Cetak Laba Rp 2,6 T, Tapi OCBC NISP Tak Bagikan Dividen

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
09 April 2019 14:45
Parwati optimistis target itu dapat tercapai melihat tren kinerja perseroan yang tumbuh cukup positif sepanjang tahun 2018.
Foto: Rapat Umum Pemegang Saham Taunan dan Pendapatan Publik. (CNBC Indonesia/Syahrizal Sidik)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemegang saham PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) memutuskan tidak membagikan dividen atas laba bersih 2018 sebesar Rp 2,6 triliun atau naik 21% dari tahun sebelumnya.

Hal tersebut disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan pada Selasa (9/4/2019) di OCBC NISP Tower, Jakarta. Perusahaan akan fokus menggunakan laba untuk memperkuat permodalan.

"Sudah 15 tahun OCBC NISP tidak membagikan dividen kepada pemegang saham, tujuannya utama untuk meningkatan usaha," kata Presiden Direktur Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja.

Dalam agenda RUPS yang berlangsung hari ini, pemegang saham menyetujui laporan keuangan untuk tahun buku 2018, pembelian kembai saham perseroan maksimum 364 ribu lembar dalam rangka pemberian remunerasi yang bersifat variabel sesuai POJK No.45/POJK.03/2015.

Selain itu, pemegang saham menyetujui rencana aksi atau recovery plan dan perubahan pengurus perusahaan. Andrae Krishnawan W, Johannes Husin dan Low Seh Kiat kembali ditetapkan sebagai anggota direksi perseroan hingga tahun 2022. Sedangkan, Rama Pranata Kusumaputra diangkat sebagai anggota Dewan Komisaris perseroan untuk periode yang sama.

Informasi saja, pada tahun lalu, perusahaan telah menyalurkan kredit sebesar Rp 117,8 triliun, naik 11% dari tahun sebelumnya dengan total aset sebesar Rp 173,6 triliun, naik 13% dari tahun 2017. Sedangkan, dana pihak ketiga tumbuh 11% menjadi Rp 125,6 triliun.

Pada 2019 Bank OCBC NISP Tbk (NISP) optimistis penyaluran kredit tumbuh 10-15%. Pada tahun lalu, perusahaan telah menyalurkan kredit sebesar Rp 117,8 triliun, naik 11% dari tahun sebelumnya.

Parwati optimistis target itu dapat tercapai melihat tren kinerja perseroan yang tumbuh cukup positif sepanjang tahun 2018.

"Saat ini Bank NISP masuk kategori 10 bank terbesar, kredit tumbuh 11 persen di 2018, kualitas kredit terjaga dengan NPL bruto 1,7%, di bawah rata-rata industri sebesar 2,4% pada 2018," kata Parwati.

Dijelaskan Parwati, sepanjang 2018, komposisi penyaluran kredit terbesar untuk modal kerja sebesar 47%, kredit investasi sebesar 41%, selebihnya kredit konsumsi sebesar 12%.

Pada 2018, sektor perindustrian masih menempati porsi kredit paling besar yakni 28%, disusul sektor perdagangan sebesar 25%, sektor jasa menyumbang 18%. Sektor pertanian dan pertambangan sebesar 12%, dan kredit kostruksi memang porsinya masih kecil, sebesar 4% di sepanjang 2018. "OCBC NISP memang sudah masuk ke penyaluran kredit infrastruktur, tapi kami mempelajarinya," kata dia.

Mengenai gambaran kinerja keuangan di triwulan pertama tahun ini, sayangnya Parwati tak menyebut angka secara pasti, hanya saja secara tren pada tiga bulan pertama tahun ini akan lebih rendah dari triwulan kedua.

"Terlihat di industri kuartal I-2019 lebih lambat, kami optimistis momentum lebaran dan Pemilu bisa mengejar pertumbuhan tersebut," ujarnya.

Sepanjang tahun lalu, bank dengan saham pengendali OCBC Overseas Investment Pte Ltd di Singapura ini mencatatkan total aset sebesar Rp 173,6 triliun, naik 13% dari tahun sebelumnya. Sedangkan, dana pihak ketiga tumbuh 11% menjadi Rp 125,6 triliun.

Pada tahun 2019, perusahaan menargetkan dana pihak ketiga (DPK) juga akan tumbuh pada kisaran 10-15% dengan rasio Non Performing Loan (NPL) di bawah 2%.
(hps/hps) Next Article Bank OCBC Ajukan Gugatan PKPU, Ada Debitur Ngemplang Rp 75 M

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular