Yen Bangkit dari Level Terlemah Tiga Pekan

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
09 April 2019 08:05
Mata uang yen Jepang mengawali pekan kedua April dengan apik setelah berhasil bangkit dari level terlemahnya dalam tiga pekan terakhir terhadap dolar AS.
Foto: Mata Uang Yen. (REUTERS/Kim Kyung-Hoon/Files)
Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yen Jepang mengawali pekan kedua April dengan apik setelah berhasil bangkit dari level terlemahnya dalam tiga pekan terakhir terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

Setelah didominasi oleh dolar dalam dua pekan terakhir, yen Senin (8/4/19) kemarin berhasil mencatat penguatan (USD/JPY turun) sebesar 0,22% menjadi 111,45/US$. Sementara pada pagi ini Selasa (9/4/19) yen diperdagangkan di kisaran 111,47/US$.


Kinerja bursa saham global yang tidak sebagus pekan lalu memicu aksi ambil untuk di pasangan USD/JPY ini.

Selain itu dolar juga tertekan setelah yield obligasi tenor 10 tahun AS turun Senin kemarin. Penyebabnya pasar kembali melihat pelambatan ekonomi AS berdasarkan prediksi data inflasi yang akan dirilis Rabu (10/4/19) besok.

Mengutip data dari Forex Factory, inflasi yang dilihat dari indeks harga konsumen (IHK) diprediksi naik 0,3% di bulan Maret dari bulan sebelumnya yang naik 0,2%. Kenaikan inflasi memang bagus bagi AS yang menandakan berjalannya roda perekonomian, inflasi juga merupakan salah satu indikator Federal Reserve (The Fed) AS untuk menentukan kebijakan moneter.

Namun masalahnya kenaikan inflasi tersebut tidak dibarengi dengan kenaikan upah atau gaji pekerja di AS yang signifikan. Data yang dirilis Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (5/4/19) lalu menunjukkan rata-rata kenaikan upah hanya 0,1%.


Kenaikan upah yang lebih rendah dari inflasi berarti daya beli masyarakat melemah, dan tentu saja kan berdampak pada pertumbuhan ekonomi di AS. Negara dengan tingkat perekonomian terbesar di dunia tersebut mengandalkan belanja konsumen sebagai motor penggerak perekonomian.

Melansir The Balance, pada tahun 2018 lalu belanja konsumen berkontribusi sebesar 69% terhadap pertumbuhan ekonomi yang dilihat dari produk domestik bruto (PDB) AS. Menurunnya tingkat belanja konsumen tentunya juga akan menurunkan PDB.


Seberapa kuat perekonomian AS di kuartal-I tahun ini akan terjawab pada 26 April nanti, ketika rilis awal data PDB atau advance GDP. The Fed pada bulan lalu merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS tahun 2019 menjadi 2,1%, dari proyeksi sebelumnya sebesar 2,3%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(prm) Next Article Sepekan Naik 1,5%, Dolar AS di Level Tertinggi 7 Bulan vs Yen

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular