Perlambatan Ekonomi Global Tahan Laju Wall Street

Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
07 March 2019 06:29
Investor tampaknya semakin ragu dengan prospek ekonomi global yang semakin suram.
Foto: Wall Street (AP Photo/Richard Drew)
New York, CNBC Indonesia - Bursa saham Amerika Serikat (AS) di Wall Street kembali terkoreksi pada perdagangan Rabu (6/03/2019). Investor tampaknya semakin ragu dengan prospek ekonomi global yang semakin suram.

Indeks-indeks acuan di Wall Street seperti Dow Jones Industrial Average turun 0,5% menjadi 25.673,46. Lalu S&P 500 turun 0,7% menjadi 2.771,45 dan Nasdaq Composite Index anjlok 0,9% ke level 7.505,92, seperti dikutip dari AFP.


Kinerja pasar saham pada 2019 sebenarnya dalam tren yang cukup positif. Namun dalam dua pekan terakhir cenderung stagnan bahkan terkoreksi karena pelaku pasar merasa sudah jenuh beli (overbought).

Kabar buruk datang dari OECD yang memangkas pertumbuhan ekonomi global 2019 menjadi 3,3% dari sebelumnya 3,5%.

Selain itu, dari dari AS muncul rilis beragam data ekonomi dimana defisit perdagangan 2018 mencapai puncaknya dalam 10 tahun terakhir dan sektor swasta agak lambat menyerap tenaga kerja pada Februari dibandingkan dengan Januari.

"Ini merupakan kondisi yang normal melihat pasar terkoreksi, terutama setelah reli seperti itu (panjang dari awal tahun)," kata Adam Sarhan, Kepala Eksekutif 50 Park Investment.

Saham-saham dari sektor farmasi mengalami tekanan seperti Pfizer yang turun 2,4%, Amgen 3% dan Gilead Sciences 2,3%.

Hanya Johnson & Johnson yang naik 0,2% setelah Food and Drug Administration (FDA) pada Selasa malam menyetujui semprotan esketamine, dipasarkan dengan nama merek Spravato, yang dipandang sebagai pengobatan yang berpotensi revolusioner untuk depresi parah, tahan terhadap pengobatan.

Saham lainnya, seperti General Electric turun 8% setelah chief executive mengisyaratkan kinerja perusahaan akan terus mantap pada 2019, meskipun ada potensi pelemahan bisnis listriknya.

Lalu Dollar Tree melonjak 5,1% kendati melaporkan kerugian $ 2,3 miliar akibat penurunan besar-besaran dari bisnis Family Dollar-nya. Tetapi analis mengatakan laporan itu menunjukkan kemajuan secara keseluruhan dan memuji rencana untuk menutup toko yang berkinerja buruk.
(hps) Next Article Wall Street Menguat Setelah 3 Hari Jeblok, tapi PHP Gak Nih?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular