Resmi akan Divestasi, Ini Alasan Stanchart Lepas Bank Permata

tahir saleh, CNBC Indonesia
26 February 2019 13:19
Manajemen Standard Chartered (StanChart) siap menjual 45% kepemilikan saham di PT Bank Permata Tak (BNLI)
Foto: REUTERS/Bobby Yip
Jakarta, CNBC Indonesia - Manajemen Standard Chartered (StanChart) siap menjual 45% kepemilikan saham di PT Bank Permata Tbk (BNLI) dan berpotensi mengantongi nilai mencapai hampir US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun (asumsi Rp 14.000/dolar AS).

Manajemen StanChart juga mengungkapkan bahwa rencana pelepasan saham itu merupakan upaya perseroan melakukan reklasifikasi atas kepemilikan saham perusahaan, dan mengurangi aset tertimbang menurut risiko sebesar US$ 9 miliar.

Apalagi, dalam waktu bersamaan StanChart juga merilis rencana strategis tiga tahun yang mematok target level return on equity (ROE) atau tingkat pengembalian laba atas ekuitas mencapai di atas 10%, dari level saat ini sekitar 5%.

Tak hanya itu, bank global yang berbasis di London, Inggris itu, 
juga berkomitmen akan merestrukturisasi operasi di empat pasar berkinerja rendah yakni Korea, Indonesia, Uni Emirat Arab, dan India, kendati menegaskan tidak keluar sepenuhnya dari salah satu dari 65 negara di mana perseroan beroperasi.

StanChart memiliki jaringan internasional yang meliputi lebih dari 1.700 cabang dan lebih dari 5.800 ATM yang tersebar di wilayah Asia, Afrika dan Timur Tengah. Secara global, bank ini hadir dari 70 negara di benua Asia Pasifik, Asia Tenggara, Timur Tengah, Afrika, Inggris Raya dan Amerika.

Dalam keterangan resmi, Indonesia diklaim merupakan kontributor keenam terbesar dalam jaringan global Standard Chartered Bank. Sebagai salah satu bank tertua di Indonesia, Standard Chartered Bank telah hadir di Indonesia selama 150 tahun, sejak tahun 1863.

Dalam sebuah wawancara dengan Financial Times (FT), Bill Winters, CEO Standard Chartered Bank Group Bill Winters 
mengatakan bahwa rencana penjualan saham Bank Permata akan membebaskan modal perseroan untuk kembali kepada investor, melalui kemungkinan pembelian kembali saham (buyback) dan pendapatan dividen yang lebih tinggi yakni naik dua kali lipat pada 2021 dari level saat ini sekitar 20 sen.

"Kami sudah memiliki anggaran investasi yang sehat untuk dimasukkan ke dalam rencana perusahaan. Dengan demikian, penambahan modal harus tersedia untuk pembelian kembali dalam jangka waktu yang relatif singkat," katanya kepada Financial Times, dikutip CNBC Indonesia, Selasa (26/2/2019).

Per akhir Desember 2018, pemegang saham Bank Permata yaitu, PT Astra International Tbk (ASII) sebanyak 44,56% atau sebanyak 12,50 miliar saham, kemudian StanChart  44,56% atau 12,50 miliar saham dan Masyarakat 10,88% atau 3,05 miliar. 

Menurut catatan FT, saham StanChart kehilangan kira-kira 37% dari nilainya di Bank Permata setelah dicaplok perusahaan pada 2015. Meskipun Winters dan para eksekutifnya telah dipojokkan oleh investor yang mendesak agar manajemen memperbaiki neraca keuangan Bank Permata, tapi kini BNLI mulai berjuang memenuhi target profit.

T
ahun lalu, Bank Permata mencatatkan laba bersih sebesar Rp 901,25 miliar atau naik 20% year on year (YoY) dari tahun 2017 sebesar Rp 748,43 miliar.

Winters menolak membeberkan angka pembelian kembali, meskipun analis memperkirakan bank bisa membayar pengembalian modal sekitar US$ 1,3 miliar.
 

"Pesan intinya adalah bahwa dalam periode tiga tahun ke depan kami siap untuk melihat bahwa [kelebihan modal] dikirim kembali ke pemegang saham," kata Andy Halford, Chief Financial Officer StanChart, dikutip FT.

Menurut perhitungan FT, penjualan saham Permata oleh StanChart berpotensi mengantongi US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14 triliun berdasarkan penilaian pasar bank di Indonesia, sekaligus mengurangi aset tertimbang menurut risiko sebesar US$ 9 miliar.

Saat ini, StanChart diharuskan untuk memasukkan semua aset Permata di neraca tetapi hanya mendapat manfaat dari 45% dari keuntungan, sehingga membuat tingkat ROE berkurang.

Sebelumnya, dalam talkshow dengan Christine Tan dalam acara Managing Asia yang ditayangkan CNBC, Jumat (23/11/2018) Bill Winters menguraikan kondisi bisnis Bank Permata. Ia mengakui anak usahanya tersebut menghadapi tantangan yang berat dalam membersihkan bank yang dimilikinya bersama Astra itu.

Winters juga mengungkapkan tiga pilihan yang tersedia baginya terkait kepemilikan saham perusahaan di Bank Permata. "Beli, jual, atau tahan. Itu adalah pilihannya." Winter juga berjanji akan membuka kejelasan ini pada Februari, manajemen StanChart menepati janji kendati belum resmi memberikan pernyataan resmi ke otoritas terkait.

Simak ulasan musim merger dan akuisisi bank di Indonesia.
[Gambas:Video CNBC]


(hps) Next Article Ada Transaksi Jumbo, Saham Ini Terbang Sentuh ARA

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular