Duh! Seluruh Indeks Saham Kawasan Asia Menguat kecuali IHSG

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 March 2019 16:47
Duh! Seluruh Indeks Saham Kawasan Asia Menguat kecuali IHSG
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka cenderung flat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan terakhir di pekan ini, Jumat (29/3/2019), dengan pelemahan sebesar 0,19% ke level 6.468,75.

IHSG menjadi satu-satunya indeks saham di kawasan Asia yang ditransaksikan di zona merah.



IHSG jatuh seiring dengan ambruknya harga saham emiten-emiten produsen kertas. Per akhir sesi 2, harga saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) jatuh hingga 7,03% ke level Rp 8.600/saham. Pelaku pasar melego saham INKP seiring dengan rilis kinerja keuangan tahun 2018 yang mengecewakan.

Sepanjang 2018, penjualan perusahaan tercatat tumbuh sebesar 6,6% menjadi US$ 3,3 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,1 miliar pada tahun 2017. Kemudian, laba bersih melejit 42,3% menjadi US$ 588,1 juta, dari yang sebelumnya US$ 413,2 juta.


Walaupun sekilas terlihat oke, tapi pertumbuhan penjualan dan laba bersih tahun 2018 jauh di bawah capaian tahun 2017. Sepanjang 2017, penjualan perusahaan tumbuh hingga 15%, sementara laba bersih meroket hingga 103,8%.

Seiring dengan mengecewakannya kinerja INKP, saham emiten produsen kertas lainnya yakni PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) juga dilego investor. Harga saham TKIM anjlok hingga 5,36%. Padahal, hingga saat ini TKIM belum merilis kinerja keuangan tahun 2018.

BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA.

Di sisi lain, bursa saham regional berhasil melaju di zona hijau seiring dengan negosiasi dagang AS-China yang berlangsung konstruktif. Pada hari ini, Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin telah selesai melakukan dialog dagang dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He di Beijing.

Melalui cuitan di akun Twitter, Mnuchin menyebut bahwa negosiasi dagang dengan China berlangsung konstruktif.



“@USTradeRep (Lighthizer) dan saya menyelesaikan negosiasi dagang yang konstruktif di Beijing,” cuit Mnuchin melaluin akun Twitternya, @stevenmnuchin1.

“Saya menantikan untuk menyambut Wakil Perdana Menteri China Liu He untuk melanjutkan diskusi yang penting ini di Washington pada pekan depan,” tambah Mnuchin dalam cuitan yang sama.

Sebelumnya, pejabat pemerintahan AS mengatakan bahwa China menawarkan proposal yang lebih berani dibandingkan yang mereka tawarkan sebelumnya, termasuk proposal guna mengatasi masalah pemaksaan transfer teknologi, seperti dikutip dari Reuters.

“Mereka (China) berbicara mengenai pemaksaan transfer teknologi dalam koridor yang sebelumnya tak pernah ingin mereka bicarakan – baik dalam cakupan maupun detailnya,” papar pejabat tersebut kepada Reuters.

Pejabat tersebut juga mengungkapkan bahwa para negosiator telah membuat kemajuan terkait dengan penulisan kesepakatan dagang kedua negara.

“Jika Anda melihat (draf) kesepakatan tertulis sebulan yang lalu dibandingkan dengan saat ini, kami telah menciptakan kemajuan di semua bidang.”

Dari sisi AS, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump siap untuk terus bernegosiasi dengan China selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan guna mencapai kesepakatan dagang yang diinginkan pihaknya.

Pernyataan Kudlow tersebut mengindikasikan bahwa AS mengapresiasi itikad baik yang ditunjukkan oleh China sehingga pihaknya siap untuk terus bernegosiasi.



Sejauh ini, perang dagang AS-China terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing. Di AS, Kemarin (28/3/2019) pembacaan akhir untuk angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-IV 2018 diumumkan di level 2,2% (QoQ annualized), jauh di bawah pembacaan awal yang sebesar 2,6%. Angka final pertumbuhan ekonomi AS tersebut juga lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,4%, seperti dilansir dari Forex Factory.

Jika kesepakatan dagang bisa dicapai, tentu perekonomian AS dan China, berikut perekonomian dunia, bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.


BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA.

Di sisi lain, penguatan bursa saham regional dibatasi oleh kisruh seputar proses perceraian Inggris dengan Uni Eropa atau yang dikenal dengan istilah Brexit (British Exit).

Beberapa hari yang lalu, parlemen Inggris gagal menentukan opsi yang akan diambil terkait dengan Brexit. Total, ada 8 alternatif yang diajukan kepada anggota parlemen, namun tak ada satu pun yang berhasil meraup suara mayoritas.



Kini, nasib Inggris menjadi luar biasa tidak jelas. Pada hari ini waktu setempat, Perdana Menteri Inggris Theresa May akan mengajukan kembali proposal Brexit kepada parlemen. Sebelumnya, proposal Brexit yang diajukan oleh May sudah ditolak sebanyak 2 kali.

Jika sampai ditolak lagi pada hari ini, Uni Eropa sudah menegaskan bahwa Inggris hanya memiliki 2 opsi: meninggalkan Uni Eropa tanpa kesepakatan apapun (No-Deal Brexit) pada 12 April mendatang atau perpanjangan tenggat waktu Brexit yang panjang.

Kalau sampai opsi No-Deal Brexit yang diambil, dampaknya dipastikan parah. Inggris dan Uni Eropa tak bisa lagi leluasa berdagang dengan tarif yang rendah atau tanpa tarif sama sekali seperti yang selama ini terjadi. Tarif dalam perdagangan Inggris-Uni Eropa akan mengacu kepada standar dari WTO yang pastinya lebih tinggi.

Jika dihitung, pada tahun 2018 ekspor Inggris ke 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya yakni Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, dan Belanda mencapai 17,1% dari total ekspor mereka. Dari sisi impor, kontribusi 5 negara tersebut dari total impor Inggris adalah sebesar 26,2%. Ingat, itu baru kontribusi dari 5 negara terbesar anggota Uni Eropa lainnya dan bukan dari seluruh anggota Uni Eropa.

Parahnya dampak dari No-Deal Brexit sebenarnya sudah diwanti-wanti oleh Bank of England (BoE) selaku bank sentral Inggris. BoE telah memperingatkan bahwa No-Deal Brexit bisa mengakibatkan resesi.

Sebagai informasi, resesi merupakan penurunan aktivitas ekonomi yang sangat signifikan yang berlangsung selama lebih dari beberapa bulan, seperti dilansir dari Investopedia. Sebuah perekonomian bisa dikatakan mengalami resesi jika pertumbuhan ekonominya negatif selama dua kuartal berturut-turut.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular