
Ini Dia Deretan Sektor Saham Paling Cuan Sepanjang Kuartal I
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 April 2019 15:28

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode kuartal I/2019 baru saja berakhir dan perdagangan saham untuk periode kuartal II/2019 sudah dimulai pada hari ini, 1 April 2019.
Sepanjang kuartal pertama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 4,43%. Kendati menjadi yang terlemah kedua di Asia, kenaikan di atas 4% yang dibukukan IHSG terbilang cukup oke.
Secara sektoral, dari sembilan sektor saham penghuni IHSG, sebanyak tujuh membukukan apresiasi sepanjang kuartal-I 2019, sementara dua sektor membukukan koreksi.
Adapun dua sektor saham dengan imbal hasil terbesar sepanjang 3 bulan pertama tahun ini adalah Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi (+10,5%) dan Jasa Keuangan (+8%).
Dari sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi, saham PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) menjadi kontributor utama dalam mendorong kenaikan indeks sektoral tersebut. Saham FREN meroket hingga 297,4% sepanjang 3 bulan pertama tahun ini.
Harga saham perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi ini melesat seiring dengan beredarnya kabar bahwa perusahaan akan melakukan merger dengan operator telekomunikasi lainnya yakni PT Indosat Tbk (ISAT).
Santernya informasi konsolidasi dua emiten operator telekomunikasi ini kian terasa ketika Danareksa Sekuritas merilis riset terkait dengan proyeksi mereka jika FREN dan ISAT melakukan merger.
Dalam risetnya, Danareksa menilai simulasi FREN-ISAT yang dikabarkan berpeluang terjadi akan menciptakan perusahaan telekomunikasi yang dapat menawarkan kualitas layanan yang lebih baik-sampai tingkat tertentu dan secara efektif mendorong tingkat pengembalian yang lebih baik.
"Dan kami percaya entitas yang dikonsolidasikan juga akan memiliki pangsa pendapatan tertinggi ke-2 dan ini akan cukup untuk menekan XL Axiata," tulis Danareksa dalam risetnya.
Untuk sektor Jasa Keuangan, melesatnya sektor tersebut dipicu oleh kenaikan harga saham bank-bank yang masuk ke dalam kategori BUKU 4 yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+12,57%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+6,73%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+6,82%).
Saham-saham bank BUKU (Bank Umum Kelompok Usaha) 4 (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun) dikoleksi investor seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah. Sepanjang kuartal I/2019, rupiah menguat 0,97% atau nyaris 1% melawan dolar AS di pasar spot. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, rupiah melemah hingga 1,44%.
Penguatan rupiah yang lumayan tersebut membuat kekhawatiran terkait dengan naiknya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dari bank-bank BUKU 4 menjadi mereda.
Selain itu, keputusan Bank Indonesia (BI) yang terus menahan tingkat suku bunga acuan sepanjang tahun ini ikut memantik aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4. Sepanjang tahun lalu, BI mengerek naik suku bunga acuan sebesar 175 bps yang menyebabkan Net Interest Margin (NIM) dari bank-bank BUKU 4 tertekan.
Hal ini terjadi lantaran kenaikan suku bunga deposito yang dieksekusi perbankan (merespons kenaikan suku bunga acuan) tak bisa diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit dengan besaran yang serupa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Sepanjang kuartal pertama, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 4,43%. Kendati menjadi yang terlemah kedua di Asia, kenaikan di atas 4% yang dibukukan IHSG terbilang cukup oke.
Secara sektoral, dari sembilan sektor saham penghuni IHSG, sebanyak tujuh membukukan apresiasi sepanjang kuartal-I 2019, sementara dua sektor membukukan koreksi.
Adapun dua sektor saham dengan imbal hasil terbesar sepanjang 3 bulan pertama tahun ini adalah Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi (+10,5%) dan Jasa Keuangan (+8%).
Dari sektor Infrastruktur, Utilitas, dan Transportasi, saham PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) menjadi kontributor utama dalam mendorong kenaikan indeks sektoral tersebut. Saham FREN meroket hingga 297,4% sepanjang 3 bulan pertama tahun ini.
Harga saham perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi ini melesat seiring dengan beredarnya kabar bahwa perusahaan akan melakukan merger dengan operator telekomunikasi lainnya yakni PT Indosat Tbk (ISAT).
Santernya informasi konsolidasi dua emiten operator telekomunikasi ini kian terasa ketika Danareksa Sekuritas merilis riset terkait dengan proyeksi mereka jika FREN dan ISAT melakukan merger.
Dalam risetnya, Danareksa menilai simulasi FREN-ISAT yang dikabarkan berpeluang terjadi akan menciptakan perusahaan telekomunikasi yang dapat menawarkan kualitas layanan yang lebih baik-sampai tingkat tertentu dan secara efektif mendorong tingkat pengembalian yang lebih baik.
"Dan kami percaya entitas yang dikonsolidasikan juga akan memiliki pangsa pendapatan tertinggi ke-2 dan ini akan cukup untuk menekan XL Axiata," tulis Danareksa dalam risetnya.
Untuk sektor Jasa Keuangan, melesatnya sektor tersebut dipicu oleh kenaikan harga saham bank-bank yang masuk ke dalam kategori BUKU 4 yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (+12,57%), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (+6,73%), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (+6,82%).
Saham-saham bank BUKU (Bank Umum Kelompok Usaha) 4 (bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun) dikoleksi investor seiring dengan penguatan nilai tukar rupiah. Sepanjang kuartal I/2019, rupiah menguat 0,97% atau nyaris 1% melawan dolar AS di pasar spot. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, rupiah melemah hingga 1,44%.
Penguatan rupiah yang lumayan tersebut membuat kekhawatiran terkait dengan naiknya rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) dari bank-bank BUKU 4 menjadi mereda.
Selain itu, keputusan Bank Indonesia (BI) yang terus menahan tingkat suku bunga acuan sepanjang tahun ini ikut memantik aksi beli atas saham-saham bank BUKU 4. Sepanjang tahun lalu, BI mengerek naik suku bunga acuan sebesar 175 bps yang menyebabkan Net Interest Margin (NIM) dari bank-bank BUKU 4 tertekan.
Hal ini terjadi lantaran kenaikan suku bunga deposito yang dieksekusi perbankan (merespons kenaikan suku bunga acuan) tak bisa diikuti oleh kenaikan suku bunga kredit dengan besaran yang serupa.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas) Next Article Jelang Musim Laporan Keuangan, Ini Emiten Yang Mulai Diborong
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular