
Kendaraan Listrik Bakal Dorong Kinerja Antam, Lah Kok Bisa?
Dwi Ayuningtyas, CNBC Indonesia
11 March 2019 18:38

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) sepertinya akan terus bersinar di tahun 2019. Kali ini, katalis positifnya bukan hanya karena penjualan emas yang menjadi bisnis utamanya, tapi karena tingginya permintaan nikel.
Pasalnya, permintaan nikel diproyeksi akan naik signifikan karena pemerintah Indonesia mulai fokus menggarap industri kendaraan listrik.
Pemerintah bahkan sudah mematok target bahwa 20% produksi kendaraan tanah air di tahun 2025 haruslah kendaraan listrik. Bahkan pemerintah menargetkan bisa menjadi salah satu pemain utama dalam industri kendaraan listrik global.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah sudah mengambil langkah nyata berupa perjanjian kerja sama produksi kendaraan listrik dengan Hyundai Motor Co dan Japan's Mitsubishi Motors, seperti dilansir dari Reuters. Oleh karena itu, ketersedian pasokan nikel akan menjadi kunci pencapaian target dan kerja sama yang telah dilakukan pemerintah.
Seperti yang diketahui, komponen penting pada kendaraan listrik adalah baterai, dan nikel merupakan bahan utamanya. Jika produsen nikel lokal seperti ANTM dapat menjadi salah satu penyalur utama baterai kendaraan listrik (baterai EV), maka pertumbuhan laba ANTM tentu akan lebih menjanjikan.
Pertanyaannya, mampukah ANTM memenuhi permintaan pasar?
Perseroan sepertinya sudah memprediksi lonjakan permintaan komoditas nikel ini. Bagaimana tidak, perusahaan terus mendirikan pabrik produksi nikel, yang membuat ANTM mampu memproduksi bijih nikel 67% lebih tinggi dibanding tahun 2017.
Ekspansi pabrik ini juga yang membuat produksi feronikel ANTM menyentuh akan tertinggi dalam sejarah.
Guna menggenjot kapasitas produksi, pabrik feronikel perusahaan di Halmahera Timur, Maluku Utara, ditargetkan akan rampung pada semester pertama tahun ini. Selesainya pabrik tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel sebesar 50% menjadi 40.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun dari 27.000 ton TNi di tahun 2018.
Selain itu, untuk mengolah cadangan bijih nikel kadar rendah, tahun lalu perusahaan mendatangi kerja sama pembangunan Proyek Pengembangan Pabrik Nickel Pig Iron (NPI) Blast Furnace dengan Ocen Energy Nickel International Pte. Ltd (OENI). Proyek NPI Blast Furnace nantinya akan memiliki total produksi mencapai 30.000 ton TNi.
Sebagai tambahan, permintaan nikel bahkan bisa lebih tinggi dari proyeksi permintaan saat ini, jika pemerintah Indonesia memberlakukan pemotongan pajak bagi produsen baterai EV.
Jika pemotongan pajak benar-benar diterapkan, maka itu akan mendorong produsen untuk memproduksi lebih. Alhasil tentu, permintaan nikel yang merupakan bahan baku utama baterai EV akan meningkat.
Tahun lalu, laba Antam meroket 540,57% YoY menjadi Rp 874,42 miliar. Dari pendapatan tahun lalu yang tembus Rp 25,24 triliun (naik 99,47% YoY, memang sebagian besar atau 66% masih berasal dari bisnis emas. Kendati pertumbuhan bisnis bijih nikel dan feronikel juga melonjak tahun lalu.
Ke depan, jika porsi komoditas nikel meningkat terhadap penjualan Antam, maka laba bersih perusahaan berpotensi semakin terdongkrak. Hal tersebut karena, nikel menyumbangkan margin yang lebih besar dibandingkan emas, mengutip dari business.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak kinerja Antam sepanjang 2018, langsung dari Direktur Keuangan ANTM.
[Gambas:Video CNBC]
(dwa/tas) Next Article 'Booming' Nikel, Kinerja Segmen Nikel Antam Naik di 2021
Pasalnya, permintaan nikel diproyeksi akan naik signifikan karena pemerintah Indonesia mulai fokus menggarap industri kendaraan listrik.
Pemerintah bahkan sudah mematok target bahwa 20% produksi kendaraan tanah air di tahun 2025 haruslah kendaraan listrik. Bahkan pemerintah menargetkan bisa menjadi salah satu pemain utama dalam industri kendaraan listrik global.
Untuk mencapai target tersebut, pemerintah sudah mengambil langkah nyata berupa perjanjian kerja sama produksi kendaraan listrik dengan Hyundai Motor Co dan Japan's Mitsubishi Motors, seperti dilansir dari Reuters. Oleh karena itu, ketersedian pasokan nikel akan menjadi kunci pencapaian target dan kerja sama yang telah dilakukan pemerintah.
Seperti yang diketahui, komponen penting pada kendaraan listrik adalah baterai, dan nikel merupakan bahan utamanya. Jika produsen nikel lokal seperti ANTM dapat menjadi salah satu penyalur utama baterai kendaraan listrik (baterai EV), maka pertumbuhan laba ANTM tentu akan lebih menjanjikan.
Pertanyaannya, mampukah ANTM memenuhi permintaan pasar?
Perseroan sepertinya sudah memprediksi lonjakan permintaan komoditas nikel ini. Bagaimana tidak, perusahaan terus mendirikan pabrik produksi nikel, yang membuat ANTM mampu memproduksi bijih nikel 67% lebih tinggi dibanding tahun 2017.
Ekspansi pabrik ini juga yang membuat produksi feronikel ANTM menyentuh akan tertinggi dalam sejarah.
Guna menggenjot kapasitas produksi, pabrik feronikel perusahaan di Halmahera Timur, Maluku Utara, ditargetkan akan rampung pada semester pertama tahun ini. Selesainya pabrik tersebut akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel sebesar 50% menjadi 40.500 ton nikel dalam feronikel (TNi) per tahun dari 27.000 ton TNi di tahun 2018.
Selain itu, untuk mengolah cadangan bijih nikel kadar rendah, tahun lalu perusahaan mendatangi kerja sama pembangunan Proyek Pengembangan Pabrik Nickel Pig Iron (NPI) Blast Furnace dengan Ocen Energy Nickel International Pte. Ltd (OENI). Proyek NPI Blast Furnace nantinya akan memiliki total produksi mencapai 30.000 ton TNi.
Sebagai tambahan, permintaan nikel bahkan bisa lebih tinggi dari proyeksi permintaan saat ini, jika pemerintah Indonesia memberlakukan pemotongan pajak bagi produsen baterai EV.
Jika pemotongan pajak benar-benar diterapkan, maka itu akan mendorong produsen untuk memproduksi lebih. Alhasil tentu, permintaan nikel yang merupakan bahan baku utama baterai EV akan meningkat.
Tahun lalu, laba Antam meroket 540,57% YoY menjadi Rp 874,42 miliar. Dari pendapatan tahun lalu yang tembus Rp 25,24 triliun (naik 99,47% YoY, memang sebagian besar atau 66% masih berasal dari bisnis emas. Kendati pertumbuhan bisnis bijih nikel dan feronikel juga melonjak tahun lalu.
Ke depan, jika porsi komoditas nikel meningkat terhadap penjualan Antam, maka laba bersih perusahaan berpotensi semakin terdongkrak. Hal tersebut karena, nikel menyumbangkan margin yang lebih besar dibandingkan emas, mengutip dari business.com.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak kinerja Antam sepanjang 2018, langsung dari Direktur Keuangan ANTM.
[Gambas:Video CNBC]
(dwa/tas) Next Article 'Booming' Nikel, Kinerja Segmen Nikel Antam Naik di 2021
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular