
Dilanda Profit Taking, IHSG Tak Bisa Manfaatkan Momentum
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 April 2019 16:53

Dari dalam negeri, rilis angka inflasi periode Maret 2019 yang terbilang oke tak mampu menyelamatkan IHSG.
Sekitar sejam sebelum perdagangan sesi 1 berakhir, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa terjadi inflasi sebesar 0,11% secara bulanan pada bulan lalu, tak jauh berbeda dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni 0,12%.
Sejatinya, inflasi yang berada di bawah ekspektasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemahnya daya beli masyarakat Indonesia.
Namun, lemahnya inflasi pada bulan Maret disebabkan oleh harga bahan makanan yang relatif terjaga. Pos bahan makanan membukukan deflasi tipis sebesar 0,01% dan menjadi satu-satunya yang membukukan penurunan harga. Sementara itu, enam pos pembentuk inflasi lainnya membukukan kenaikan harga.
Lantas, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih kuat. Penurunan tingkat harga pada kelompok bahan makanan lebih disebabkan oleh berlimpahnya pasokan mengingat Indonesia memasuki musim panen pada bulan lalu.
Sayang, indeks sektor barang konsumsi yang mampu membukukan penguatan sebesar 0,18% per akhir sesi 1 (merespons rilis angka inflasi) justru berakhir di zona merah pada akhir sesi 2 (-0,37%).
Walaupun data inflasi bisa dibilang oke, pelaku pasar pada akhirnya tergiur untuk melakukan aksi untung atas saham-saham konsumer. Terhitung dalam periode 26-28 Maret, indeks sektor barang konsumsi telah menguat sebesar 1,15%.
Saham-saham barang konsumsi yang dilego investor pada hari ini di antaranya: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,64%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,57%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-1,34%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,76%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-0,48%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Sekitar sejam sebelum perdagangan sesi 1 berakhir, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa terjadi inflasi sebesar 0,11% secara bulanan pada bulan lalu, tak jauh berbeda dengan konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni 0,12%.
Sejatinya, inflasi yang berada di bawah ekspektasi bisa diinterpretasikan sebagai bukti dari lemahnya daya beli masyarakat Indonesia.
![]() |
Lantas, secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa daya beli masyarakat Indonesia masih kuat. Penurunan tingkat harga pada kelompok bahan makanan lebih disebabkan oleh berlimpahnya pasokan mengingat Indonesia memasuki musim panen pada bulan lalu.
Sayang, indeks sektor barang konsumsi yang mampu membukukan penguatan sebesar 0,18% per akhir sesi 1 (merespons rilis angka inflasi) justru berakhir di zona merah pada akhir sesi 2 (-0,37%).
Walaupun data inflasi bisa dibilang oke, pelaku pasar pada akhirnya tergiur untuk melakukan aksi untung atas saham-saham konsumer. Terhitung dalam periode 26-28 Maret, indeks sektor barang konsumsi telah menguat sebesar 1,15%.
Saham-saham barang konsumsi yang dilego investor pada hari ini di antaranya: PT Kalbe Farma Tbk/KLBF (-1,64%), PT Indofood Sukses Makmur Tbk/INDF (-1,57%), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk/ICBP (-1,34%), PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (-0,76%), dan PT Gudang Garam Tbk/GGRM (-0,48%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Pages
Most Popular