Rupiah Perkasa, Saham-saham Bank BUKU 4 Jadi Primadona

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
04 April 2019 11:46
Rupiah Perkasa, Saham-saham Bank BUKU 4 Jadi Primadona
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kami ini, (4/4/2019), terbilang oke. Dibuka menguat 0,21%, IHSG tak pernah merasakan pahitnya zona merah hingga 45 menit sebelum perdagangan sesi 1 berakhir.

Pada pukul 11:15 WIB, data Bursa Efek Indonesia mencatat IHSG menguat 0,13% ke level 6.484,19.

Secara sektoral, sektor jasa keuangan menjadi motor utama penggerak IHSG. Indeks sektor jasa keuangan terapresiasi sebesar 1,03%. Apresiasi sektor jasa keuangan terjadi seiring dengan aksi beli atas saham-saham yang masuk dalam kategori BUKU 4 (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun).

Harga saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) melejit 2,01%, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) naik 1,93%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) menguat 1,86%, PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) menguat 0,91%, dan PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik 0,73%.


Optimisme terkait damai dagang AS-China berhasil memantik aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4.

Gedung Putih menyampaikan bahwa Presiden AS Donald Trump berencana bertemu dengan Liu He pada hari Kamis (4/4/2019) waktu setempat. Hal ini lantas semacam mengonfirmasi pernyataan dari Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow bahwa negosiasi dagang kedua negara sejauh ini berjalan dengan baik.

"Wakil Perdana Menteri Liu dan timnya akan berada di Washington selama 3 hari, atau mungkin lebih," papar Kudlow dalam acara yang digelar Christian Science Monitor, Rabu (3/4/2019), mengutip Reuters.

"Kami akan membahas isu yang belum pernah disentuh sebelumnya, termasuk penegakan hukum. Semua berjalan baik, semua mengarah ke jalan yang benar, tetapi kita memang belum sampai di tujuan. Kami berharap kita bisa lebih dekat ke tujuan pada pekan ini," katanya lagi.

Sebagai informasi, negosiasi dagang yang digelar di Washington pada pekan ini merupakan lanjutan dari negosiasi pada pekan lalu yang digelar di Beijing.

Jika kesepakatan dagang benar bisa dicapai, tentu perekonomian AS dan China, berikut perekonomian dunia, akan bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.

Ketika ini yang terjadi, ada peluang bahwa permintaan kredit di tanah air akan terkerek naik dan memompa pendapatan bank-bank BUKU 4.

Penguatan rupiah juga melandasi aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4. Hingga berita ini diturunkan, rupiah menguat 0,25% di pasar spot ke level Rp 14.180/dolar AS.

Ada dua faktor yang membuat rupiah bisa perkasa melawan dolar AS. Pertama, damai dagang AS-China yang kian dekat. Optimisme bahwa AS dan China akan segera meneken kesepakatan dagang membuat pelaku pasar enggan bermain aman sehingga instrumen safe haven seperti dolar AS menjadi dilego.


Kedua, rilis data ekonomi AS yang mengecewakan. Kemarin, penciptaan lapangan kerja (di luar sektor pertanian) periode Maret 2019 versi ADP diumumkan sebanyak 129.000 saja, jauh di bawah konsensus yang sebanyak 184.000, seperti dilansir dari Forex Factory.

Lemahnya angka penciptaan lapangan kerja membuat pelaku pasar kian yakin bahwa The Federal Reserve selaku bank sentral AS belum akan mengerek tingkat suku bunga acuan pada tahun ini.

Sebagai informasi, dalam pertemuan bulan lalu, The Fed memutuskan untuk menahan tingkat suku bunga acuan di rentang 2,25%-2,5%.

Tak hanya menahan tingkat suku bunga acuan, The Fed juga memangkas proyeksinya atas kenaikan suku bunga acuan pada tahun ini. Kini, The Fed memproyeksikan bahwa suku bunga acuan tak akan dinaikkan sama sekali di tahun 2019. Padahal pada Desember 2018, diproyeksikan ada kenaikan sebesar 50 bps.

Tanpa bensin berupa kenaikan suku bunga acuan, praktis dolar AS menjadi kehilangan pijakan untuk menguat. Hingga berita ini diturunkan, indeks dolar AS terkoreksi sebesar 0,02%.

TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular