
Internasional
Di Tengah Ancaman Perang Dagang AS, Airbus Ganti CEO
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
10 April 2019 16:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Raksasa pembuat pesawat terbang asal Prancis, Airbus, menyambut CEO barunya, Guillaume Faury, yang langsung menghadapi berbagai masalah seperti Brexit, ancaman perang dagang dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, dan penyelidikan korupsi.
Pria asal Prancis berusia 51 tahun itu mengambil alih pucuk jabatan Airbus dari Tom Enders yang mundur setelah memimpin perusahaan selama lima tahun. Perusahaan saingan Boeing itu tercatat memiliki 129.000 karyawan yang membuat pesawat terbang, helikopter, dan satelit.
Enders mengawasi ekspansi bisnis grup tersebut namun kepemimpinan-nya ternoda oleh keputusan penghentian produksi pesawat superjumbo A380 yang menjadi sumber kerugian perusahaan.
Faury akan mewarisi perusahaan dengan kondisi keuangan yang sehat, bisnis yang menghasilkan keuntungan tinggi, dan pesanan pesawat hingga 7.350 unit yang dapat membuat pabrik-pabriknya terus beroperasi hingga 10 tahun mendatang, dilansir dari AFP.
Namun, ia juga harus menangani dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) atau Brexit yang dikhawatirkan dapat mengganggu rantai pasokan perusahaan yang tersebar di penjuru Eropa.
Lebih-lebih, Trump kembali menyerang UE dan berjanji akan kembali mengenakan bea masuk baru sebagai balasan atas subsidi yang diterima Airbus. Nilai produk-produk Eropa yang disasar AS mencapai US$11 miliar dan termasuk produk pesawat dan suku cadangnya.
Selain itu, beberapa penyelidikan di Prancis, Inggris, dan dikabarkan juga di AS terhadap dugaan penyuapan untuk memenangkan kontrak selama periode 2008-2013 dapat menyebabkan lebih banyak masalah dan urusan hukum yang mahal.
Faury mengawali kariernya di Airbus pada 1998 setelah bekerja di kementerian pertahanan Prancis.
(hps) Next Article Kotak Hitam Ethiopian Airlines Tiba di Paris untuk Dianalisis
Pria asal Prancis berusia 51 tahun itu mengambil alih pucuk jabatan Airbus dari Tom Enders yang mundur setelah memimpin perusahaan selama lima tahun. Perusahaan saingan Boeing itu tercatat memiliki 129.000 karyawan yang membuat pesawat terbang, helikopter, dan satelit.
Enders mengawasi ekspansi bisnis grup tersebut namun kepemimpinan-nya ternoda oleh keputusan penghentian produksi pesawat superjumbo A380 yang menjadi sumber kerugian perusahaan.
![]() |
Namun, ia juga harus menangani dampak keluarnya Inggris dari Uni Eropa (UE) atau Brexit yang dikhawatirkan dapat mengganggu rantai pasokan perusahaan yang tersebar di penjuru Eropa.
Lebih-lebih, Trump kembali menyerang UE dan berjanji akan kembali mengenakan bea masuk baru sebagai balasan atas subsidi yang diterima Airbus. Nilai produk-produk Eropa yang disasar AS mencapai US$11 miliar dan termasuk produk pesawat dan suku cadangnya.
Selain itu, beberapa penyelidikan di Prancis, Inggris, dan dikabarkan juga di AS terhadap dugaan penyuapan untuk memenangkan kontrak selama periode 2008-2013 dapat menyebabkan lebih banyak masalah dan urusan hukum yang mahal.
Faury mengawali kariernya di Airbus pada 1998 setelah bekerja di kementerian pertahanan Prancis.
(hps) Next Article Kotak Hitam Ethiopian Airlines Tiba di Paris untuk Dianalisis
Most Popular