
Wall Street Menguat Setelah 3 Hari Jeblok, tapi PHP Gak Nih?

Jakarta, CNBC Indonesia -Bursa saham Amerika Serikat (AS) mayoritas menguat tipis di sesi awal pembukaan perdagangan pekan ini, Senin (10/10/2022). Penguatan tersebut memberi angin segar setelah bursa ambruk pada Rabu-Jumat pekan lalu.
Dow Jones menguat tipis 0,4% di awal perdagangan menjadi 29. 413,32. Hal serupa terjadi pada indeks S&P 500 yang naik tipis 0,14% ke 3.644,83. Namun, Nasdaq tergelincir 0,16% ke 10.635,6.
Kendati mayoritas menguat, chief investment officer dari Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli mengingatkan bursa saham masih rawan tergelincir.
"Arah pasar saham ke depan sepertinya kan melandai karena ekonomi dan keuntungan perusahaan akan melandai dan The Fed akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu lama," tutur Zaccarelli, dikutip dari CNBC International.
Pada penutupan perdagangan terakhir pekan lalu, Jumat (7/10/2022), indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 630,15 poin atau 2,11% ke 29.296,79. Sementara itu, indeks S&P 500 anjlok104,86 poin atau 2,80% menjadi 3.639,66 dan indeks Nasdaq Composite ambruk 420,91 poin atau 3,8% ke 10.652,4.
Kendati ambruk pada Rabu-Jumat, secara keseluruhan bursa AS masih menguat sepekan. Dalam sepekan, S&P masih menguat 1,51%, Dow Jones naik 1,99% sementara Nasdaq menanjak 0,73%. Penguatan dalam sepekan ditopang oleh rally besar pada Senin dan Selasa.
Ambruknya bursa pada pekan lalu merupakan dampak dari meningkatnya ekspektasi pasar mengenai kebijakan ketat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Ekspektasi meningkat setelah Biro Tenaga Kerja AS mengumumkan ada peningkatan jumlah pekerja sebanyak 263.000 pada September. Jumlah tersebut memang jauh lebih rendah dibandingkan 315.000 pada Agustus. Namun, tingkat pengangguran melandai ke 3,5% pada September 2022 dari 3,7% pada Agustus.
Meskipun penambahan pekerja melandai tetapi angkanya masih terbilang solid. Dengan data yang masih solid, pasar pun berekspektasi jika kebijakan hawkish The Fed akan bertahan lama. Dengan demikian, risiko perlambatan ekonomi kian menjadi meningkat.
Pelaku pasar kini menunggu data inflasi September yang akan keluar pada Kamis mendatang (13/10/2022). Pasar berekspektasi inflasi AS akan melandai ke 8,1% (year on year/yoy) pada September dari 8,3 (yoy) pada Agustus. Jika inflasi AS pada September lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar maka bursa diperkirakan akan semakin ambruk.
"Dengan kondisi seperti saat ini, akan lebih baik bagi kita untuk mengambil sikap hati-hati dan harus mulai menyiapkan diri akan resesi," ujar Zaccarelli.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Wall Street Tumbang Karena Panasnya Inflasi Amerika