Harga Karet Loyo, Ini Permintaan RI kepada Thailand-Malaysia

Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
13 March 2019 15:21
Ini merupakan kunjungan pertama Pramudwinai dalam kapasitas sebagai Ketua ASEAN periode 2019.
Foto: Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerima kunjungan kehormatan dari Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (13/3/2019).

Ini merupakan kunjungan pertama Pramudwinai dalam kapasitas sebagai Ketua ASEAN periode 2019. Dalam pertemuan yang berlangsung tak sampai 30 menit itu, beberapa isu dibahas antara kedua negara.

RI Ingin Peran Thailand-Malaysia Atas Anjloknya Harga KaretFoto: Gedung Baru Sekretariat ASEAN (Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR)


Pertama, adalah persoalan harga karet dunia yang dalam beberapa waktu terakhir terus bergerak turun. Sebagai salah satu produsen karet terbesar di dunia, Indonesia menginginkan adanya kerja sama untuk menstabilkan harga karet.


"Kalau Thailand, Malaysia, Indonesia digabung jadi satu, kita akan jadi produsen karet terbesar di dunia," kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi usai mendampingi kepala negara di kompleks kepresidenan.

"Sekarang harga karet turun. Tidak ada pilihan lain bagi ketiga negara tersebut, bekerja sama agar harga karet tidak terus turun. Secara khusus, Presiden menyampaikan hal ini," ungkapnya.


Pada pertengahan Februari lalu, pemerintah Indonesia memang mengutus Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution untuk menemui perwakilan Malaysia maupun Thailand untuk membicarakan hal tersebut.


Pertemuan tersebut diselenggarakan di dalam forum Dewan Karet Tripartit Internasional (International Tripartite Rubber Council/ITRC) yang digelar di Bangkok, Thailand, pada 21-22 Februari 2019 lalu.

Pejabat senior dari ketiga negara lantas menggelar Special Senior Officials Meeting (SOM) di Bangkok, Thailand pada 4-5 Maret kemarin. Ketiganya sepakat melakukan pengurangan ekspor karet alam (natural rubber) 240.000 ton melalui skema Agreed Export Tonnage (AETS). Pengurangan ekspor akan dilakukan dalam waktu 4 (empat) bulan, terhitung sejak 1 April 2019.




Perwakilan Thailand, sambung Retno, pun telah memberikan sinyal konkret untuk ikut serta, bekerja sama mengantisipasi penurunan harga karet lanjutan. Namun, hal tersebut masih dalam perundingan.


"Thailand sudah memberikan komitmen konkret," tegas Retno.

Selain membicarakan persoalan harga karet, Retno juga mengakui bahwa Jokowi juga membahas masalah penyelesaian Rohingya, hingga pengembangan konsep kerja sama Indo-Pasific di tingkat regional.


"Ini follow up keputusan Asean Summit tahun lalu. Indonesia yang sampaikan inisiatif seperti ini, dan mendapatkan respons positif," katanya.

Simak video terkait kritik Jokowi terhadap internal pemerintah di bawah ini.

[Gambas:Video CNBC]
(miq/miq) Next Article RI Cs Pangkas Ekspor Karet 300.000 Ton, Harga Akan Naik?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular