Bawang Merah Hingga Tiket Pesawat Dorong Inflasi Maret

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
01 April 2019 12:29
BPS mengumumkan tingkat inflasi bulanan pada periode Maret adalah sebesar 0,11% MtM.
Foto: BPS
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan tingkat inflasi bulanan pada periode Maret adalah sebesar 0,11% MtM. Adapun inflasi umum tahunan pada periode yang sama adalah sebesar 2,48% YoY.

Bila mengacu pada data historis yang dikeluarkan oleh BPS, inflasi tahunan pada Maret 2019 tersebut merupakan yang paling rendah sejak November 2009.



Kelompok pengeluaran yang menyumbang inflasi terbesar pada bulan Maret adalah kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau dengan dengan andil sebesar 0,04%.

Dalam kelompok tersebut, seluruh subkelompok mengalami inflasi. Terbesar adalah subkelompok Tembakau dan Minuman beralkohol dengan tingkat inflasi sebesar 0,17% MtM.

Sedangkan, pada kelompok Bahan Makanan masih terjadi deflasi sebesar 0,01% MtM. Akan tetapi pada kenaikan harga masih terjadi pada subkelompok bawang merah dan bawang putih yang masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,06% dan 0,04%.

Kelompok lain yang memberikan andil inflasi cukup besar adalah Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar. Kelompok tersebut mengalami inflasi sebesar 0,11% MtM dan memiliki andil 0,03%.

Sumber: Badan Pusat Statistik


Kenaikan subkelompok Tarif Kontrak Rumah dan Upah Asisten Rumah Tangga (ART) sebesar 0,01% MtM menjadi dalang yang menyebabkan inflasi pada kelompok tersebut.

Namun, penurunan tarif listrik akibat adanya potongan harga yang diberikan oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN) menyebabkan subkelompok Listrik mengalami deflasi 0,01% MtM dan memberikan andil deflasi, meskipun kecil.

Seperti yang telah diketahui, mulai 1 Maret 2019, PLN menurunkan tarif listrik dari yang semula Rp 1.352/kwh menjadi Rp 1.300/kwh. Sebagai catatan, penurunan tarif tersebut khusus untuk pelanggan Rumah Tangga Mampu golongan R-I 900 VA. Artinya ada potongan harga sebesar Rp 52/kwh.

Ada pula kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa keuangan yang juga mengalami inflasi sebesar 0,1% MtM dan memberikan andil inflasi sebesar 0,02%.

Menurut Kepala BPS, Suhariyanto, inflasi pada kelompok tersebut dominan disumbang oleh kenaikan tarif angkutan udara yang mengalami inflasi sebesar 0,03% MtM.

"Kita tau tarif angkutan udara mengalami kenaikan yang agak tidak biasa," ujar Suhariyanto dalam konferensi pers Senin (1/4/2019).

Inflasi yang berada pada posisi rendah (2,48% YoY) ini di satu sisi memang bisa dibaca sebagai daya beli masyarakat yang cenderung terbatas. Sehingga harga sulit untuk meningkat. Namun lagi-lagi menurut Kepala BPS, daya beli masyarakat agaknya masih terjaga.



Hal tersebut terlihat dari inflasi inti yang sebesar 3,03% YoY lebih besar ketimbang inflasi umum yang 2,48%. Sebagai informasi, inflasi inti di Indonesia merupakan inflasi tidak memperhitungkan komponen harga yang diatur oleh pemerintah dan komponen harga bergejolak (volatile). Inflasi inti juga dapat menggambarkan keadaan harga-harga yang terpengaruh oleh faktor-faktor makroekonomi. 

Secara umum, Suhariyanto mengatakan bahwa inflasi yang terjadi pada bulan Maret disebabkan oleh kenaikan harga bawang merah, bawang putih, dan tarif angkutan udara.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/taa) Next Article Inflasi Melambung ke Level Tertinggi Bulanan Sejak 2017 Lalu

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular