Siap-siap Cuan, Citibank: IHSG Bisa ke 6.900 di Akhir Tahun

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
20 March 2019 12:07
Bank investasi asal Amerika Serikat ini, menilai ekonomi Indonesia masih cukup baik meskipun ada pemilihan umum (Pemilu).
Foto: Chief Executive Officer Citibank Indonesia Batara Sianturi Kunjungi CNBC Indonesia. (CNBC Indonesia/Tias Budiarto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Citibank Indonesia memprediksi hingga akhir 2019 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa menyentuh level 6.900. Bank investasi asal Amerika Serikat ini, menilai ekonomi Indonesia masih cukup baik meskipun ada pemilihan umum (Pemilu).

"Untuk pasar saham, kami perkirakan IHSG hingga Juni berada pada level 6.600 dan akhir tahun bisa mencapai 6.900," kata Chief Executive Officer Citibank Indonesia, Batara Sianturi, saat mengunjungi Redaksi CNBC Indonesia, Rabu (20/03/2019).

Terkait dengan pemilihan umum, baik presiden maupun legislatif, jika hasilnya sudah mutlak serta tidak berpotensi konflik dan mengulur-ulur waktu pasar pelaku pasar pasti akan senang menerimanya.

"Siapapun pemenangnya kalau hasilnya decisive, pasar pasti akan senang menerima," tambah Batara.

Pada kesempatan yang sama, Batara mengatakan, aliran dana asing ke Indonesia cukup besar, baik ke obligasi maupun saham. Aliran dana asing yang masuk ke pasar obligasi sekitar Rp 47 triliun dan ke saham sekitar Rp 10,75 triliun.

"Setidaknya nilai inflow asing tahun ini lebih baik dibandingkan tahun lalu," ujar Batara.

Sebelumnya, Bahana Sekuritas memprediksi, IHSG bisa menyentuh level 6.800 hingga akhir tahun ini atau naik sekitar 10%, tepatnya 9,77%, dibandingkan penutupan perdagangan 2018.

Kepala Riset Bahana Sekuritas, Lucky Ariesandi, menjelaskan salah satu penopang penguatan IHSG adalah aliran dana asing yang terus masuk sejak November 2018.

Selain itu, perbaikan ekonomi domestik dan gejolak ekonomi yang mulai reda ikut mendukung arah IHSG ke level tersebut.

"Tekanan dari eksternal kelihatannya tidak seberat tahun lalu, karena kenaikan suku bunga The Fed tertahan, yang juga akan berdampak positif untuk stabilitas nilai tukar," papar Lucky dalam siaran pers yang diterima CNBC Indonesia, Senin (18/03/2019).

Sebagai perbandingan, pada 2018 IHSG menjadi yang terburuk dalam 3 tahun terakhir setelah minus 2,54% dalam setahun, padahal tahun 2017 dan 2016 IHSG masih memberikan return 19,99% dan 15,32%. Tahun 2018, IHSG ditutup di level 6.194,50 pada Jumat 28 Desember 2018.
(hps/tas) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular