
Demi Kerek Harga, RI Mulai Kurangi Ekspor Karet 98.160 Ton
Samuel Pablo, CNBC Indonesia
01 April 2019 12:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menerbitkan Keputusan Menteri Perdagangan (Kepmendag) Nomor 779 Tahun 2019 sebagai tindak lanjut pembatasan ekspor karet alam yang disepakati pemerintah Thailand, Indonesia, dan Malaysia pada 4-5 Maret lalu.
Ketiga negara yang tergabung dalam Dewan Karet Tripartit Internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC) telah sepakat untuk mengurangi ekspor karet alam sebesar 240.000 ton selama 4 bulan ke depan, terhitung sejak hari ini, 1 April 2019 hingga 31 Juli 2019. Hal itu dilakukan untuk menaikkan kembali harga karet dunia yang anjlok sepanjang tahun lalu.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BP3) Kemendag Kasan Muhri menyebutkan, harga karet alam dunia hampir menyentuh US$ 1,21/kg di November tahun lalu. Namun, serangkaian pertemuan ITRC sejak Desember hingga awal Maret kemarin perlahan-lahan berhasil memberikan sentimen positif kepada pasar dan mengerek harga naik.
"Sekarang mulai dirasakan ada perbaikan harga karet karena diplomasi karet yang kita lakukan. Harga karet akan bertahan dan terus membaik, bahkan kalau bisa mencapai US$ 2/kg. Paling tidak kalau harga bertahan di US$ 1,4-1,5/kg para petani bisa menikmati hasilnya," ujar Kasan dalam konferensi pers di kantor Kemendag, Senin (1/4/2019).
Secara detail, dari jumlah pengurangan ekspor yang disepakati 240.000 ton tadi, Thailand sebagai produsen terbesar telah berkomitmen sebesar 52,6% (126.240 ton), Indonesia sebesar 40,9% (98.160 ton), dan Malaysia 6,5% sisanya (15.600 ton).
Data Asosiasi Negara Produsen Karet Alam (Association of Natural Rubber Producing Countries/ ANRPC) mengestimasi produksi masing-masing negara anggota ITRC sepanjang tahun lalu sebesar 4,819 juta ton (Thailand), 3,774 juta ton (Indonesia) dan 600 ribu ton (Malaysia).
Secara bersama-sama, ketiga negara menguasai sekitar 66% dari produksi karet alam secara global, yakni 13,96 juta ton. Produksi global itu sendiri naik 4,6% dibandingkan tahun 2017 (year-on-year/yoy).
Simak video pemerintah mengerek harga karet di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article RI Atur Kuota Ekspor Karet, Bagaimana Thailand & Malaysia?
Ketiga negara yang tergabung dalam Dewan Karet Tripartit Internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC) telah sepakat untuk mengurangi ekspor karet alam sebesar 240.000 ton selama 4 bulan ke depan, terhitung sejak hari ini, 1 April 2019 hingga 31 Juli 2019. Hal itu dilakukan untuk menaikkan kembali harga karet dunia yang anjlok sepanjang tahun lalu.
"Sekarang mulai dirasakan ada perbaikan harga karet karena diplomasi karet yang kita lakukan. Harga karet akan bertahan dan terus membaik, bahkan kalau bisa mencapai US$ 2/kg. Paling tidak kalau harga bertahan di US$ 1,4-1,5/kg para petani bisa menikmati hasilnya," ujar Kasan dalam konferensi pers di kantor Kemendag, Senin (1/4/2019).
![]() |
Secara detail, dari jumlah pengurangan ekspor yang disepakati 240.000 ton tadi, Thailand sebagai produsen terbesar telah berkomitmen sebesar 52,6% (126.240 ton), Indonesia sebesar 40,9% (98.160 ton), dan Malaysia 6,5% sisanya (15.600 ton).
Data Asosiasi Negara Produsen Karet Alam (Association of Natural Rubber Producing Countries/ ANRPC) mengestimasi produksi masing-masing negara anggota ITRC sepanjang tahun lalu sebesar 4,819 juta ton (Thailand), 3,774 juta ton (Indonesia) dan 600 ribu ton (Malaysia).
Secara bersama-sama, ketiga negara menguasai sekitar 66% dari produksi karet alam secara global, yakni 13,96 juta ton. Produksi global itu sendiri naik 4,6% dibandingkan tahun 2017 (year-on-year/yoy).
Simak video pemerintah mengerek harga karet di bawah ini.
[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article RI Atur Kuota Ekspor Karet, Bagaimana Thailand & Malaysia?
Most Popular