Ekonomi Dunia Melambat, Asing Obral Saham Rp 259 M

Anthony Kevin, CNBC Indonesia
05 March 2019 10:29
Baru satu jam lebih sedikit perdagangan berjalan, investor asing telah membukukan jual bersih senilai Rp 259 miliar di pasar saham tanah air.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Dibuka melemah tipis 0,04%, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) belum sekalipun menyentuh zona hijau. Pada pukul 10:10 WIB, pelemahan IHSG justru menjadi semakin dalam yakni sebesar 0,77% ke level 6.438,6.

Kinerja IHSG senada jika disandingkan dengan bursa saham utama kawasan Asia yang juga diperdagangkan melemah: indeks Nikkei turun 0,6%, Indeks Shanghai turun 0,09%, indeks Hang Seng turun 0,28%, indeks Straits Times turun 0,23%, dan indeks Kospi turun 0,65%.

Investor asing memegang peranan penting dalam mendikte arah pergerakan IHSG pada hari ini. Baru satu jam lebih sedikit perdagangan berjalan, investor asing telah membukukan jual bersih senilai Rp 259 miliar di pasar saham tanah air.

Wajar jika investor asing menghindari pasar saham Indonesia. Pasalnya, perlambatan ekonomi dunia kental mewarnai jalannya perdagagan hari ini. Pada hari ini, pemerintah China memangkas target pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2019 menjadi di kisaran 6%-6,5%. Sebelumnya, target pertumbuhan ekonomi tahun 2019 dipatok di kisaran 6,5%, seperti dilansir dari Bloomberg. Sebagai informasi, perekonomian China tumbuh hingga 6,6% pada tahun 2018.

Jika yang terealisasi nantinya adalah target pertumbuhan ekonomi di batas bawah (6%), maka itu akan menjadi pertumbuhan ekonomi terlemah dalam nyaris 3 dekade.

Di sisi lain, sejatinya pemerintah China mengumumkan pemotongan tingkat pajak senilai US$ 298 miliar untuk tahun ini guna menahan perlambatan ekonomi. Salah satu tingkat pajak yang dipangkas adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) untuk sektor manufaktur.

Namun, batas bawah dari target pertumbuhan ekonomi yang begitu rendah telah sukses membuat pelaku pasar khawatir. Mengingat China merupakan negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia, tentu perlambatan ekonomi di sana akan membuat perekonomian negara-negara lain ikut berada dalam tekanan.

Berbicara mengenai perlambatan ekonomi China, data ekonomi yang dirilis pada hari ini ikut memberikan konfirmasi. Caixin Services PMI periode Februari 2019 diumumkan di level 51,1, lebih rendah dari konsensus yang sebesar 53,5, seperti dilansir dari Trading Economics. Capaian tersebut merupakan yang terendah sejak Oktober 2018.

Di negara Asia lainnya yakni Hong Kong, perlambatan ekonomi juga kental terasa. Pada hari ini, Nikkei Composite PMI periode Februari 2019 diumumkan di level 48,4. Sebagai informasi, angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Kontraksi yang terjadi di Hong Kong pada bulan lalu menandai yang ke-11 secara berturut-turut.

Beralih ke AS, kemarin (4/3/2019) Biro Sensus AS melaporkan bahwa belanja konstruksi pada Desember 2018 turun 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya, jauh lebih buruk dibandingkan dengan konsensus yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 0,2% MoM, seperti dilansir dari Forex Factory.

Selama 2018, belanja konstruksi naik 4,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Meski membukukan pertumbuhan, tetapi capaian tersebut adalah laju yang paling lemah sejak 2011.

5 besar saham yang dilepas investor asing pada perdagangan hari ini adalah: PT Matahari Department Store Tbk/LPPF (Rp 149,5 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 29,8 miliar), PT Astra International Tbk/ASII (Rp 27,5 miliar), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (Rp 23,8 miliar), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 11,3 miliar).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Andai Investor Asing Tak Kabur, Niscaya IHSG Lebih Oke

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular