
Sri Mulyani: Dunia Sambut Perlambatan Bunga The Fed
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
20 March 2019 11:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan saat ini Amerika Serikat (AS) mulai merasa tidak diuntungkan dengan kondisi ekonomi secara global.
Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) kian agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga selama beberapa tahun terakhir.
"Kalau kita lihat AS, saat ini mereka masih merasa nyaman atas pertumbuhan yang kuat namun juga mulai merasa kondisi global mulai tidak menguntungtungkan atas perekonomian mereka sendiri," tutur Sri Mulyani ketika memberi sambutan dalam kegiatan diskusi yang diadakan Fitch Ratings, Rabu (20/3/2019).
Dia menyinggung pula bagaimana pada tahun lalu, pengetatan moneter oleh The Fed yang berdampak pada banyak negara emerging market (berkembang), termasuk Indonesia. Di dalam negeri, capital outflow atau aliran modal asing keluar tak terbendung dan nilai tukar rupiah tertekan.
Namun, itu semua dapat diatasi dengan cukup baik dengan bagaimana Bank Indonesia (BI) juga secara agresif menaikkan suku bunga hingga tujuh kali sepanjang tahun.
"Itu mengapa, perlambatan kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve sangat disambut, bukan hanya oleh AS namun juga dunia," lanjutnya.
Pada tahun ini, Sri Mulyani menegaskan akan terus memperhatikan kondisi ekonomi global. Selain kebijakan moneter AS, ia akan terus memantau perkembangan kondisi geopolitik dan perdagangan internasional. Tak terkecuali, pergerakan harga komoditas.
"Perjanjian dagan antara AS dan China, AS dan Eropa, yang saya rasa akan punya dampak signifkan pada ekonomi global," sebut Sri Mulyani.
Meski memasuki tahun politik, Sri Mulyani menegaskan hal tersebut tidak akan mengganggu perekonomian Indonesia. Bahkan, pemerintah akan terus melakukan reformasi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Indonesia meski stabilitas tetap menjadi prioritas.
Indonesia, disebut Sri Mulyani telah cukup dewasa dalam pelaksanaan pemilu. Dia optimis, pemilu akan berjalan aman dan tidak memiliki dampak negatif pada kondisi makroekonomi.
"Saya rasa apa yang Indonesia bisa perlihatkan kepada Anda adalah tiga hal ini, pemilu, makroekonomi, dan kredit, di mana tidak ada apa yang disebut trade off antara satu sama lain. Mengadakan pemilihan berarti makroekonomi menjadi korban bukanlah hal yang terjadi di Indonesia," tegas Sri Mulyani.
(dru) Next Article Prepare for the Worst, Ini Wejangan Sri Mulyani
Bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) kian agresif dalam menaikkan tingkat suku bunga selama beberapa tahun terakhir.
"Kalau kita lihat AS, saat ini mereka masih merasa nyaman atas pertumbuhan yang kuat namun juga mulai merasa kondisi global mulai tidak menguntungtungkan atas perekonomian mereka sendiri," tutur Sri Mulyani ketika memberi sambutan dalam kegiatan diskusi yang diadakan Fitch Ratings, Rabu (20/3/2019).
Namun, itu semua dapat diatasi dengan cukup baik dengan bagaimana Bank Indonesia (BI) juga secara agresif menaikkan suku bunga hingga tujuh kali sepanjang tahun.
"Itu mengapa, perlambatan kenaikan suku bunga oleh The Federal Reserve sangat disambut, bukan hanya oleh AS namun juga dunia," lanjutnya.
Pada tahun ini, Sri Mulyani menegaskan akan terus memperhatikan kondisi ekonomi global. Selain kebijakan moneter AS, ia akan terus memantau perkembangan kondisi geopolitik dan perdagangan internasional. Tak terkecuali, pergerakan harga komoditas.
"Perjanjian dagan antara AS dan China, AS dan Eropa, yang saya rasa akan punya dampak signifkan pada ekonomi global," sebut Sri Mulyani.
Meski memasuki tahun politik, Sri Mulyani menegaskan hal tersebut tidak akan mengganggu perekonomian Indonesia. Bahkan, pemerintah akan terus melakukan reformasi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Indonesia meski stabilitas tetap menjadi prioritas.
Indonesia, disebut Sri Mulyani telah cukup dewasa dalam pelaksanaan pemilu. Dia optimis, pemilu akan berjalan aman dan tidak memiliki dampak negatif pada kondisi makroekonomi.
"Saya rasa apa yang Indonesia bisa perlihatkan kepada Anda adalah tiga hal ini, pemilu, makroekonomi, dan kredit, di mana tidak ada apa yang disebut trade off antara satu sama lain. Mengadakan pemilihan berarti makroekonomi menjadi korban bukanlah hal yang terjadi di Indonesia," tegas Sri Mulyani.
(dru) Next Article Prepare for the Worst, Ini Wejangan Sri Mulyani
Most Popular