas membawa risiko bagi perekonomian tanah air.

Jepang misalnya, pertumbuhan ekonomi Negeri Sakura tahun ini diperkirakan hanya 1%, melambat dibandingkan proyeksi yang dibuat pada Januari lalu yaitu 1,1%.

Kemudian, pertumbuhan ekonomi India tahun ini diramal 7,3%, juga melambat dibandingkan perkiraan sebelumnya yaitu 7,5%.

Lebih lanjut, perekonomian AS diproyeksikan hanya akan tumbuh sebesar 2,3% pada tahun ini, turun dari proyeksi yang dibuat pada bulan Januari sebesar 2,5%.

Sebagai informasi, perekonomian AS tumbuh hingga 2,9% pada tahun 2018. Jika proyeksi dari IMF menjadi kenyataan, bisa dikatakan bahwa perekonomian AS mengalami hard landing pada tahun ini.

LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>

Belum juga sengkarut perang dagang AS-China usai, kini pelaku pasar dihadapkan pada risiko perang dagang AS-Uni Eropa.

Presiden AS Donald Trump mengancam bakal mengenakan bea masuk kepada importasi produk-produk Benua Biru senilai US$ 11 miliar. Trump murka karena Uni Eropa dituding memberikan subsidi yang besar kepada Airbus, yang dinilainya sebagai praktik persaingan tidak sehat.

"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter.

Melaju di Menit-Menit Akhir, IHSG Tetap Berakhir MelemahFoto: Cuitan Trump di Twitter

Sebelumnya, Kantor Perwakilan Dagang AS telah mengajukan daftar produk-produk asal Uni Eropa yang bisa dikenakan bea masuk sebagai pembalasan atas subsidi kepada Airbus. Daftar tersebut antara lain berisi pesawat penumpang dan suku cadangnya, produk turunan susu, sampai anggur (wine).

Di sisi lain, Uni Eropa tidak tinggal diam. Juru Bicara Komisi Uni Eropa Maragaritis Schinas menegaskan bahwa Brussel akan menyiapkan langkah pembalasan jika AS jadi menerapkan bea masuk.


"Komisi akan memulai persiapan sehingga Uni Eropa bisa mengambil langkah balasan. Uni Eropa tetap terbuka untuk berdiskusi dengan AS, tanpa syarat dan bertujuan untuk mencapai keadilan," kata Schinas, dikutip dari Reuters.

IMF sendiri sudah memperingatkan bawah friksi dagang (di antara siapa pun) bisa semakin memperlambat laju perekonomian dunia.

Dari kaca mata Uni Eropa, potensi perang dagang dengan AS lantas menambah berat beban yang tengah mereka pikul. Pasalnya, Uni Eropa juga masih berjibaku dalam menghadapi proses perceraiannya dengan Inggris atau yang dikenal dengan istilah Brexit (British Exit).

Utusan dari negara-negara Uni Eropa dijadwalkan berkumpul di Brussel pada hari ini untuk membahas nasib Brexit. Dalam pertemuan ini, akan dibahas mengenai permintaan dari Inggris untuk memundurkan tanggal resmi dimulainya Brexit menjadi 30 Juni.

Jika sampai tak diberi perpanjangan waktu, maka ada potensi Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (no-deal Brexit) pada tanggal 12 April.

Kalau sampai No-Deal Brexit benar terjadi, dampaknya dipastikan parah. Inggris dan Uni Eropa tak bisa lagi leluasa berdagang dengan tarif yang rendah atau tanpa tarif sama sekali seperti yang selama ini terjadi. Tarif dalam perdagangan Inggris-Uni Eropa akan mengacu kepada standar dari WTO yang pastinya lebih tinggi.


Jika dihitung, pada tahun 2018 ekspor Inggris ke 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya yakni Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda mencapai 17,1% dari total ekspor mereka.

Dari sisi impor, kontribusi 5 negara tersebut dari total impor Inggris adalah sebesar 26,2%. Ingat, itu baru kontribusi dari 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya dan bukan dari seluruh anggota Uni Eropa.

Parahnya dampak dari No-Deal Brexit sebenarnya sudah diwanti-wanti oleh Bank of England (BoE) selaku bank sentral Inggris. BoE telah memperingatkan bahwa No-Deal Brexit bisa mengakibatkan resesi.

LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>

Aksi beli yang dilakukan investor asing berhasil menjaga bursa saham tanah air dari pelemahan yang kelewat dalam.

Hingga akhir perdagangan, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 343,5 miliar di pasar saham tanah air, menandai beli bersih yang ke-6 secara beruntun.

Sejatinya, sentimen yang ada dan pergerakan rupiah tak mendukung bagi investor asing untuk melakukan aksi beli. Hingga sore hari, rupiah melemah 0,11% di pasar spot ke level Rp 14.145/dolar AS.


Ada kemungkinan, investor asing terus masuk ke pasar saham tanah air sebagai antisipasi dari gelaran pemilihan presiden pada tanggal 17 April mendatang.

Pasalnya jika berkaca kepada sejarah, ternyata pasar saham dan tahun pemilu merupakan dua sejoli yang begitu mesra ketika disandingkan bersama. Dalam 3 tahun pemilu terakhir (2004, 2009, dan 2014), IHSG membukukan imbal hasil yang sangat-sangat impresif.

Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.

Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular