
Weekend Kelabu Bagi Pasar Minyak Mentah Dunia
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
08 March 2019 15:14

Dari sisi pasokan, aksi Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutunya untuk memangkas produksi minyak juga memberikan dorongan ke atas pada pergerakan harga.
OPEC bersama Rusia sepakat mengurangi pasokan minyak hingga sebesar 1,2 juta barel/hari yang dimulai sejak awal 2019.
Selain itu, tutupnya ladang minyak terbesar Libya, El Sharara, juga turut berperan dalam mengurangi produksi minyak OPEC, setidaknya hingga minggu lalu. Pasalnya, ladang minyak yang sempat berhenti beroperasi sejak Desember 2018 silam itu memiliki kapasitas produksi hingga 315.000 barel/hari. Pekan ini ladang El Sharara kembali beroperasi.
Sanksi AS atas Venezuela dan Iran juga turut membuat pasokan minyak terhambat. Sebab, negara-negara tersebut menjadi sulit untuk menjual jatah ekspor minyak mentah, dan memerlukan waktu untuk mencari pembeli baru.
Tak heran pada Januari, produksi minyak OPEC turun hingga 797.000 barel/hari, sudah hampir memenuhi kuota kesepakatannya dengan Rusia.
Setidaknya, keseimbangan fundamental di pasar minyak dunia bisa sedikit membaik.
Akan tetapi, meningkatnya produksi minyak Negeri Paman Sam agaknya akan membuat usaha OPEC dan Rusia tersebut menjadi impas. Pasalnya, sejak awal tahun 2018 hingga sekarang, keran produksi minyak AS telah meningkat lebih dari 2 juta barel/hari. Bahkan beberapa waktu lalu kembali menembus rekor tertingginya di level 12,1 juta barel/hari.
Bukannya ingin menakut-nakuti, namun ternyata ekspor minyak Negeri Adidaya juga telah menyentuh posisi 3,6 juta barel/hari pada Februari, melampaui Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Iran.
Tak berhenti sampai di situ, konsultan Rystad Energi pada pekan ini menegaskan bahwa AS dalam waktu dekat akan mengekspor minyak lebih banyak ketimbang Arab Saudi, seperti dikutip Reuters. Konsultan tersebut juga memperkirakan produksi minyak AS masih akan meningkat hingga hampir 1 juta barel lagi tahun ini.
Bila benar, maka AS akan menjadi eksportir minyak terbesar di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/tas)
OPEC bersama Rusia sepakat mengurangi pasokan minyak hingga sebesar 1,2 juta barel/hari yang dimulai sejak awal 2019.
![]() |
Selain itu, tutupnya ladang minyak terbesar Libya, El Sharara, juga turut berperan dalam mengurangi produksi minyak OPEC, setidaknya hingga minggu lalu. Pasalnya, ladang minyak yang sempat berhenti beroperasi sejak Desember 2018 silam itu memiliki kapasitas produksi hingga 315.000 barel/hari. Pekan ini ladang El Sharara kembali beroperasi.
Tak heran pada Januari, produksi minyak OPEC turun hingga 797.000 barel/hari, sudah hampir memenuhi kuota kesepakatannya dengan Rusia.
Setidaknya, keseimbangan fundamental di pasar minyak dunia bisa sedikit membaik.
Akan tetapi, meningkatnya produksi minyak Negeri Paman Sam agaknya akan membuat usaha OPEC dan Rusia tersebut menjadi impas. Pasalnya, sejak awal tahun 2018 hingga sekarang, keran produksi minyak AS telah meningkat lebih dari 2 juta barel/hari. Bahkan beberapa waktu lalu kembali menembus rekor tertingginya di level 12,1 juta barel/hari.
Bukannya ingin menakut-nakuti, namun ternyata ekspor minyak Negeri Adidaya juga telah menyentuh posisi 3,6 juta barel/hari pada Februari, melampaui Uni Emirat Arab, Kuwait, dan Iran.
Tak berhenti sampai di situ, konsultan Rystad Energi pada pekan ini menegaskan bahwa AS dalam waktu dekat akan mengekspor minyak lebih banyak ketimbang Arab Saudi, seperti dikutip Reuters. Konsultan tersebut juga memperkirakan produksi minyak AS masih akan meningkat hingga hampir 1 juta barel lagi tahun ini.
Bila benar, maka AS akan menjadi eksportir minyak terbesar di dunia.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(taa/tas)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular