
Belum Ada Hasil AS-China, Harga SUN Akhiri Reli
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
28 February 2019 13:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah pada perdagangan Kamis ini, (28/2/2019), mulai terkoreksi dan menghentikan reli penguatan yang terjadi sejak pekan lalu.
Koreksi terjadi ketika terdapat sandungan dari proses damai dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang hingga kini belum ada titik terang kesepakatan. Ditambah lagi, reli harga SUN sudah terjadi cukup panjang sejak pekan lalu.
Turunnya harga SUN itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0079 dengan kenaikan yield sebesar 1,6 basis poin (bps) menjadi 8,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Dua seri acuan lain yaitu seri 10 tahun dan 15 tahun juga terkoreksi, sedangkan seri FR0077 yang bertenor 5 tahun masih menguat tipis siang ini.
Hari ini, pelaku pasar global masih terpengaruh sentimen negatif pesimisme atas negosiasi damai dagang AS-China yang tampaknya belum ada kejelasan. Selain itu, pelaku pasar SUN juga mengalami reli yang cukup panjang sejak pekan lalu sehingga isu global dapat dijadikan peluang untuk menjual portofolio dan merealisasikan keuntungan secara jangka pendek.
Sumber: Refinitiv
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya terjadi di China, India, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di lebih banyak negara yaitu pasar OAT Perancis, gilt Inggris, dan US Treasury AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Harga Obligasi Turun, Tertekan Ancaman Perang Dagang AS-Eropa
Koreksi terjadi ketika terdapat sandungan dari proses damai dagang antara Amerika Serikat (AS)-China yang hingga kini belum ada titik terang kesepakatan. Ditambah lagi, reli harga SUN sudah terjadi cukup panjang sejak pekan lalu.
Turunnya harga SUN itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.
Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0079 dengan kenaikan yield sebesar 1,6 basis poin (bps) menjadi 8,24%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Dua seri acuan lain yaitu seri 10 tahun dan 15 tahun juga terkoreksi, sedangkan seri FR0077 yang bertenor 5 tahun masih menguat tipis siang ini.
Hari ini, pelaku pasar global masih terpengaruh sentimen negatif pesimisme atas negosiasi damai dagang AS-China yang tampaknya belum ada kejelasan. Selain itu, pelaku pasar SUN juga mengalami reli yang cukup panjang sejak pekan lalu sehingga isu global dapat dijadikan peluang untuk menjual portofolio dan merealisasikan keuntungan secara jangka pendek.
Yield Obligasi Negara Acuan 28 Feb 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 27 Feb 2019 (%) | Yield 28 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 27 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.531 | 7.53 | -0.10 | 7.5205 |
FR0078 | 10 tahun | 7.795 | 7.801 | 0.60 | 7.7725 |
FR0068 | 15 tahun | 8.118 | 8.119 | 0.10 | 8.1024 |
FR0079 | 20 tahun | 8.233 | 8.249 | 1.60 | 8.2346 |
Avg movement | 0.55 |
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya terjadi di China, India, dan Afsel. Di negara maju, penguatan terjadi di lebih banyak negara yaitu pasar OAT Perancis, gilt Inggris, dan US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 26 Feb 2019 (%) | Yield 27 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 9.01 | 8.97 | -4.00 |
China | 3.187 | 3.2 | 1.30 |
Jerman | 0.154 | 0.156 | 0.20 |
Perancis | 0.556 | 0.552 | -0.40 |
Inggris | 1.275 | 1.273 | -0.20 |
India | 7.672 | 7.669 | -0.30 |
Italia | 2.784 | 2.807 | 2.30 |
Jepang | -0.023 | -0.023 | 0.00 |
Malaysia | 3.886 | 3.9 | 1.40 |
Filipina | 6.392 | 6.392 | 0.00 |
Rusia | 8.42 | 8.47 | 5.00 |
Singapura | 2.234 | 2.262 | 2.80 |
Thailand | 2.49 | 2.49 | 0.00 |
Turki | 14.36 | 14.47 | 11.00 |
Amerika Serikat | 2.693 | 2.673 | -2.00 |
Afrika Selatan | 8.66 | 8.655 | -0.50 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Harga Obligasi Turun, Tertekan Ancaman Perang Dagang AS-Eropa
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular