Internasional

Kabar Baik! China & AS Sepaham Soal Pencurian HAKI

Prima Wirayani, CNBC Indonesia
04 April 2019 06:59
Untuk kali pertama China mengakui bahwa AS memiliki posisi yang kuat terkait pencurian hak kekayaan intelektual (HAKI) dan transfer teknologi paksa.
Foto: Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer, Menteri Keuangan Steven Mnuchin, Menteri Perdagangan Wilbur Ross, penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro berpose untuk foto dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He, wakil menteri China dan pejabat senior sebelum dimulainya Pembicaraan perdagangan AS-Cina di Gedung Putih di Washington, AS, 21 Februari 2019. (REUTERS / Joshua Roberts)
Jakarta, CNBC Indonesia - Untuk kali pertama China mengakui bahwa Amerika Serikat (AS) memiliki posisi yang kuat terkait pencurian hak kekayaan intelektual (HAKI), transfer teknologi paksa, dan peretasan siber, kata penasihat ekonomi Gedung Putih, Larry Kudlow, Rabu (3/4/2019).

Ketiga hal tersebut selama ini menjadi pembahasan alot kedua negara dalam perundingan dagang mereka.


"Untuk kali pertama mereka mengakui bahwa hal yang kami sampaikan benar," kata Kudlow kepada wartawan dalam sebuah acara yang diadakan Cristian Science Monitor. Sebelumnya, ia mengatakan China menyanggah hal tersebut.

"Dan saya rasa (pengakuan) itu membuka perundingan yang baik," tambahnya, dilansir dari CNBC International.

Kudlow mengatakan pengakuan itu muncul dalam negosiasi dagang antara AS dan China. Ia bahkan mengatakan Presiden China Xi Jinping telah memberi sinyal kesediaannya untuk mendengarkan kecemasan AS dalam makan malam di sela-sela pertemuan G20 di Argentina saat ia bertemu Presiden Donald Trump.

Kabar Baik! China & AS Sepaham Soal Pencurian HAKIFoto: REUTERS/Kevin Lamarque/File Photo

"Presiden Xi tidak berkata "kami tidak melakukannya". Ia terbuka untuk mendengar. Dan di level yang lebih rendah, kami mendengar itu. Dan hal tersebut merupakan kemajuan yang penting," ujar Kudlow.

Kedutaan Besar China di AS tidak segera merespons permintaan berkomentar.


Masalah yang menyangkut perusahaan pembuat ponsel asal China, Huawei, tidak dibahas dalam negosiasi tersebut, menurut keterangan Kudlow. Huawei tengah menghadapi dua tuntutan hukum dari Departemen Kehakiman AS terkait dugaan pencurian rahasia dagang dan penipuan.

"Masalah Huawei secara umum tidak dibahas dalam pembicaraan dagang," ujarnya. "Kami memandangnya sebagai kasus hukum sejauh ini."
(prm) Next Article Trump Ogah Cabut Bea Impor China, Damai Dagang Bagaimana?

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular