Duh, Harga Karet Masih Terjebak di Zona Merah

Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
06 March 2019 15:34
Hingga pukul 15:00 WIB, harga karet kontrak Agustus melemah 0,49% ke level JPY 204,6/kg.
Foto: Ilustrasi perkebunan karet di Nsuaem, Ghana. REUTERS / Zohra Bensemra
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga karet di bursa Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) pada perdagangan Rabu ini, (6/3/2019) berada di zona merah.

Hingga pukul 15:00 WIB, harga karet kontrak Agustus melemah 0,49% ke level JPY 204,6/kilogram, setelah sebelumnya juga terkoreksi 1,11% kemarin. Selama sepekan, harga karet masih naik 1,89%, sedangkan sejak awal tahun juga menguat 20,21%.

Hal senada juga dialami oleh harga karet kontrak Mei di Shanghai Futures Exchange yang mana terkikis 20 yuan ke posisi CNY 12.455/ton.



Pergerakan harga karet ikut dipengaruhi oleh harga minyak mentah dunia yang juga turun pada hari ini. Hingga pukul 14:30, harga minyak jenis Brent untuk patokan pasar Asia dan Eropa melemah 0,53% menjadi US$ 65,51/barel.

Penyebabnya adalah ladang minyak terbesar Libya, El Sharara yang kembali aktif setelah berhenti beroperasi sejak Desember 2018. Ladang minyak ini memiliki kapasitas produksi sebesar 315.000 barel/hari pada kondisi normal.


Bila seluruh fasilitas telah pulih, OPEC akan kembali mendapat tambahan pasokan minyak lebih dari 300.000 barel/hari. Bayang-bayang ketimpangan fundamental (pasokan-permintaan) di pasar pun menghantui investor.

Pergerakan harga minyak memang secara tidak langsung mempengaruhi harga karet. Sebab, salah satu bahan baku utama karet sintetis adalah minyak bumi. Alhasil, saat harga minyak turun, harga karet sintetis juga akan mengikuti. Lantaran karet sintetis merupakan substitusi dari karet alam, maka turunnya harga karet sintetis juga akan memberi tekanan pada pergerakan harga karet.

Saat ini karet sintetis sudah marak digunakan sebagai pengganti karet alam di berbagai industri, terutama industri manufaktur ban kendaraan bermotor.


Di sisi lain, nilai tukar yen terhadap dolar yang menguat 0,09% hari ini juga turut memberi beban tambahan. Pasalnya, saat nilai yen sedang tinggi, harga karet akan menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain. Daya tarik memperdagangkan karet pun berkurang.

Namun demikian, rencana anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC), yaitu Thailand, Indonesia, dan Malaysia untuk mengurangi ekspor karet setidaknya dapat menahan pelemahan harga lebih dalam.

Pertemuan ITRC beberapa waktu lalu di Bangkok menghasilkan kesepakatan untuk mengurangi ekspor karet ke pasar global sebesar 200-300.000 ton/tahun yang diharapkan dapat membuat pasokan lebih ketat. Selain itu rencana pemerintah Indonesia untuk menggunakan karet sebagai bahan campuran aspal juga akan membuat keseimbangan fundamental di pasar akan menjadi lebih baik.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(taa/tas) Next Article Peningkatan Stok Tekan Harga Karet, Terendah dalam 5 Pekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular