
Jelang Lelang Besok, Harga SUN Ditutup Menguat
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
25 February 2019 18:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah ditutup menguat pada perdagangan hari ini, Senin (25/2/2019), seiring dengan sentimen global terutama makin dekatnya proses damai dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 5,9 basis poin (bps) menjadi 7,89%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan masih terjadi meskipun lelang SUN secara rutin akan digelar besok, Selasa. Biasanya, menjelang lelang, pelaku pasar akan membentuk harga sehingga cenderung terkoreksi dan mengangkat yield di pasar.
Aksi itu bertujuan membuat pemerintah akan melepas SUN dengan yield yang tinggi dalam lelang, yang berarti adanya tambahan diskon harga. Besok, pemerintah akan melelang enam seri SUN, yaitu dua seri pendek dan empat seri panjang dengan target indikatif Rp 15 triliun-Rp30 triliun.
Sumber: Refinitiv
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,53 poin (0,22%) menjadi 241,53 dari posisi kemarin 241.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 523 bps, menyempit dari posisi kemarin 528 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,66% dari posisi kemarin 2,68%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 2 tahun dengan seri 5 tahun, yang berarti sedang terjadi kondisi inversi di mana lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Sumber: Refinitiv
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, posisi terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 927,17 triliun SBN, atau 37,6% dari total beredar Rp 2.465 triliun berdasarkan data per 21 Februari.
Angka kepemilikan asing masih positif atau bertambah Rp 33,92 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di India, Malaysia, Rusia, dan Afsel. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar US Treasury di AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Jelang Lelang Siang Ini, Harga SUN Malah Stagnan
Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan menguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah FR0078 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 5,9 basis poin (bps) menjadi 7,89%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Penguatan masih terjadi meskipun lelang SUN secara rutin akan digelar besok, Selasa. Biasanya, menjelang lelang, pelaku pasar akan membentuk harga sehingga cenderung terkoreksi dan mengangkat yield di pasar.
Aksi itu bertujuan membuat pemerintah akan melepas SUN dengan yield yang tinggi dalam lelang, yang berarti adanya tambahan diskon harga. Besok, pemerintah akan melelang enam seri SUN, yaitu dua seri pendek dan empat seri panjang dengan target indikatif Rp 15 triliun-Rp30 triliun.
Yield Obligasi Negara Acuan 25 Feb 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 22 Feb 2019 (%) | Yield 25 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 21 Feb'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.76 | 7.711 | -4.90 | 7.6835 |
FR0078 | 10 tahun | 7.957 | 7.898 | -5.90 | 7.8508 |
FR0068 | 15 tahun | 8.253 | 8.219 | -3.40 | 8.17 |
FR0079 | 20 tahun | 8.34 | 8.308 | -3.20 | 8.273 |
Avg movement | -4.35 |
Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. Indeks tersebut naik 0,53 poin (0,22%) menjadi 241,53 dari posisi kemarin 241.
Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 523 bps, menyempit dari posisi kemarin 528 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun lagi hingga 2,66% dari posisi kemarin 2,68%. Terkait dengan pasar US Treasury, saat ini masih terjadi inversi pada seri 2 tahun dengan seri 5 tahun, yang berarti sedang terjadi kondisi inversi di mana lebih tingginya yield seri lebih pendek dibanding seri lebih panjang.
Inversi tersebut membentuk kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang menjadi cerminan investor yang lebih meminati US Treasury seri panjang dibanding yang pendek karena menilai akan terjadi kontraksi jangka pendek, sekaligus indikator adanya potensi tekanan ekonomi bahkan hingga krisis.
Yield US Treasury Acuan 25 Feb 2019 | |||||
Seri | Benchmark | Yield 22 Feb 2019 (%) | Yield 25 Feb 2019 (%) | Selisih (Inversi) | Satuan Inversi |
UST BILL 2019 | 3 Bulan | 2.44 | 2.447 | 3 bulan-5 tahun | -3.9 |
UST 2020 | 2 Tahun | 2.5 | 2.504 | 2 tahun-5 tahun | 1.8 |
UST 2021 | 3 Tahun | 2.464 | 2.475 | 3 tahun-5 tahun | -1.1 |
UST 2023 | 5 Tahun | 2.474 | 2.486 | 3 bulan-10 tahun | -22.1 |
UST 2028 | 10 Tahun | 2.655 | 2.668 | 2 tahun-10 tahun | -16.4 |
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, posisi terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 927,17 triliun SBN, atau 37,6% dari total beredar Rp 2.465 triliun berdasarkan data per 21 Februari.
Angka kepemilikan asing masih positif atau bertambah Rp 33,92 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di India, Malaysia, Rusia, dan Afsel. Di negara maju, penguatan hanya terjadi di pasar US Treasury di AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 22 Feb 2019 (%) | Yield 25 Feb 2019 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.93 | 8.93 | 0.00 |
China | 3.148 | 3.178 | 3.00 |
Jerman | 0.098 | 0.114 | 1.60 |
Perancis | 0.518 | 0.535 | 1.70 |
Inggris | 1.159 | 1.166 | 0.70 |
India | 7.604 | 7.593 | -1.10 |
Italia | 2.852 | 2.769 | -8.30 |
Jepang | -0.038 | -0.035 | 0.30 |
Malaysia | 3.897 | 3.893 | -0.40 |
Filipina | 6.333 | 6.346 | 1.30 |
Rusia | 8.44 | 8.39 | -5.00 |
Singapura | 2.167 | 2.17 | 0.30 |
Thailand | 2.5 | 2.505 | 0.50 |
Turki | 14.74 | 14.73 | -1.00 |
Amerika Serikat | 2.688 | 2.668 | -2.00 |
Afrika Selatan | 8.84 | 8.68 | -16.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
(tas) Next Article Jelang Lelang Siang Ini, Harga SUN Malah Stagnan
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular