IHSG Menguat Jelang Keputusan BI, Berkah The Fed Masih Ada

Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
21 March 2019 13:19
IHSG Menguat Jelang Keputusan BI, Berkah The Fed Masih Ada
Foto: Ilustrasi saham (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta,CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri perdagangan sesi 1, Kamis (21/3/2019), dengan menguat sebesar 0,1% ke level 6.488,98.

Kinerja IHSG senda dengan kinerja mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga menguat: indeks Shanghai naik 0,61%; indeks Hang Seng naik 0,17%, indeks Straits Times naik 0,04%, indeks Kospi naik 0,15%. Hari ini indeks Nikkei tutup karena tanggal merah.

Pelaku pasar mengapresiasi keputusan yang diambil Jerome Powell, Gubernur bank sentral AS, The Fed, untuk bersikap anteng (dovish). The Fed secara resmi memilih tidak menaikkan suku bunga acuan AS atau Federal Funds Rate (FFR) dan tetap mempertahankan di level 2,25-2,5%.

Keputusan ini diambil The Fed karena indikasi perlambatan pertumbuhan pada belanja rumah tangga dan investasi di kuartal pertama tahun 2019. Selain itu di tahun 2018, inflasi AS secara keseluruhan turun, terutama di sektor energi, dilansir Reuters.

Di AS, produksi industri periode Februari 2019 diumumkan hanya tumbuh tipis 0,1% MoM, jauh di bawah konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,4% MoM, seperti dikutip dari Forex Factory.


Kemudian, Indeks perumahan NAHB (The National Association of Home Builders), pada Maret 2019 berada di angka 62, tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya. Pencapaian Maret tersebut berada di bawah konsensus pasar yang memperkirakan kenaikan menjadi 63.

Selain suku bunga, The Fed juga akan mengurangi laju pengurangan neraca mereka. Sejak akhir 2017, The Fed rajin melepas kepemilikan obligasi untuk mengurangi neraca yang gemuk akibat program quantitative easing (pelonggaran moneter).

Setiap bulannya, The Fed mengurangi sekitar US$ 50 miliar kepemilikan obligasi mereka yang mencapai sekira US$ 4 triliun.

Mulai Mei mendatang, The Fed akan memperlambat laju pengurangan neraca dan berencana menghentikannya pada September. Artinya The Fed akan berhenti menyedot likuiditas dari pasar.

Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani memberikan tanggapan positif atas keputusan The Fed yang akhirnya mengakhiri siklus kenaikan suku bunga yang telah berlangsung sejak 2015.

Namun, menurut Sri Mulyani ada dua hal yang harus diperhatikan terkait keputusan The Fed tersebut.

"Berarti itu baik untuk seluruh dunia tapi juga menggambarkan bahwa mereka concern ke pelemahan ekonomi baik di AS ataupun seluruh dunia," kata Sri Mulyani, di Jakarta, Kamis (21/3/2019).


LANJUT KE HALAMAN BERIKUTNYA>>

Keputusan The Fed yang dovish bisa tentunya akan menjadi bahan pertimbangan Bank Indonesia (BI) untuk menentukan bagaimana arah kebijakan suku bunga acuan tanah air.

Kamis siang ini, pasar memperkirakan Gubernur BI Perry Warijyo dan rekan-rekannya masih mempertahankan suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate di angka 6%. Bahkan ada ruang bagi BI untuk menurunkan suku bunga acuan. 

BI akan mengumumkan suku bunga acuan terbaru hari ini pukul 14:00 WIB.


Pasalnya laju inflasi domestik masih sangat santai. Hingga Februari, tingkat inflasi Indonesia tercatat 2,57% YoY atau terendah sejak November 2009.

Alhasil, tentu tidak menutup kemungkinan bagi BI untuk menyokong pertumbuhan ekonomi yang santai tersebut dengan menurunkan suku bunga acuannya.

Terlebih lagi, sikap The Fed yang anteng menjadikan arus modal investor tidak lagi berfokus pada dolar AS, sehingga peluang arus modal masuk ke Indonesia lebih tinggi.

"Dengan sinyal dari the Fed yang semakin jelas, akan membuka jalan bagi rupiah untuk lebih stabil di tahun ini," kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah kepada CNBC Indonesia.

Dengan demikian tentunya berinvestasi di bursa saham Indonesia menjadi salah satu pilihan.

Investor asing, pada penutupan perdagangan sesi 1, masih membukukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 1,3 miliar. Artinya, sudah hampir sepekan berturut-turut investor asing terus memburu emiten-emiten perusahaan Indonesia.

Emiten-eminten yang dibeli investor asing adalah PT Bank Negara Indonesia Tbk/BBNI (Rp 15,51 miliar); PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 8,88 miliar); PT H M Sampoerna Tbk/HMSP (Rp 8,67 miliar); PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (Rp 7,77 miliar); PT United Tractors Tbk/UNTR (Rp 5,76 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular