
Ini Dia Kinerja Komoditas Kuartal I-2019, Minyak Juaranya!
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
01 April 2019 16:07

Emas
Kinerja harga emas di kuartal pertama tahun ini memang tak bisa dibilang cemerlang. Tapi tak buruk juga kok.
Pasalnya selama 3 bulan penuh, harga emas dunia di pasar spot mampu menguat sebesar 0,65%.
Namun secara rata-rata, harga emas di pasar spot pada kuartal I-2019 mencapai US$ 1.303,5/troy ounce, lebih rendah 1,98% dibanding kuartal I-2018 yang sebesar US$ 1.329,8/troy ounce.
Penguatan harga emas didorong oleh sejumlah sentimen global yang membuat pelaku pasar menjadi tak bergairah berinvestasi pada instrumen berisiko.
Gonjang-ganjing Brexit (keluarnya Inggris dan Uni Eropa) dan damai dagang Amerika Serikat (AS)-China membuat kondisi perekonomian dunia makin tak pasti dan sulit diprediksi.
Tengok saja proses Brexit yang masih tak jelas hingga saat ini. Proposal ke-3 yang diajukan oleh pemerintahan Perdana Menteri Inggris, Theresa May pada hari Jumat (29/3/2019) kembali ditolak oleh parlemen.
Dengan begitu, Inggris hanya punya waktu sampai tanggal 12 April sebelum bergegas angkat kaki dari Uni Eropa. Bila sampai saat itu tidak ada kesepakatan apapun, maka perekonomian Inggris terancam terkontraksi hingga 8%.
Sama halnya dengan damai dagang AS-China yang juga belum disahkan hingga hari ini. Meski beraroma positif, namun perjalanan panjang dan naik turun dari perundingan AS-China membuat investor sulit untuk mengambil keputusan.
Di tengah ekonomi yang tak pasti, emas seringkali dijadikan sebagai pelindung nilai. Maklum, fluktuasi harga emas relatif lebih rendah dibanding instrumen investasi lain.
Karet
Karet juga merupakan komoditas asal Indonesia yang bisa membukukan kenaikan harga dengan cemerlang.
Terlihat dari penguatan harga sepanjang kuartal I-2019 yang mencapai 6,99%. Meski demikian, harga rata-rata pada kuartal I-2019 yang sebesar JPY 188,74/kg masih lebih rendah 2,96% tahun 2018 yang sebesar JPY 194,5/kg.
Rencana anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC), yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia untuk mengurangi ekspor karet alam diprediksi masih mampu untuk mengangkat harga.
Seperti yang telah diketahui, mulai tanggal 1 April, anggota ITRC sepakat untuk mengurangi ekspor karet alam sebesar 240.000 ton yang akan dilakukan dalam 4 bulan.
Sebagai catatan, secara bersama-sama ketiga negara ITRC menguasai sekitar 66% dari produksi karet alam dunia sepanjang 2018 yang tercatat mencapai 13,96 juta ton.
Bila pasokan makin ketat, maka keseimbangan fundamental dapat membaik dan membuat harga terangkat.
Selain itu, peningkatan harga minyak juga memberikan tarikan ke atas pada harga karet. Pasalnya minyak bumi merupakan bahan baku karet sintetis yang menjadi subsitusi karet alam di industri ban kendaraan bermotor.
Next Page
Komoditas Logam, Aluminium Terbaik
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular