
Jokowi Menang IHSG Bisa Melesat, 2 Sektor Jadi Primadona
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
09 April 2019 15:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Pesta politik terbesar di tanah air akan segera digelar. Pada tanggal 17 April mendatang, untuk pertama kalinya dalam sejarah, pemilihan presiden dan para anggota legislatif akan dilakukan serentak.
Pada pemilu 2019, akan dipilih sepasang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD, 2.207 anggota DPR Provinsi, dan 17.610 anggota DPRD Kota/Kabupaten.
Jika berkaca kepada sejarah, ternyata, pasar saham dan tahun pemilu merupakan 2 sejoli yang begitu mesra ketika disandingkan bersama. Dalam 3 tahun pemilu terakhir (2004, 2009, dan 2014), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan imbal hasil yang sangat-sangat impresif.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.
Pada tahun 2009, IHSG meroket hingga 87%. Pada pertarungan tahun 2009, SBY berhasil mempertahankan posisi RI-1, namun dengan wakil yang berbeda. Ia didampingi oleh Boediono yang sebelumnya menjabat Gubernur Bank Indonesia (BI). SBY-Boediono berhasil mengalahkan 2 pasangan calon yakni Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto dan Jusuf Kalla-Wiranto.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Kenaikan IHSG dalam 3 tahun pemilu terakhir juga tak bisa dianggap sebagai sebuah kebetulan. Pasalnya, kenaikan IHSG cenderung diikuti oleh kenaikan volume transaksi yang signifikan.
Pada tahun 2004, berdasarkan data yang kami himpun dari Refinitiv, rata-rata volume transaksi harian di pasar saham adalah sejumlah 1,38 miliar unit atau meroket hingga 83,9% dibandingkan rata-rata volume transaksi harian tahun 2003. Pada tahun 2009, rata-rata volume transaksi harian melejit hingga 131,8%.
Barulah pada tahun 2014, rata-rata volume transaksi harian jatuh, walaupun tak besar yakni 11,3% saja.
Namun perlu diingat, kinclongnya performa IHSG dalam 3 tahun pemilu terakhir (2004, 2009, dan 2014) didukung oleh sebuah kesamaan: hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Pada pilpes 2014 misalnya, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting menunjukkan bahwa 47,6% responden mendukung duet Joko Widodo-Jusuf Kalla, sementara 44,9% menjagokan duet Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, seperti dilansir dari pemberitaan Detik News tertanggal 8 Juli 2014.
Untuk pilpres kali ini, Lembaga Indikator Politik Indonesia belum lama ini merilis survei terbaru soal tingkat elektabilitas antara calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hasilnya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dengan persentase pemilih 55,4%, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 37,4%.
"Responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 7,2 persen," tulis hasil survei Indikator Politik Indonesia, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (3/4/2019).
Lantas, jika pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin benar berhasil memenangi pertarungan nantinya, besar kemungkinan IHSG akan melesat. Apalagi, sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin (8/4/2019) penguatan IHSG baru sebesar 3,73%. Bagi yang ingin masuk ke pasar saham tanah air, baik itu sedari saat ini maupun nanti ketika hasil pilpres sudah diketahui (dengan catatan Joko Widodo-Ma'ruf Amin menang), ada 2 sektor saham yang patut dicermati yakni jasa keuangan dan barang konsumsi.
Secara fundamental, kedua sektor ini memang sedang berada dalam posisi yang oke. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada hari ini, penjualan barang-barang ritel diketahui melesat hingga 9,1% secara tahunan pada Februari 2019, mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni pertumbuhan sebesar 1,5%.
Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 adalah sebesar 8%, juga jauh mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,5%.
Lantas, sepanjang 3 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%.
Pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang kuat, sehingga emiten-emiten yang bergerak di sektor barang konsumsi berpotensi diuntungkan.
Berbicara mengenai sektor jasa keuangan, perlu diingat bahwa lebih dari 50% perekonomian Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Lantas, ketika konsumsi rumah tangga melaju pesat, di mana hal tersebut sudah diindikasikan oleh pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel, maka bisa diekspektasikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi juga akan tinggi.
Kala ekonomi Indonesia melaju kencang, tentulah lembaga-lembaga jasa keuangan khususnya perbankan akan diuntungkan.
Oleh karena itulah kami melihat bahwa sektor jasa keuangan masuk dalam daftar sektor yang akan diuntungkan oleh gelaran pilpres tahun ini. Sekali lagi, dengan catatan Joko Widodo-Ma'ruf Amin menang.
Lebih lanjut, besarnya bobot dari sektor jasa keuangan dan barang konsumsi ikut mempengaruhi prospek pergerakan harga dari saham-saham penghuni kedua sektor tersebut ketika Joko Widodo-Ma'ruf Amin memenangi pilpres 2019.
Sejauh ini, sektor jasa keuangan dan barang konsumsi masih merupakan 2 sektor dengan kapitalisasi pasar terbesar dalam IHSG. Hingga penutupan perdagangan kemarin, sektor jasa keuangan berkontribusi sebesar 32,11% terhadap kapitalisasi pasar IHSG, diikuti sektor barang konsumsi dengan kontribusi sebesar 19,6%.
Lantas, ketika ada ekspektasi bahwa IHSG akan melesat kala Joko Widodo-Ma'ruf Amin memenangi pilpres 2019, otomatis pelaku pasar akan berpikir bahwa saham-saham sektor jasa keuangan dan barang konsumsi lah yang akan menjadi motor utamanya.
Akibatnya, aksi beli atas saham-saham dari kedua sektor tersebut berpotensi dilakukan, mendorong harganya bergerak ke atas. Di pasar keuangan, hal ini disebut sebagai self-fulfilling prophecy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Pada pemilu 2019, akan dipilih sepasang presiden dan wakil presiden, 575 anggota DPR RI, 136 anggota DPD, 2.207 anggota DPR Provinsi, dan 17.610 anggota DPRD Kota/Kabupaten.
Jika berkaca kepada sejarah, ternyata, pasar saham dan tahun pemilu merupakan 2 sejoli yang begitu mesra ketika disandingkan bersama. Dalam 3 tahun pemilu terakhir (2004, 2009, dan 2014), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) membukukan imbal hasil yang sangat-sangat impresif.
Pada tahun 2004, IHSG melejit hingga 44,6%. Kala itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)-Muhammad Jusuf Kalla memenangkan pertarungan melawan Megawati Soekarnoputri-Hasyim Muzadi.
Beralih ke tahun 2014, mantan Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo berhasil menempati tahta kepemimpinan tertinggi di Indonesia dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya. Pada saat itu, IHSG melejit 22,3%.
Kenaikan IHSG dalam 3 tahun pemilu terakhir juga tak bisa dianggap sebagai sebuah kebetulan. Pasalnya, kenaikan IHSG cenderung diikuti oleh kenaikan volume transaksi yang signifikan.
Pada tahun 2004, berdasarkan data yang kami himpun dari Refinitiv, rata-rata volume transaksi harian di pasar saham adalah sejumlah 1,38 miliar unit atau meroket hingga 83,9% dibandingkan rata-rata volume transaksi harian tahun 2003. Pada tahun 2009, rata-rata volume transaksi harian melejit hingga 131,8%.
Barulah pada tahun 2014, rata-rata volume transaksi harian jatuh, walaupun tak besar yakni 11,3% saja.
Namun perlu diingat, kinclongnya performa IHSG dalam 3 tahun pemilu terakhir (2004, 2009, dan 2014) didukung oleh sebuah kesamaan: hasil pemilihan presiden sesuai dengan proyeksi dari mayoritas lembaga survei.
Pada pilpes 2014 misalnya, hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting menunjukkan bahwa 47,6% responden mendukung duet Joko Widodo-Jusuf Kalla, sementara 44,9% menjagokan duet Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, seperti dilansir dari pemberitaan Detik News tertanggal 8 Juli 2014.
Untuk pilpres kali ini, Lembaga Indikator Politik Indonesia belum lama ini merilis survei terbaru soal tingkat elektabilitas antara calon presiden dan wakil presiden nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Hasilnya, Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul dengan persentase pemilih 55,4%, sementara Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sebesar 37,4%.
"Responden yang menjawab tidak tahu atau belum menentukan pilihan (undecided) sebanyak 7,2 persen," tulis hasil survei Indikator Politik Indonesia, dikutip CNBC Indonesia, Rabu (3/4/2019).
Lantas, jika pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin benar berhasil memenangi pertarungan nantinya, besar kemungkinan IHSG akan melesat. Apalagi, sepanjang tahun ini (hingga penutupan perdagangan kemarin (8/4/2019) penguatan IHSG baru sebesar 3,73%. Bagi yang ingin masuk ke pasar saham tanah air, baik itu sedari saat ini maupun nanti ketika hasil pilpres sudah diketahui (dengan catatan Joko Widodo-Ma'ruf Amin menang), ada 2 sektor saham yang patut dicermati yakni jasa keuangan dan barang konsumsi.
Secara fundamental, kedua sektor ini memang sedang berada dalam posisi yang oke. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran (SPE) yang dirilis Bank Indonesia (BI) pada hari ini, penjualan barang-barang ritel diketahui melesat hingga 9,1% secara tahunan pada Februari 2019, mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yakni pertumbuhan sebesar 1,5%.
Lebih lanjut, angka sementara untuk pertumbuhan penjualan barang-barang ritel periode Maret 2019 adalah sebesar 8%, juga jauh mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 2,5%.
Lantas, sepanjang 3 bulan pertama tahun ini pertumbuhan penjualan barang-barang ritel selalu berhasil mengalahkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya. Untuk periode Januari 2019, penjualan barang-barang ritel tumbuh sebesar 7,2%, lebih baik dari capaian Januari 2018 yakni kontraksi sebesar 1,8%.
Pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia sedang berada dalam posisi yang kuat, sehingga emiten-emiten yang bergerak di sektor barang konsumsi berpotensi diuntungkan.
Berbicara mengenai sektor jasa keuangan, perlu diingat bahwa lebih dari 50% perekonomian Indonesia dibentuk oleh konsumsi rumah tangga. Lantas, ketika konsumsi rumah tangga melaju pesat, di mana hal tersebut sudah diindikasikan oleh pesatnya pertumbuhan penjualan barang-barang ritel, maka bisa diekspektasikan bahwa angka pertumbuhan ekonomi juga akan tinggi.
Kala ekonomi Indonesia melaju kencang, tentulah lembaga-lembaga jasa keuangan khususnya perbankan akan diuntungkan.
Oleh karena itulah kami melihat bahwa sektor jasa keuangan masuk dalam daftar sektor yang akan diuntungkan oleh gelaran pilpres tahun ini. Sekali lagi, dengan catatan Joko Widodo-Ma'ruf Amin menang.
Lebih lanjut, besarnya bobot dari sektor jasa keuangan dan barang konsumsi ikut mempengaruhi prospek pergerakan harga dari saham-saham penghuni kedua sektor tersebut ketika Joko Widodo-Ma'ruf Amin memenangi pilpres 2019.
Sejauh ini, sektor jasa keuangan dan barang konsumsi masih merupakan 2 sektor dengan kapitalisasi pasar terbesar dalam IHSG. Hingga penutupan perdagangan kemarin, sektor jasa keuangan berkontribusi sebesar 32,11% terhadap kapitalisasi pasar IHSG, diikuti sektor barang konsumsi dengan kontribusi sebesar 19,6%.
Lantas, ketika ada ekspektasi bahwa IHSG akan melesat kala Joko Widodo-Ma'ruf Amin memenangi pilpres 2019, otomatis pelaku pasar akan berpikir bahwa saham-saham sektor jasa keuangan dan barang konsumsi lah yang akan menjadi motor utamanya.
Akibatnya, aksi beli atas saham-saham dari kedua sektor tersebut berpotensi dilakukan, mendorong harganya bergerak ke atas. Di pasar keuangan, hal ini disebut sebagai self-fulfilling prophecy.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular