Sempat Melaju di Menit-menit Akhir, IHSG Berakhir Memerah

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
10 April 2019 17:05
Perang Dagang AS-Uni Eropa & Kisruh Brexit Ikut Membebani
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Belum juga sengkarut perang dagang AS-China usai, kini pelaku pasar dihadapkan pada risiko perang dagang AS-Uni Eropa.

Presiden AS Donald Trump mengancam bakal mengenakan bea masuk kepada importasi produk-produk Benua Biru senilai US$ 11 miliar. Trump murka karena Uni Eropa dituding memberikan subsidi yang besar kepada Airbus, yang dinilainya sebagai praktik persaingan tidak sehat.

"Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menemukan bahwa Uni Eropa memberikan subsidi kepada Airbus yang kemudian mempengaruhi AS. Kami akan menerapkan bea masuk kepada (impor) produk Uni Eropa senilai US$ 11 miliar. Uni Eropa sudah mengambil keuntungan dari perdagangan dengan AS selama bertahun-tahun. Ini akan segera berakhir!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter.

Melaju di Menit-Menit Akhir, IHSG Tetap Berakhir MelemahFoto: Cuitan Trump di Twitter

Sebelumnya, Kantor Perwakilan Dagang AS telah mengajukan daftar produk-produk asal Uni Eropa yang bisa dikenakan bea masuk sebagai pembalasan atas subsidi kepada Airbus. Daftar tersebut antara lain berisi pesawat penumpang dan suku cadangnya, produk turunan susu, sampai anggur (wine).

Di sisi lain, Uni Eropa tidak tinggal diam. Juru Bicara Komisi Uni Eropa Maragaritis Schinas menegaskan bahwa Brussel akan menyiapkan langkah pembalasan jika AS jadi menerapkan bea masuk.


"Komisi akan memulai persiapan sehingga Uni Eropa bisa mengambil langkah balasan. Uni Eropa tetap terbuka untuk berdiskusi dengan AS, tanpa syarat dan bertujuan untuk mencapai keadilan," kata Schinas, dikutip dari Reuters.

IMF sendiri sudah memperingatkan bawah friksi dagang (di antara siapa pun) bisa semakin memperlambat laju perekonomian dunia.

Dari kaca mata Uni Eropa, potensi perang dagang dengan AS lantas menambah berat beban yang tengah mereka pikul. Pasalnya, Uni Eropa juga masih berjibaku dalam menghadapi proses perceraiannya dengan Inggris atau yang dikenal dengan istilah Brexit (British Exit).

Utusan dari negara-negara Uni Eropa dijadwalkan berkumpul di Brussel pada hari ini untuk membahas nasib Brexit. Dalam pertemuan ini, akan dibahas mengenai permintaan dari Inggris untuk memundurkan tanggal resmi dimulainya Brexit menjadi 30 Juni.

Jika sampai tak diberi perpanjangan waktu, maka ada potensi Inggris meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (no-deal Brexit) pada tanggal 12 April.

Kalau sampai No-Deal Brexit benar terjadi, dampaknya dipastikan parah. Inggris dan Uni Eropa tak bisa lagi leluasa berdagang dengan tarif yang rendah atau tanpa tarif sama sekali seperti yang selama ini terjadi. Tarif dalam perdagangan Inggris-Uni Eropa akan mengacu kepada standar dari WTO yang pastinya lebih tinggi.


Jika dihitung, pada tahun 2018 ekspor Inggris ke 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya yakni Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda mencapai 17,1% dari total ekspor mereka.

Dari sisi impor, kontribusi 5 negara tersebut dari total impor Inggris adalah sebesar 26,2%. Ingat, itu baru kontribusi dari 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya dan bukan dari seluruh anggota Uni Eropa.

Parahnya dampak dari No-Deal Brexit sebenarnya sudah diwanti-wanti oleh Bank of England (BoE) selaku bank sentral Inggris. BoE telah memperingatkan bahwa No-Deal Brexit bisa mengakibatkan resesi.

LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>

(ank/tas)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular