Spekulasi AS-China Memanas, Dolar Australia Loyo

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 March 2019 12:52
Dolar Australia melemah di perdagangan sesi Asia pada hari Rabu (20/3/19).
Foto: Foto Ilustrasi mata uang Dolar Australia. REUTERS / Daniel Munoz / File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Australia melemah di perdagangan sesi Asia pada Rabu (20/3/19) setelah diguyur sentimen negatif dari hubungan AS-China yang dispekulasikan akan kembali memanas.

Pada pukul 11:48 WIB, dolar Australia ditransaksikan di level 0,7072/dolar AS setelah sebelumnya sempat melemah ke kisaran 0,7055/dolar AS, seperti dilansir dari kuotasi pasar spot Meta Trader 5.

China merupakan pasar ekspor terbesar Australia, sehingga isu-isu yang berdampak terhadap ekonomi China juga akan mempengaruhi nilai tukar dolar Australia.


Mengutip CNBC International, Bloomberg News melaporkan bahwa beberapa pejabat AS khawatir jika China tidak akan memenuhi beberapa hal yang sebelumnya telah mereka sepakati dengan AS.

Hal ini seiring dengan negosiator China yang merasa tidak mendapat jaminan jika bea masuk yang dikenakan oleh AS akan dicabut setelah terjadi kesepakatan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut.

Perang dagang antara AS dan China menjadi faktor utama perlambatan ekonomi global, yang membuat beberapa bank sentral utama dunia bersikap tak agresif alias dovish.

Reserve Bank Australia (RBA) menjadi salah satu bank sentral yang bersikap lebih dovish dibandingkan sebelumnya.

Bank sentral Australia ini membuka peluang penurunan suku bunga acuan, berbeda dengan tahun lalu yang secara konsisten mengungkapkan jika kebijakan yang diambil selanjutnya adalah pengetatan.

Rilis notulen rapat moneter RBA kemarin menunjukkan perekonomian Australia sedang melambat. Selain inflasi yang rendah, salah satu yang menjadi sorotan adalah data sektor perumahan.

Biro Statistik Australia kemarin (19/3/2019) merilis data indeks harga rumah periode kuartal-IV 2018 turun sebesar 2,4% secara kuartalan, menandai penurunan terbesar sejak data ini mulai dicatat pada akhir 2003.

Akibat penurunan tersebut, Asisten Gubernur RBA Michele Bullock, pagi tadi meminta industri perbankan untuk melonggarkan peraturan dalam pemberian pinjaman.

Bullock menilai kondisi kredit saat ini jauh lebih ketat dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya sehingga perlu dilonggarkan untuk memacu kembali sektor perumahan. Ia juga yakin dengan kemampuan sektor rumah tangga Australia dalam membayar pinjaman.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ank/tas) Next Article Satu Kampung Kena Tipu Forex! Ini Trik Agar Terhindar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular