
Inflasi Melambung ke Level Tertinggi Bulanan Sejak 2017 Lalu
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
10 June 2019 17:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat inflasi Indonesia pada bulan Mei tercatat sebesar 0,68% secara month-on-month (MoM), seperti yang disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto pada konferensi pers hari Senin (10/6/2019).
Angka inflasi bulanan tersebut merupakan yang tertinggi sejak bulan Desember 2017 dan mengalahkan prediksi konsensus pasar yang sebesar 0,53% MoM.
Sementara tingkat inflasi tahunan pada bulan Mei 2019 mencapai 3,32% year-on-year (YoY), yang juga merupakan tertinggi sejak November 2018.
Penyebab utama inflasi kali ini adalah kenaikan harga pada kelompok bahan makanan. Kelompok ini mengalami inflasi bulnanan hingga 2,02% MoM.
Sejumlah komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain cabai merah (0,1), daging ayam (0,05), bawang putih (0,05), ikan segar (0,04), telur ayam (0,02), kentang (0,02), tomat (0,02), dan cabai rawit (0,02).
Namun ada pula yang memberi andil pada deflasi, yaitu bawang merah (-0,04) dan beras (-0,02)
Tingginya inflasi pada bulan Mei kali ini juga diakibatkan adanya bulan Ramadan yang jatuh mulai tanggal 6 Mei, atau di awal bulan. Pada bulan puasa, konsumsi bahan pangan masyarakat memang lumrah meningkat.
Menurut Suhariyanto, inflasi bulan puasa kali ini terfokus di satu bulan (Mei). Berbeda pada tahun-tahun sebelumnya dimana bulan puasa jatuh pada pertengahan bulan, sehingga perhitungan inflasi terpecah di dua bulan (Mei-Juni).
Sebagai informasi, tingkat inflasi pada Mei dan Juni 2018 masing-masing sebesar 0,21% MoM dan 0,59% MoM.
Tak ayal andil inflasi bahan makanan kali ini mencapai 0,43% yang mana sangat mendominasi.
Ada pula kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang juga mengalami inflasi sebesar 0,56% MoM. Andil inflasi kelompok ini juga cukup besar, yaitu 0,1%.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah nasi dengan lauk, rokok kretek filter, dan gula pasir, yang masing-masing sebesar 0,01%.
Masih menurut Suhariyanto, pada bulan puasa, konsumsi makanan jadi cenderung meningkat karena masyarakat cenderung malas untuk masak sendiri. Maklum, jamuan buka puasa bersama marak dilangsungkan di restoran-restoran.
Selain itu, inflasi yang cukup besar juga terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, yakni 0,54% MoM. Andil inflasi kelompok ini juga sebesar 0,1%, sama dengan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau.
Andil inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah angkutan antar kota, yaitu sebesar 0,04%. Ini disebabkan permintaan yang tinggi akibat maraknya fenomena pulang kampung (mudik) pada hari raya Idul Fitri..
Ini adalah hal yang wajar karena mudik merupakan fenomena tahunan yang kerap kali menyebabkan kenaikan harga.
Ditinjau menurut komponennya, inflasi inti pada bulan Mei 2019 mencapai 3,12% YoY, yang mana lebih tinggi dibanding inflasi inti bulan April 3,05% YoY.
Hal tersebut menunjukkan masih ada kenaikan harga yang diakibatkan oleh mekanisme pasar. Artinya pelaku usaha masih bisa menaikkan harga akibat permintaan yang meningkat.
Suatu implikasi bahwa daya beli masyarakat masih naik, di tengah mahalnya harga bahan pangan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/dru) Next Article Live Now! BPS Rilis Inflasi Edisi September 2019
Angka inflasi bulanan tersebut merupakan yang tertinggi sejak bulan Desember 2017 dan mengalahkan prediksi konsensus pasar yang sebesar 0,53% MoM.
Sementara tingkat inflasi tahunan pada bulan Mei 2019 mencapai 3,32% year-on-year (YoY), yang juga merupakan tertinggi sejak November 2018.
Penyebab utama inflasi kali ini adalah kenaikan harga pada kelompok bahan makanan. Kelompok ini mengalami inflasi bulnanan hingga 2,02% MoM.
Sejumlah komoditas yang memberikan andil inflasi antara lain cabai merah (0,1), daging ayam (0,05), bawang putih (0,05), ikan segar (0,04), telur ayam (0,02), kentang (0,02), tomat (0,02), dan cabai rawit (0,02).
Namun ada pula yang memberi andil pada deflasi, yaitu bawang merah (-0,04) dan beras (-0,02)
Tingginya inflasi pada bulan Mei kali ini juga diakibatkan adanya bulan Ramadan yang jatuh mulai tanggal 6 Mei, atau di awal bulan. Pada bulan puasa, konsumsi bahan pangan masyarakat memang lumrah meningkat.
Menurut Suhariyanto, inflasi bulan puasa kali ini terfokus di satu bulan (Mei). Berbeda pada tahun-tahun sebelumnya dimana bulan puasa jatuh pada pertengahan bulan, sehingga perhitungan inflasi terpecah di dua bulan (Mei-Juni).
Sebagai informasi, tingkat inflasi pada Mei dan Juni 2018 masing-masing sebesar 0,21% MoM dan 0,59% MoM.
Tak ayal andil inflasi bahan makanan kali ini mencapai 0,43% yang mana sangat mendominasi.
Ada pula kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang juga mengalami inflasi sebesar 0,56% MoM. Andil inflasi kelompok ini juga cukup besar, yaitu 0,1%.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi adalah nasi dengan lauk, rokok kretek filter, dan gula pasir, yang masing-masing sebesar 0,01%.
![]() |
Masih menurut Suhariyanto, pada bulan puasa, konsumsi makanan jadi cenderung meningkat karena masyarakat cenderung malas untuk masak sendiri. Maklum, jamuan buka puasa bersama marak dilangsungkan di restoran-restoran.
Selain itu, inflasi yang cukup besar juga terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan, yakni 0,54% MoM. Andil inflasi kelompok ini juga sebesar 0,1%, sama dengan kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau.
Andil inflasi tertinggi pada kelompok ini adalah angkutan antar kota, yaitu sebesar 0,04%. Ini disebabkan permintaan yang tinggi akibat maraknya fenomena pulang kampung (mudik) pada hari raya Idul Fitri..
Ini adalah hal yang wajar karena mudik merupakan fenomena tahunan yang kerap kali menyebabkan kenaikan harga.
Ditinjau menurut komponennya, inflasi inti pada bulan Mei 2019 mencapai 3,12% YoY, yang mana lebih tinggi dibanding inflasi inti bulan April 3,05% YoY.
Hal tersebut menunjukkan masih ada kenaikan harga yang diakibatkan oleh mekanisme pasar. Artinya pelaku usaha masih bisa menaikkan harga akibat permintaan yang meningkat.
Suatu implikasi bahwa daya beli masyarakat masih naik, di tengah mahalnya harga bahan pangan.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/dru) Next Article Live Now! BPS Rilis Inflasi Edisi September 2019
Most Popular