
Jelang Pengumuman Suku Bunga, Harga Obligasi Negara Melesat
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
21 March 2019 12:49

Jakarta, CNBC Indonesia - Pascapengumuman suku bunga The Fed, bank sentral AS, yang bersikap menahan suku bunga alias dovish semalam, harga obligasi rupiah pemerintah melanjutkan penguatan dengan satuan penguatan yang fantastis.
Penguatan harga terjadi hingga membuat tingkat imbal hasil surat utang negara (SUN) seri acuan turun lebih dari 10 basis poin (bps), yang juga bertepatan dengan momentum jelang penentuan suku bunga Bank Indonesia, siang ini, Kamis (21/3/2019).
Kenaikan harga tersebut juga membuat reli yang terjadi sejak 12 Maret kembali berlanjut.
Naiknya harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 11,6 bps menjadi 8,05%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Siang ini, BI akan mengumumkan kebijakan moneter dengan konsensus yang menunjukkan mayoritas pelaku pasar masih memprediksi suku bunga akan tetap pada level saat ini, 6%.
Meskipun demikian, ada beberapa pelaku pasar yang juga memprediksi suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) akan turun.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 512 bps, melebar dari posisi kemarin 511 bps.
Meskipun demikian, besaran spread yang masih lebih tinggi dari rerata tahun lalu 450 bps tersebut masih menunjukkan selisih yang cukup besar dan menawarkan tingkat keuntungan yang besar bagi investor asing.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,52% dari posisi kemarin 2,6%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun-5 tahun dan tenor 3 tahun-5 tahun, dari posisi kemarin yang hanya terjadi pada tenor 2 tahun-5 tahun.
Hal ini semakin menunjukkan inversi yang lebih parah dibandingkan dengan kemarin. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data terakhir Kemenkeu menunjukkan investor asing menggenggam Rp 940,4 triliun SBN, atau 38,03% dari total beredar Rp 2.472 triliun berdasarkan data per 14 Maret.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 47,15 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya 0,1% dan 0,39%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi setelah The Fed mengeluarkan pernyataan dovish terkait kebijakan moneternya.
Kenaikan harga pada pasar Brasil, India, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, gilt Inggris, dan US Treasury di AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Kinerja Emiten AS Dongkrak Harga SUN, Tenor Panjang Diburu
Penguatan harga terjadi hingga membuat tingkat imbal hasil surat utang negara (SUN) seri acuan turun lebih dari 10 basis poin (bps), yang juga bertepatan dengan momentum jelang penentuan suku bunga Bank Indonesia, siang ini, Kamis (21/3/2019).
Kenaikan harga tersebut juga membuat reli yang terjadi sejak 12 Maret kembali berlanjut.
Naiknya harga SUN itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling menguat adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 11,6 bps menjadi 8,05%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Siang ini, BI akan mengumumkan kebijakan moneter dengan konsensus yang menunjukkan mayoritas pelaku pasar masih memprediksi suku bunga akan tetap pada level saat ini, 6%.
Meskipun demikian, ada beberapa pelaku pasar yang juga memprediksi suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) akan turun.
Yield Obligasi Negara Acuan 21 Mar 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 20 Mar 2019 (%) | Yield 21 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 20 Mar'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.272 | 7.185 | -8.70 | 7.2222 |
FR0078 | 10 tahun | 7.714 | 7.645 | -6.90 | 7.6779 |
FR0068 | 15 tahun | 8.057 | 7.994 | -6.30 | 7.9935 |
FR0079 | 20 tahun | 8.173 | 8.057 | -11.60 | 8.0968 |
Avg movement | -8.38 |
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 512 bps, melebar dari posisi kemarin 511 bps.
Meskipun demikian, besaran spread yang masih lebih tinggi dari rerata tahun lalu 450 bps tersebut masih menunjukkan selisih yang cukup besar dan menawarkan tingkat keuntungan yang besar bagi investor asing.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,52% dari posisi kemarin 2,6%.
Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada tenor 2 tahun-5 tahun dan tenor 3 tahun-5 tahun, dari posisi kemarin yang hanya terjadi pada tenor 2 tahun-5 tahun.
Hal ini semakin menunjukkan inversi yang lebih parah dibandingkan dengan kemarin. Inversi adalah kondisi lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding yield seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 21 Mar 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 20 Mar 2019 (%) | Yield 21 Mar 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.473 | 2.466 | 3 bulan-5 tahun | 14 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.4 | 2.398 | 2 tahun-5 tahun | 7.2 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.337 | 2.334 | 3 tahun-5 tahun | 0.8 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.336 | 2.326 | 3 bulan-10 tahun | -5.9 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.538 | 2.525 | 2 tahun-10 tahun | -12.7 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data terakhir Kemenkeu menunjukkan investor asing menggenggam Rp 940,4 triliun SBN, atau 38,03% dari total beredar Rp 2.472 triliun berdasarkan data per 14 Maret.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 47,15 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya 0,1% dan 0,39%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi setelah The Fed mengeluarkan pernyataan dovish terkait kebijakan moneternya.
Kenaikan harga pada pasar Brasil, India, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di pasar bund Jerman, gilt Inggris, dan US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 20 Mar 2019 (%) | Yield 21 Mar 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.79 | 8.72 | -7.00 |
China | 3.154 | 3.175 | 2.10 |
Jerman | 0.081 | 0.078 | -0.30 |
Perancis | 0.457 | 0.461 | 0.40 |
Inggris | 1.157 | 1.146 | -1.10 |
India | 7.536 | 7.517 | -1.90 |
Jepang | -0.037 | -0.035 | 0.20 |
Malaysia | 3.849 | 3.825 | -2.40 |
Filipina | 6.087 | 6.101 | 1.40 |
Rusia | 8.27 | 8.28 | 1.00 |
Singapura | 2.149 | 2.117 | -3.20 |
Thailand | 2.52 | 2.49 | -3.00 |
Amerika Serikat | 2.538 | 2.525 | -1.30 |
Afrika Selatan | 8.76 | 8.745 | -1.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/tas) Next Article Kinerja Emiten AS Dongkrak Harga SUN, Tenor Panjang Diburu
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular