Penjelasan Bos BI soal Banjirnya Modal Asing sampai Deflasi

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
01 March 2019 16:39
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan mengenai aliran modal asing yang diperkirakan akan terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.
Foto: Rapat Dewan Gubernur BI (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo merespons rilis data indeks harga konsumen (IHK) yang diumumkan Badan Pusat Stastistik (BPS), di mana terjadi deflasi 0,08% di Februari 2019.

Kondisi tersebut, dinilainya sesuai dengan survei pemantauan harga BI yang disampaikan sebelumnya. Hal itu menunjukkan inflasi tetap terkendali.


Kepada awak media, Perry juga menyampaikan mengenai aliran modal asing yang diperkirakan akan terus berlanjut dalam beberapa bulan ke depan.

Sebagai informasi hingga 28 Februari 2019, aliran modal asing yang masuk ke Indonesia sebesar Rp 63 triliun, terdiri dari Surat Berharga Negara Rp 49,5 T, saham Rp 12,6 triliun dan SBI Rp 1,4 triliun.

Berikut ini pernyataan lengkap Perry Warjiyo yang ditemui awak media di Kompleks Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (1/3/2019).

Inflasi Terkendali

Inflasi rilis BPS menunjukkan bulan Februari deflasi 0,08% sehingga angka tahunannya tercatat 2,57%, jauh lebih rendah dari inflasi di bulan Januari yang 0,32% secara month-to-month (mtm) dan 2,87% secara tahunan (year-on-year/ yoy). Ini juga sejalan dengan survei pemantauan harga yang kami sampaikan sebelumnya bahwa memang harga-harga Alhamdulillah terus terkendali.

Koordinasi pemerintah pusat, pemerintah daerah, Bank Indonesia dan berbagai pihak menunjukkan bahwa harga-harga terkendali untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Semua komoditas khususnya bahan-bahan makanan itu mengalami penurunan yang terkait dengan daging ayam, cabe merah, telur, bawang maupun yang lain-lain. demikian juga kelompok administer price juga terkendali.

Pertama, bahwa inflasi rendah dan terkendali dan sekaligus mengonfirmasi bahwa akhir tahun ini Prediksi Bank Indonesia inflasi akan lebih rendah dari 3,5%, 3,5% adalah titik tengah sasaran inflasi untuk tahun 2019.



Aliran Modal Asing terus Berlanjut

Kedua, update saja aliran modal asing yang masuk sampai dengan 28 Februari totalnya year-to-date Rp 63 triliun, terdiri dari SBN 49,5 T, saham Rp 12,6 T dan SBI Rp 1,4 triliun. Ini jauh lebih tinggi dengan aliran modal asing masuk periode yang sama di tahun 2018 pada waktu itu sampai dengan tanggal 28 Februari hanya Rp 6 triliun.

Ingat bahwa awal-awal Februari tahun lalu itu mulai terjadi suatu pembalikan modal asing. Jadi kalau tahun lalu sampai periode yang sama itu totalnya Rp 6 T, yang masuk ke SBN Rp 12 T, tapi yang keluar dari saham itu sekitar Rp 7,4 T.

Berlanjutnya aliran modal asing masuk ke khususnya ke portfolio ini menunjukkan memang confident investor terhadap prospek ekonomi Indonesia, terhadap kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dan Bank Indonesia dan berbagai pihak dan juga bagaimana aspek pengembangan pasar itu menunjukkan bahwa confident-nya cukup bagus.

Ini kita harapkan akan terus berlanjut aliran portofolio asing masuk dan itu juga menunjukkan bahwa sesuai perkiraan kita di triwulan 1-2019, neraca pembayaran juga akan diperkirakan mengalami surplus dengan defisit transaksi berjalan yang lebih rendah dari kuartal IV-2018 dan surplus aliran modal asing yang tetap besar, lebih tinggi dari defisit transaksi berjalan sehingga kita perkirakan di triwulan 1-2019 itu neraca pembayaran akan mengalami surplus.

Penjelasan Bos BI soal Banjirnya Modal Asing sampai DeflasiFoto: Rapat Dewan Gubernur BI (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)


Suku Bunga Acuan Tetap Dipertahankan

Ketiga, mengonfirmasi saja bahwa sesuai keputusan Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia memang dari sisi suku bunga masih kita pertahankan, kita sampaikan bahwa suku bunga bank itu sudah hampir mencapai puncaknya dan pada saat yang sama kita akan terus menambah likuiditas di pasar melalui operasi moneter.

Kita sejak Desember 2018 terus melakukan ekspansi likuiditas, demikian juga bulan Januari dan Februari itu bagaimana kita melakukan ekspansi likuiditas tentu saja dengan operasi moneter, khususnya melalui term repo maupun melalui swap valas dengan kejelasan frekuensinya 3 kali seminggu dan juga kita terus berkomunikasi kepada bank, sehingga kami ingin memastikan bahwa likuiditas di perbankan itu cukup untuk menyalurkan kredit.

Ekspansi Likuidias

Kita sudah menambah likuiditasnya itu sejak bulan Desember, kita melakukan tambahan ekspansi likuiditas, jadi operasi moneter itu kan ada yang kontraksi ada yang ekspansi bagi bank-bank yang mengalami kelebihan likuiditas berarti operasi moneternya adalah kontraksi, tapi bagi bank-bank yang membutuhkan likuiditas kita melakukan ekspansi itu yang kita lakukan. Jadi mulai Desember kita tambah ekspansi likuiditasnya sehingga Kalau Anda lihat posisi operasi moneternya akan meningkat.

Itu adalah bentuk bahwa di satu sisi kita kontraksi dari bank-bank yang mempunyai aksesibilitas, tapI di sisi lain kita melakukan ekspansi kepada bank yang membutuhkan likuiditas melalui operasi moneter kita. Kalau kita kontraksi menggunakan reverse Repo dan ekspansi kita melakukan term repo,di samping itu juga swap valas.




Suku Bunga Acuan Hampir Mencapai Puncak

Tentu saja kan setiap bulan kita melakukan rapat dewan Gubernur, kita akan update terus informasi-informasi bagaimana perkembangan inflasinya, pertumbuhannya, neraca pembayarannya, neraca pembayaran di dalam negeri, penyaluran kreditnya seperti apa, di luar negeri kita juga akan lihat bagaimana ekonomi Amerika, bagaimana Fed Funds Rate, bagaimana juga risiko geopolitik yang ada di global.

Tentu saja kan setiap bulan kita akan melakukan informasi maupun forecast ke depan dan menentukan bagaimana arah suku bunga dan juga likuiditas maupun instrumen makroprudensial lainnya. Sejauh ini, yang kita lakukan berdasarkan informasi saat ini sampai dengan saat ini dan bagaimana memperkirakan ke depan, Makanya karakteristiknya sekarang suku bunga kebijakan Bi 6% sudah hampir mencapai puncaknya.

Pada saat yang sama kita menambah likuiditas di pasar maupun di perbankan dan tentu saja kita sedang melakukan studi untuk relaksasi kembali di sejumlah instrumen makroprudensial apakah yang terkait dengan rein atau rasio intermediasi perbankan atau maupun juga instrumen-instrumen makroprudensial baru. Kami memang sedang studi untuk mendorong penyaluran kredit khususnya di sektor sektor prioritas seperti UMKM ekspor maupun pariwisata. Untuk itu setiap bulan kami akan melakukan komunikasi kepada Anda.

Imbal Hasil Obligasi RI Masih Menarik

Kami masih meyakini bahwa aliran modal asing depan itu masih akan terus berlanjut. Apa faktor-faktornya, satu kalau kita lihat imbal hasil. Imbal hasil aset keuangan di dalam negeri, khususnya kalau kita bicara SBN. Imbal hasil SBN di Indonesia dibandingkan imbal hasil di luar negeri itu dan juga dibandingkan dengan sejumlah negara lain kan imbal hasilnya menarik ya.

Misalnya kalau 10 tahun ya, kalau US Treasury Bills 10 tahun 2,7 persen, Indonesia kalau SBN 10 tahun sekitar 7,8 persen, berarti itu kan menarik, dibandingkan kalau Anda bandingkan dengan negara-negara lain, termasuk India segala macam selisih suku bunganya kan Indonesia masih menarik.

Penjelasan Bos BI soal Banjirnya Modal Asing sampai DeflasiFoto: Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo saat berdiskusi dalam acara CNBC Indonesia Economic Outlook 2019. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Bahkan kalau kita lihat juga kalau ditambah premi risiko salah satu indikator adalah CDS juga menurunkan. CDS kita itu kan kurang lebih sekitar 108 atau 107 itu. Jadi dari imbal hasil secara nominal itu juga menarik dan juga lebih menarik dari negara-negara emerging lain.

Kalau Anda juga lihat dengan yang faktor yang kedua, tentu saja adalah kondisi fundamental kita kan baik pertumbuhan ekonominya lebih tinggi, inflasinya itu lebih rendah, dan itu juga memberikan suatu prospek tidak hanya imbal hasil sekarang, tapi juga prospek ke depannya juga cukup baik.

Dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi yang rendah khususnya dihayati saham-saham, itu kan menarik. Berarti itu kan valuasi atau penilaian harga dari dari saham itu akan menarik, sehingga investor akan masuk. Makanya tadi komposisinya yang masuk tidaknya SPN tapi juga saham, karena memang melihat prospek pertumbuhan ekonomi dan ke depan akan meningkat inflasi akan rendah, itu kan valuasi atau harga saham itu kan menarik untuk mereka. itu yang yang kedua.

Ketiga tentu saja juga confident terhadap kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia OJK maupun yang lain yang sudah terbukti tahun lalu, itu bisa mampu menjaga stabilitas-stabilitas makro, inflasi, nilai tukar, dan stabilitas sistem keuangan di tengah negara-negara yang kena dampak dari krisis global. Tahun lalu kita juga kena tekanan-tekanan dari global, tapi dengan sinergi kebijakan antara pemerintah BI dan OJK itu mampu menjaga stabilitas ekonomi kita, bahkan juga pertumbuhan ekonomi kita, bahkan pertumbuhan ekonomi kita cukup naik.

Jadi stabilitas itu juga menjadi hal lain. Setidaknya tiga faktor itu yang mendukung keyakinan kami, bahwa aliran modal asing masuk ke portfolio ini akan terus berlanjut. Satu dari sisi imbal hasil itu menarik di saham, maupun obligasi. Yang kedua prospek ekonominya juga membaik.

Investasi Asing Diarahkan ke PMA

Tentu saja ke depannya kita juga akan mengarahkan tidak hanya aliran modal asing masuk dalam bentuk investasi porfolio, tetapi juga dengan Penanaman Modal Asing (PMA). Itu tentu saja sebagai hasil kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah untuk mendorong PMA dengan kemarin sudah dilakukan penyederhanaan prosedur, juga bagaimana tax holiday diarahkan untuk mendukung manufacturing baik ekspor otomotif export elektronik ekspor garmen maupun makanan di samping juga mendorong industri dalam negeri untuk baja dan chemical.

Dan kesemuanya itu kenapa kami menyakini stabilitas eksternal, artinya neraca pembayarannya, neraca pembayaran surplus. Dengan defisit yang kita usahakan untuk menurun dan surplus dari aliran modal baik portfolio PMA itu dan itu menjaga stabilitas eksternal stabilitas eksternal ini sebagai juga faktor stabilitas nilai tukar. itu jadi jadi faktor-faktor.



Neraca pembayaran neraca pembayaran itu adalah transaksi berjalan. Data transaksi berjalannya divisinya memang menurun, neraca modal surplus lebih tinggi dan kalau dijumlah itu neraca pembayarannya akan surplus.

Uang Palsu menjelang Pemilu

Dari dulu kita sudah melakukan melakukan langkah-langkah untuk memastikan bahwa peredaran uang palsu itu bisa dideteksi bisa ditangani. Mau ke apa, tidak ada banyak, sebelum pemilu dan itu itu sudah suatu standar jadi tidak usah dikaitkan dengan pemilu ya. Kita sudah ada koordinasi di Bank Indonesia dengan pemerintah termasuk melalui badan koordinasi penanganan uang palsu. Itu sudah jalan secara rutin mendeteksi kemudian menempuh langkah-langkah. Jadi tidak usah penanganan uang palsu dikaitkan dengan pemilu ya, terima kasih.

Saksikan pernyataan Perry mengenai outlook ekonomi di 2019 berikut ini.

[Gambas:Video CNBC]


(prm) Next Article BI Ramal Suku Bunga Fed Turun di Semester II-2024

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular