Saham Produsen Kertas Ambruk, IHSG Melemah Sendirian di Asia

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
29 March 2019 12:45
Saham Produsen Kertas Ambruk, IHSG Melemah Sendirian di Asia
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka cenderung flat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi 1, Jumat (29/3/2019), dengan pelemahan sebesar 0,57% ke level 6.443,64.

IHSG menjadi satu-satunya indeks saham di kawasan Asia yang ditransaksikan di zona merah.



IHSG jatuh seiring dengan ambruk harga saham emiten-emiten produsen kertas. Per akhir sesi 1, harga saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) jatuh hingga 5,41% ke level Rp 8.750/saham. Pelaku pasar melego saham INKP seiring dengan rilis kinerja keuangan tahun 2018 yang mengecewakan.

Sepanjang 2018, penjualan perusahaan tercatat tumbuh sebesar 6,6% menjadi US$ 3,3 miliar, dari yang sebelumnya US$ 3,1 miliar pada tahun 2017. Kemudian, laba bersih melejit 42,3% menjadi US$ 588,1 juta, dari yang sebelumnya US$ 413,2 juta.


Walaupun sekilas terlihat oke, tapi pertumbuhan penjualan dan laba bersih tahun 2018 jauh di bawah capaian tahun 2017. Sepanjang 2017, penjualan perusahaan tumbuh hingga 15%, sementara laba bersih meroket hingga 103,8%.

Seiring dengan mengecewakannya kinerja INKP, saham emiten produsen kertas lainnya yakni PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) juga dilego investor. Harga saham TKIM anjlok hingga 5,58%. Padahal, hingga saat ini TKIM belum merilis kinerja keuangan tahun 2018.

BERLANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA

Di sisi lain, bursa saham regional berhasil melaju di zona hijau seiring dengan negosiasi dagang AS-China yang berjalan dengan mulus.

Hari ini merupakan hari terakhir dari negosiasi dagang AS-China yang digelar di Beijing setelah dimulai kemarin. Negosiasi kali ini merupakan negosiasi tingkat tinggi lantaran melibatkan tokok-tokoh penting dari kedua negara.



Pihak AS mengirim kepala Perwakilan Dagang Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, sementara pihak China mengutus Wakil Perdana Menteri Liu He untuk menjamu perwakilan AS.

Dalam negosiasi dagang teranyar dengan AS tersebut, pejabat pemerintahan AS mengatakan bahwa China menawarkan proposal yang lebih berani dibandingkan yang mereka tawarkan sebelumnya, termasuk proposal guna mengatasi masalah pemaksaan transfer teknologi, seperti dikutip dari Reuters.

“Mereka (China) berbicara mengenai pemaksaan transfer teknologi dalam koridor yang sebelumnya tak pernah ingin mereka bicarakan – baik dalam cakupan maupun detilnya,” papar pejabat tersebut kepada Reuters.

Pejabat tersebut juga mengungkapkan bahwa para negosiator telah membuat kemajuan terkait dengan penulisan kesepakatan dagang kedua negara.

“Jika Anda melihat (draf) kesepakatan tertulis sebulan yang lalu dibandingkan dengan saat ini, kami telah menciptakan kemajuan di semua bidang.”

Bahkan, ada kemungkinan bahwa kesepakatan dagang akan dicapai dalam waktu yang sangat dekat.

"Bisa Mei, Juni, tidak ada yang tahu. Bisa juga April, kami tidak tahu," ujar pejabat pemerintahan AS yang lain, mengutip Reuters.

Dari sisi AS, Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump siap untuk terus bernegosiasi dengan China selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan guna mencapai kesepakatan dagang yang diinginkan pihaknya.

Pernyataan Kudlow tersebut mengindikasikan bahwa AS mengapresiasi itikad baik yang ditunjukkan oleh China sehingga pihaknya siap untuk terus bernegosiasi.



Sejauh ini, perang dagang AS-China terlihat jelas sudah menyakiti perekonomian masing-masing. Di AS, Kemarin (28/3/2019) pembacaan akhir untuk angka pertumbuhan ekonomi periode kuartal-IV 2018 diumumkan di level 2,2% (QoQ annualized), jauh di bawah pembacaan awal yang sebesar 2,6%. Angka final pertumbuhan ekonomi AS tersebut juga lebih rendah dari konsensus yang sebesar 2,4%, seperti dilansir dari Forex Factory.

Jika kesepakatan dagang bisa dicapai, tentu perekonomian AS dan China, berikut perekonomian dunia, bisa dipacu untuk melaju lebih kencang.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular