
Dilanda Profit Taking, IHSG Tak Bisa Manfaatkan Momentum
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 April 2019 16:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Sempat dibuka menguat 0,26% ke level 6.485,72 pada perdagangan pertama di pekan ini, Senin (1/4/2019), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru mengakhiri hari dengan pelemahan sebesar 0,25% ke level 6.452,61.
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan bursa saham utama kawasan Asia yang kompak ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,43%, indeks Shanghai menguat 2,58%, indeks Hang Seng juga naik 1,76%, indeks Straits Times naik 1,09%, dan indeks Kospi pun naik 1,29%.
Bursa saham tanah air sedang dilanda aksi profit-taking. Memang, sepanjang pekan lalu IHSG membukukan koreksi sebesar 0,87%. Namun, ada saham-saham berkapitalisasi pasar besar yang justru membukukan penguatan signifikan pada pekan lalu dan kini membuka ruang bagi investor untuk mencairkan keuntungan yang sudah didapatkan.
Sepanjang pekan lalu, harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik sebesar 1,09%, sementara saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) melejit sebesar 3,4%. Per akhir sesi 2, harga saham BBCA jatuh sebesar 1,35%, sementara saham TLKM melemah 0,51%.
Selain itu, aksi jual atas saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) ikut menjadi faktor yang menyebabkan IHSG harus berakhir di zona merah.
Per akhir sesi 2 hari ini, harga saham INKP jatuh hingga 4,65% ke level Rp 8.200/unit. Aksi jual atas saham INKP pada hari ini melanjutkan aksi jual yang sudah terjadi pada hari Jumat (29/3/2018). Kala itu, harga saham INKP anjlok hingga 7,03%.
Pelaku pasar masih melego saham INKP seiring dengan rilis kinerja keuangan tahun 2018 yang mengecewakan. Sepanjang 2018, penjualan perusahaan tercatat tumbuh sebesar 6,6% menjadi US$ 3,3 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,1 miliar pada tahun 2017. Kemudian, laba bersih melejit 42,3% menjadi US$ 588,1 juta, dari yang sebelumnya US$ 413,2 juta.
Walaupun sekilas terlihat oke, tapi pertumbuhan penjualan dan laba bersih tahun 2018 jauh di bawah capaian tahun 2017. Sepanjang 2017, penjualan perusahaan tumbuh hingga 15%, sementara laba bersih meroket hingga 103,8%.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Kinerja IHSG berbanding terbalik dengan bursa saham utama kawasan Asia yang kompak ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,43%, indeks Shanghai menguat 2,58%, indeks Hang Seng juga naik 1,76%, indeks Straits Times naik 1,09%, dan indeks Kospi pun naik 1,29%.
Bursa saham tanah air sedang dilanda aksi profit-taking. Memang, sepanjang pekan lalu IHSG membukukan koreksi sebesar 0,87%. Namun, ada saham-saham berkapitalisasi pasar besar yang justru membukukan penguatan signifikan pada pekan lalu dan kini membuka ruang bagi investor untuk mencairkan keuntungan yang sudah didapatkan.
Sepanjang pekan lalu, harga saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) naik sebesar 1,09%, sementara saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) melejit sebesar 3,4%. Per akhir sesi 2, harga saham BBCA jatuh sebesar 1,35%, sementara saham TLKM melemah 0,51%.
Selain itu, aksi jual atas saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) ikut menjadi faktor yang menyebabkan IHSG harus berakhir di zona merah.
Per akhir sesi 2 hari ini, harga saham INKP jatuh hingga 4,65% ke level Rp 8.200/unit. Aksi jual atas saham INKP pada hari ini melanjutkan aksi jual yang sudah terjadi pada hari Jumat (29/3/2018). Kala itu, harga saham INKP anjlok hingga 7,03%.
Pelaku pasar masih melego saham INKP seiring dengan rilis kinerja keuangan tahun 2018 yang mengecewakan. Sepanjang 2018, penjualan perusahaan tercatat tumbuh sebesar 6,6% menjadi US$ 3,3 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,1 miliar pada tahun 2017. Kemudian, laba bersih melejit 42,3% menjadi US$ 588,1 juta, dari yang sebelumnya US$ 413,2 juta.
Walaupun sekilas terlihat oke, tapi pertumbuhan penjualan dan laba bersih tahun 2018 jauh di bawah capaian tahun 2017. Sepanjang 2017, penjualan perusahaan tumbuh hingga 15%, sementara laba bersih meroket hingga 103,8%.
LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>
Next Page
Damai Dagang AS-China Jadi Tak Terasa
Pages
Most Popular