Optimistis, Mirae Asset Patok IHSG 7.123 di Akhir 2019

tahir saleh, CNBC Indonesia
01 March 2019 18:52
Prospek ekonomi dalam negeri yang positif mendorong PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mempertahankan proyeksi IHSG.
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Prospek ekonomi dalam negeri yang positif mendorong PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia mempertahankan proyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa di level 7.123 hingga akhir 2019. Hingga 1 Maret, IHSG sudah naik 4,93% di level 6.499.

Analis Mirae Asset Sekuritas Hariyanto Wijaya dalam riset hariannya mengatakan dengan optimisme ekonomi dalam negeri pihaknya merekomendasikan beberapa saham terpilih yakni RALS, ACES, GGRM, HMSP, KLBF, ICBP, BBNI, dan BBCA sebagai pilihan utama.

"Kami mempertahankan target IHSG 12 bulan di level 7.123, dengan beberapa saham pilihan utama," tulis Hariyanto dalam risetnya hari ini, Jumat (1/3/2019). 


Mengacu data Bursa Efek Indonesia, IHSG sempat menyentuh level 6.505 dan level paling rendah yakni 6.466. Hari ini terjadi net sell (jual bersih) asing sebesar Rp 510 miliar di semua pasar, pasar reguler net sell Rp 365 miliar. Kendati demikian, secara year to date atau sejak awal tahun, justru asing banyak masuk dengan ney buy Rp 9,95 triliun di semua pasar.

Beberapa pertimbangan prediksi itu, tulis Mirae, yakni konsumsi masyarakat yang kuat, pengeluaran pemerintah yang tepat sasaran, investasi naik, dan bahwa rupiah tetap undervalued.

"
Kami menghadiri acara CNBC tentang prospek ekonomi Indonesia. Dengan tema "Prospek Ekonomi Indonesia di Tahun Pemilu 2019'. Di acara ini Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia, keduanya menegaskan bahwa perekonomian Indonesia akan tetap kuat pada tahun 2019, p
andangan ini sejalan dengan pandangan kami," katanya.


Menurut Mirae, Gubernur BI Perry Warjiyo menegaskan bahwa 
ekonomi Indonesia akan meningkat pada 2020 didukung oleh pembangunan infrastruktur dan sumber daya manusia yang berkelanjutan.

Tingkat kebijakan moneter BI juga sudah hampir di level puncaknya dan memproyeksikan bank sentral AS, The Fed, bisa menaikkan
 suku bunga acuan hanya satu kali tahun ini, jauh lebih sedikit dari empat kenaikan pada 2018.

"Ini akan mengurangi tekanan pada rupiah, karena dana asing terus mengalir ke Indonesia sejak 4Q18. Pak Perry menegaskan kembali kebijakan pro-pertumbuhan, pro-stabilitas, dan mengatakan dia [Gubenur BI] yakin rupiah masih undervalued untuk saat ini," tulis Hariyanto.


Dalam forum CNBC Economic Outlook 2019 dii Hotel Westin, Jakarta, Kamis (28/2/2019), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa Indonesia punya jejak rekam yang baik soal menjaga ketahanan ekonomi. Termasuk jelang pemilu, tidak ada kompromi soal stabilitas.

"Ada UU Keuangan Negara, UU Bank Indonesia, koordinasi dan kolaborasi tetap dijaga. Siapa pun presidennya kita ingin ekonomi tetap bergerak," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani mengakui bahwa APBN yang populis memang benar adanya. Namun, itu memang dibutuhkan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat.
"Populism itu enggak salah, karena untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Tapi harus tetap sesuai dengan UU APBN," tegasnya.


Simak pernyataan Sri Mulyani soal APBN 2019.
[Gambas:Video CNBC]


(hps) Next Article Joe Biden Menang, 3 Sektor Ini Diramal Bakal Cuan di 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular