
Harga Karet Menuju Penguatan Mingguan Pertama Dalam 5 Pekan
Taufan Adharsyah, CNBC Indonesia
05 April 2019 12:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga karet alam di bursa Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) masih kembali terkoreksi pada perdagangan Jumat (5/4/2019).
Hingga pukul 11:00 WIB, harga karet kontrak September turun 0,59% ke posisi JPY 185,2/kg setelah menguat 0,49% kemarin (4/4/2019).
Meskipun masih terkoreksi secara harian, sejatinya harga karet masih berada di jalur penguatan mingguan yang pertama dalam 5 pekan terakhir.
Pada posisi yang sekarang, harga karet telah menguat 1,65% selama sepekan secara point-to-point.
Sedangkan sejak awal tahun (Year to Date/YTD), penguatan harga karet makin tipis, tinggal 8,81%. Padahal bulan lalu, tepatnya pada tanggal 4 Maret, penguatan harga karet mencapai 22,15% YTD.
Penguatan harga karet sepekan ini didorong oleh perkembangan yang positif terkait damai dagang Amerika Serikat (AS) - China.
Setelah negosiator AS yang terbang ke Beijing untuk berdialog pada pekan lalu, pekan ini giliran Wakil Perdana Menteri China, Liu He yang bertandang e Washington.
Perwakilan kedua negara dijadwalkan akan menggelar pertemuan hingga akhir pekan ini. Masih belum dikabarkan kapan dialog ini akan berarkhi. Bisa Sabtu (6/4/2019), bisa pula Minggu (7/4/2019).
Namun pada dini hari tadi, Presiden AS, Donald Trump mengatakan bahwa bis jadi kesepakatan dagang diumumkan empat pekan lagi, mengutip Reuters.
"Perjanjian ini memiliki kesempatan yang sangat-sangat baik untuk terjadi. Saya rasa ini akan baik bagi kedua negara," kata Trump. "Saya katakan kita akan tahu dalam empat pekan ke depan," tegasnya.
Bila kedua raksasa ekonomi dunia tersebut tidak lagi saling hambat dalam perdagangan, maka ekonomi dunia berpotensi kembali melaju kencang. Permintaan karet pun bisa terdongkrak.
Pasalnya inventori karet di gudang yang masuk dalam pengawasan Shanghai Futures Exchange naik 0,5% dibanding Jumat (29/4/2019) pekan lalu.
Artinya keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) masih timpang di sisi pasokan hingga saat ini. Membuat harga akan mendapat tarikan ke bawah.
Memang, negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) telah sepakat untuk mengurangi ekspor karet sebesar 240.000 ton.
Akan tetapi kebijakan tersebut baru mulai dilakukan pada tanggal 1 April. Kemungkinan masih butuh waktu hingga pasokan benar-benar ketat akibat adanya kebijakan dari ITRC.
Sebagai informasi, Thailand, Indonesia, dan Malaysia yang tergabung dalam ITRC berkontribusi terhadap 66% produksi karet alam dunia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/gus) Next Article RI Atur Kuota Ekspor Karet, Bagaimana Thailand & Malaysia?
Hingga pukul 11:00 WIB, harga karet kontrak September turun 0,59% ke posisi JPY 185,2/kg setelah menguat 0,49% kemarin (4/4/2019).
Meskipun masih terkoreksi secara harian, sejatinya harga karet masih berada di jalur penguatan mingguan yang pertama dalam 5 pekan terakhir.
Sedangkan sejak awal tahun (Year to Date/YTD), penguatan harga karet makin tipis, tinggal 8,81%. Padahal bulan lalu, tepatnya pada tanggal 4 Maret, penguatan harga karet mencapai 22,15% YTD.
Penguatan harga karet sepekan ini didorong oleh perkembangan yang positif terkait damai dagang Amerika Serikat (AS) - China.
Setelah negosiator AS yang terbang ke Beijing untuk berdialog pada pekan lalu, pekan ini giliran Wakil Perdana Menteri China, Liu He yang bertandang e Washington.
Perwakilan kedua negara dijadwalkan akan menggelar pertemuan hingga akhir pekan ini. Masih belum dikabarkan kapan dialog ini akan berarkhi. Bisa Sabtu (6/4/2019), bisa pula Minggu (7/4/2019).
Namun pada dini hari tadi, Presiden AS, Donald Trump mengatakan bahwa bis jadi kesepakatan dagang diumumkan empat pekan lagi, mengutip Reuters.
"Perjanjian ini memiliki kesempatan yang sangat-sangat baik untuk terjadi. Saya rasa ini akan baik bagi kedua negara," kata Trump. "Saya katakan kita akan tahu dalam empat pekan ke depan," tegasnya.
Bila kedua raksasa ekonomi dunia tersebut tidak lagi saling hambat dalam perdagangan, maka ekonomi dunia berpotensi kembali melaju kencang. Permintaan karet pun bisa terdongkrak.
Pasalnya inventori karet di gudang yang masuk dalam pengawasan Shanghai Futures Exchange naik 0,5% dibanding Jumat (29/4/2019) pekan lalu.
Artinya keseimbangan fundamental (pasokan-permintaan) masih timpang di sisi pasokan hingga saat ini. Membuat harga akan mendapat tarikan ke bawah.
Memang, negara anggota International Tripartite Rubber Council (ITRC) telah sepakat untuk mengurangi ekspor karet sebesar 240.000 ton.
Akan tetapi kebijakan tersebut baru mulai dilakukan pada tanggal 1 April. Kemungkinan masih butuh waktu hingga pasokan benar-benar ketat akibat adanya kebijakan dari ITRC.
Sebagai informasi, Thailand, Indonesia, dan Malaysia yang tergabung dalam ITRC berkontribusi terhadap 66% produksi karet alam dunia.
TIM RISET CNBCÂ INDONESIA
(taa/gus) Next Article RI Atur Kuota Ekspor Karet, Bagaimana Thailand & Malaysia?
Most Popular