
Harga Avtur Bikin AirAsia Indonesia Merugi Hampir Rp 1 T
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
29 March 2019 12:48

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten Maskapai Berbiaya Murah (Low Cost Carrier/LCC), PT Air Asia Indonesia Tbk (CMPP) mencatatkan kerugian hingga Rp 907,29 miliar, hampir dua kali lipat dari kerugian tahun 2017 yang sebesar Rp 512,64 miliar. Ini artinya selama 4 tahun terakhir, Air Asia Indonesia belum pernah mencatatkan keuntungan.
Meskipun pendapatan usaha perusahaan berhasil tumbuh 10,87% year-on-year (YoY) menjadi Rp 4,34 triliun, namun beban pokok pendapatan perusahaan mencatatkan nilai yang lebih besar dibanding pendapatan. Padahal tahun 2017 Air Asia masih setidaknya berhasil mencatatkan laba kotor sebesar Rp 378.5 miliar atau setara dengan marjin kotor senilai 10%.
Total beban usaha Air Asia di tahun 2018 naik 123,32% YoY menjadi Rp 5,22 triliun dari yang sebelumnya Rp 3,44 triliun. Momok melesatnya beban usaha perusahaan adalah karena lonjakan signifikan pada biaya bahan bakar dan beban operasional lainnya.yang tumbuh masing-masing 53,17% dan 73,24% YoY.
Biaya bahan bakar Air Asia pada tahun 2018 mencapai Rp 1,87 triliun dari yang sebelumnya Rp 1,22 triliun di tahun 2017. Kemudian, beban operasional lain menyentuh level Rp 514,66 miliar dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 297,08 miliar.
Kinerja keuangan semakin diperparah karena pos pendapatan lain diluar penjualan juga turun, sehingga tidak mampu mencegah pelebaran kerugian tahun lalu, sebagai contohnya adalah penghasilan keuangan yang terkoreksi menjadi hanya Rp 3,69 miliar dari yang sebelumnya Rp 6,15 miliar.
Di akhir periode 2018, total aset perusahaan turun menjadi Rp 2,85 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,09 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 459,84 miliar dan aset tidak lancar sebesar Rp 2,36 triliun.
Liabilitas perseroan pada 2018 naik menjadi Rp 3,65 triliun, dari akhir 2017 yang sebesar Rp 3,05 triliun. Dengan liabilitas jangka pendek senilai Rp 2,81 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 840,83 miliar
Sementara nilai ekuitas di periode tersebut tercatat mencapai Rp 2,85 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Jual Bisnis Kargo, AirAsia Indonesia Terima Rp 55,4 M
Meskipun pendapatan usaha perusahaan berhasil tumbuh 10,87% year-on-year (YoY) menjadi Rp 4,34 triliun, namun beban pokok pendapatan perusahaan mencatatkan nilai yang lebih besar dibanding pendapatan. Padahal tahun 2017 Air Asia masih setidaknya berhasil mencatatkan laba kotor sebesar Rp 378.5 miliar atau setara dengan marjin kotor senilai 10%.
Total beban usaha Air Asia di tahun 2018 naik 123,32% YoY menjadi Rp 5,22 triliun dari yang sebelumnya Rp 3,44 triliun. Momok melesatnya beban usaha perusahaan adalah karena lonjakan signifikan pada biaya bahan bakar dan beban operasional lainnya.yang tumbuh masing-masing 53,17% dan 73,24% YoY.
Biaya bahan bakar Air Asia pada tahun 2018 mencapai Rp 1,87 triliun dari yang sebelumnya Rp 1,22 triliun di tahun 2017. Kemudian, beban operasional lain menyentuh level Rp 514,66 miliar dari periode yang sama tahun 2017 sebesar Rp 297,08 miliar.
Di akhir periode 2018, total aset perusahaan turun menjadi Rp 2,85 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp 3,09 triliun. Terdiri dari aset lancar Rp 459,84 miliar dan aset tidak lancar sebesar Rp 2,36 triliun.
Liabilitas perseroan pada 2018 naik menjadi Rp 3,65 triliun, dari akhir 2017 yang sebesar Rp 3,05 triliun. Dengan liabilitas jangka pendek senilai Rp 2,81 triliun dan liabilitas jangka panjang Rp 840,83 miliar
Sementara nilai ekuitas di periode tersebut tercatat mencapai Rp 2,85 triliun.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(dwa/hps) Next Article Jual Bisnis Kargo, AirAsia Indonesia Terima Rp 55,4 M
Most Popular