Dari Pole Position, Rupiah Finis di Posisi 3

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
12 March 2019 17:00
Dari <i>Pole Position</i>, Rupiah Finis di Posisi 3
Ilustrasi Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah berhasil menguat 2 hari beruntun meski gagal mempertahankan mahkota raja Asia. 

Pada Selasa (12/3/2019) US$ 1 dihargai Rp 14.260 kala penutupan pasar spot. Rupiah menguat 0,18% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya. 

Kala pembukaan pasar, rupiah sudah menguat 0,32%. Rupiah sudah start dari pole position, karena menjadi yang terdepan dibandingkan mata uang Asia lainnya.

Kemudian penguatan rupiah sempat menebal hingga nyaris menyentuh 0,4%. Saat itu rupiah masih menjadi mata uang terbaik di Asia.
 


Namun jelang tengah hari, performa rupiah mengendur. Benar saja, rupiah lalu tersalip oleh rupee India di klasemen mata uang utama Asia. Situasi ini bertahan hingga penutupan pasar spot. 


Berikut pergerakan kurs dolar AS terhadap rupiah sepanjang hari ini: 

 

Seperti halnya rupiah, mayoritas mata uang utama Asia juga menguat terhadap dolar AS. Namun seperti yang sudah disinggung sebelumnya, rupiah gagal menjadi yang terbaik di Asia seperti kemarin. 

Bahkan posisi rupiah kini bukan lagi runner-up di bawah rupee, melainkan di peringkat ketiga. Won Korea Selatan juga mampu menyalip rupiah. 


Berikut perkembangan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning pada pukul 16:16 WIB: 

 


(BERLANJUT KE HALAMAN 2)

Faktor dalam dan luar negeri memang sedang kondusif bagi rupiah. Dari dalam negeri, setelah cukup lama tertekan, rupiah jadi punya ruang untuk menguat karena harganya yang sudah murah bisa menarik minat investor. 

Sejak akhir Februari hingga hari ini, rupiah melemah 1,42% terhadap dolar AS. Koreksi yang sudah dalam tersebut tentu membuka peluang terjadinya technical rebound.



Masih dari dalam negeri, investor (terutama asing) juga memburu rupiah sebagai modal untuk ikut lelang obligasi pemerintah. Hari ini pemerintah melelang 7 seri obligasi dengan target indikatif Rp 15 triliun tetapi bisa dinaikkan menjadi Rp 30 triliun. 

Hasilnya, pemerintah memenangkan Rp 18,05 triliun dari total Rp 58,31 triliun penawaran yang masuk. Uang hasil lelang ini mungkin belum terhitung sebagai arus modal masuk (capital inflow) karena pencatatan/setelmen baru berlangsung pada 14 Maret. 

Namun keikutsertaan investor asing dalam lelang ini tentu membuat permintaan rupiah meningkat. Valas dijual, rupiah dibeli, dan kemudian investor asing ikut dalam lelang. Proses ini saja sudah menjadi energi buat rupiah karena ada peningkatan permintaan yang membuat nilai mata uang ini menguat. 


(BERLANJUT KE HALAMAN 3)


Sementara dari sisi eksternal, rupiah diuntungkan karena dolar AS tidak hanya sedang melemah di Asia tetapi juga secara global. Pada pukul 16:31 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback terhadap enam mata uang utama dunia) melemah 0,25%. 

Dolar AS sepertinya sedang memasuki masa konsolidasi karena memang penguatannya sudah cukup pesat. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index masih menguat 0,35% dan sejak awal tahun penguatannya adalah 0,83%. 



Berlawanan dengan rupiah, penguatan dolar AS yang tajam ini membuatnya rentan terserang koreksi teknikal. Investor yang sudah mendapat cuan besar tentu akan tertarik untuk mencairkannya, sehingga dolar AS mengalami tekanan jual dan nilainya melemah. 

Kebetulan investor juga sedang berani mengambil risiko karena perkembangan positif dari hubungan AS-China. Kantor berita Xinhua memberitakan bahwa Wakil Perdana Menteri China Liu He telah melakukan pembicaraan via telepon dengan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin dan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer. 

Menurut seorang sumber, mereka membicarakan soal sebuah kesepakatan. Tidak ada penjelasan lebih lanjut, tetapi pelaku pasar bisa menduga bahwa kesepakatan yang dimaksud adalah perjanjian untuk mengakhiri perang dagang. 

Damai dagang AS-China menjadi sebuah sentimen yang sangat bisa menggerakkan pasar. Sebab kala dua kekuatan ekonomi terbesar di bumi tidak lagi saling hambat, maka arus perdagangan dan rantai pasok global akan kembali bergeliat. Dunia boleh berharap akan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. 


Lalu juga ada kabar baik seputar dinamika Brexit. Perdana Menteri Inggris Theresa May dan Presiden Komisi Uni Eropa Jean-Claude Juncker menyepakati klausul baru terkait backstop di perbatasan Irlandia Utara-Republik Irlandia. 

Backstop adalah semacam jaminan bahwa tidak ada perlakuan kepabeanan yang ketat di perbatasan kedua negara tersebut. Namun ide ini mendapat tentangan dari parlemen Inggris, karena menilai sama saja dengan Inggris tetap tunduk dengan aturan kepabeanan Uni Eropa. Kedaulatan negara menjadi dipertanyakan. 

Oleh karena itu, May dan Juncker setuju bahwa dalam proposal Brexit yang baru nanti Inggris bisa sewaktu-waktu keluar dari kesepakatan backstop. Dengan begitu, Inggris tidak akan merasa 'terjebak' oleh aturan dari Brussel. 

Pelaku pasar berharap proposal ini bisa disetujui di parlemen Negeri Ratu Elizabeth. Parlemen dijadwalkan menggelar voting pada malam ini waktu Indonesia.  


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular