
Duh! Sepanjang Kuartal-I, IHSG Terlemah Kedua di Asia
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
01 April 2019 12:51

Sayang, rilis data ekonomi dalam negeri membatasi kinerja bursa saham tanah air. Data ekonomi yang dimaksud terutama berkaitan dengan aktivitas perdagangan internasional Indonesia.
Pada pertengahan bulan Februari, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor turun sebesar 4,7% YoY sepanjang Januari 2019, lebih dalam dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni penurunan sebesar 0,61% YoY. Sementara itu, impor terkoreksi 1,83% YoY, juga lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 0,785% YoY.
Alhasil, defisit neraca dagang bulan Januari adalah senilai US$ 1,16 miliar, lebih dalam dari konsensus yang senilai US$ 925,5 juta.
Defisit pada bulan Januari membengkak jika dibandingkan dengan defisit bulan Desember yang senilai US$ 1,03 miliar dan jika dibandingkan defisit Januari 2018 yang senilai US$ 756,02 juta.
Defisit neraca dagang periode Januari 2019 yang senilai US$ 1,16 miliar merupakan defisit bulan Januari yang terparah dalam setidaknya 12 tahun terakhir.
Sebagai catatan, biasanya bulan Januari justru menghasilkan surplus. Dalam 12 tahun terakhir, hanya 4 kali neraca dagang membukukan defisit pada bulan Januari, sementara surplus tercatat sebanyak 8 kali.
Kemudian pada pertengahan bulan ini, BPS mengumumkan bahwa neraca dagang Indonesia membukukan surplus senilai US$ 330 juta pada periode Februari, jauh lebih baik dari ekspektasi yakni defisit senilai US$ 841 juta.
Namun, membaiknya neraca dagang merupakan hasil dari kontraksi impor yang jauh lebih dalam ketimbang penurunan pada pos ekspor.
Sepanjang bulan Februari, ekspor terkontraksi 11,33% secara tahunan, lebih dalam dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni kontraksi sebesar 4,26%. Sementara itu, impor diumumkan anjlok hingga 13,98% YoY, berbanding terbalik dengan konsensus yang mengekspektasikan kenaikan sebesar 0,4% YoY.
Jika dirunut, nilai ekspor Indonesia pada bulan Februari (US$ 12,53 miliar) merupakan yang terendah sejak Juni 2017. Sementara untuk impor (US$ 12,2 miliar), nilainya menjadi yang terendah sejak Juni 2018.
Lebih mirisnya lagi, Juni 2017 dan Juni 2018 merupakan jatuhnya hari raya Idul Fitri. Hari kerja lantas menjadi terpangkas secara signifikan. Wajar jika nilai ekspor-impor menjadi rendah pada Juni 2017 dan Juni 2018.
Lantas, rendahnya angka ekspor-impor Indonesia pada bulan Februari membuat pelaku pasar waspada. Pasalnya, hal tersebut bisa jadi mengindikasikan tekanan yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Pada pertengahan bulan Februari, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa ekspor turun sebesar 4,7% YoY sepanjang Januari 2019, lebih dalam dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni penurunan sebesar 0,61% YoY. Sementara itu, impor terkoreksi 1,83% YoY, juga lebih dalam dibandingkan konsensus yang memperkirakan koreksi sebesar 0,785% YoY.
![]() |
Alhasil, defisit neraca dagang bulan Januari adalah senilai US$ 1,16 miliar, lebih dalam dari konsensus yang senilai US$ 925,5 juta.
Defisit neraca dagang periode Januari 2019 yang senilai US$ 1,16 miliar merupakan defisit bulan Januari yang terparah dalam setidaknya 12 tahun terakhir.
Sebagai catatan, biasanya bulan Januari justru menghasilkan surplus. Dalam 12 tahun terakhir, hanya 4 kali neraca dagang membukukan defisit pada bulan Januari, sementara surplus tercatat sebanyak 8 kali.
Kemudian pada pertengahan bulan ini, BPS mengumumkan bahwa neraca dagang Indonesia membukukan surplus senilai US$ 330 juta pada periode Februari, jauh lebih baik dari ekspektasi yakni defisit senilai US$ 841 juta.
Namun, membaiknya neraca dagang merupakan hasil dari kontraksi impor yang jauh lebih dalam ketimbang penurunan pada pos ekspor.
Sepanjang bulan Februari, ekspor terkontraksi 11,33% secara tahunan, lebih dalam dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia yakni kontraksi sebesar 4,26%. Sementara itu, impor diumumkan anjlok hingga 13,98% YoY, berbanding terbalik dengan konsensus yang mengekspektasikan kenaikan sebesar 0,4% YoY.
Jika dirunut, nilai ekspor Indonesia pada bulan Februari (US$ 12,53 miliar) merupakan yang terendah sejak Juni 2017. Sementara untuk impor (US$ 12,2 miliar), nilainya menjadi yang terendah sejak Juni 2018.
Lebih mirisnya lagi, Juni 2017 dan Juni 2018 merupakan jatuhnya hari raya Idul Fitri. Hari kerja lantas menjadi terpangkas secara signifikan. Wajar jika nilai ekspor-impor menjadi rendah pada Juni 2017 dan Juni 2018.
Lantas, rendahnya angka ekspor-impor Indonesia pada bulan Februari membuat pelaku pasar waspada. Pasalnya, hal tersebut bisa jadi mengindikasikan tekanan yang signifikan bagi perekonomian Indonesia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular