Simak Penjelasan Lengkap Bos BI Soal Deflasi Hingga Rupiah

Monica Wareza, CNBC Indonesia
22 February 2019 19:18
Hal itu disampaikan Perry selepas menunaikan Shalat Jumat di Masjid Baitul Ihsan, Komplek Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Foto: Rapat Dewan Gubernur BI (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memberikan perkembangan terbaru mengenai inflasi dalam negeri dan aliran modal asing masuk di pasar keuangan. Hal itu disampaikan Perry kepada wartawan selepas menunaikan Shalat Jumat di Masjid Baitul Ihsan, Komplek Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Jumat (22/2/2019).

Inflasi

Pertama dengan terkait perkembangan harga-harga, menurut survei pemantauan harga yang kami lakukan, survei Bank Indonesia dari 46 kantor perwakilan Bank Indonesia dari seluruh daerah menunjukkan bahwa harga-harga tetap terkendali.

Berdasarkan survei pemantauan harga sampai dengan minggu ketiga Februari kita perkirakan akan terjadi deflasi sebesar 0,07% month to month (MtM). Kalau dihitung year on year (YoY) perkiraan kami untuk Februari 2019 sesuai dengan pemantauan harga sampai minggu ketiga tadi adalah 2,58% YoY.

Jadi ini lebih rendah dibandingkan realisasi inflasi pada bulan Januari sebagaimana kita ketahui pada bulan Januari ada inflasi 0,32%. Bulan ini kita perkirakan ada deflasi minus 0,07%. Kalau Januari YoY 2,82%, kita perkirakan di Februari ini 2,58%.

Semua harga-harga itu terkendali, bahkan mengalami penurunan. Deflasi tercatat di sejumlah harga pangan seperti cabe merah deflasi -0,07%, demikian juga daging ayam ras, kemudian bawang merah deflasinya -0,06%, telur ayam ras deflasi -0,05% dan demikian juga sejumlah komoditas lain, cabe rawit juga -0,02%. Bensin juga deflasi -0,07% khususnya untuk bahan bakar nonsubsidi karena harga minyak dunia itu turun.


Dana asing
Yang kedua update mengenai aliran portofolio inflow asing yang masuk ke Indonesia year to date (ytd) sampai dengan tanggal 21 Februari 2019 inflow-nya adalah Rp 45,9 triliun. Terdiri dari inflow pada Surat Berharga Negara (SBN) itu adalah Rp 33,9 triliun, sementara inflow pada saham Rp 11,3 triliun. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) masih sama Rp 1,1 triliun.

Nah, inflow sampai dengan 21 Februari 2019 yang sebesar Rp 45,9 triliun ini sudah lebih besar dengan keseluruhan inflow pada 2018, seluruh tahun 2018. Tahun 2018 keseluruhannya untuk satu tahun total inflow-nya Rp 13,9 triliun, terutama terjadi pada SBN Rp 20,1 triliun, sementara sahamnya tahun lalu terjadi outflow Rp 6,5 triliun.

Ini menunjukkan bahwa confident investor dalam dan luar negeri terhadap kondisi ekonomi kita itu sangat baik sehingga terbukti dari terus masuknya aliran modal asing masuk baik di saham dan obligasi pemerintah. Sebagaimana lelang obligasi pemerintah itu mengalami over subscribed, demikian juga harga saham terus mengalami peningkatan.


Rupiah
Jadi dari dua indikator tadi menunjukkan bahwa harga-harga terkendali. Sehingga mengkonfirmasi perkiraan kami inflasi akan lebih rendah dari 3,5%. Dari aliran modal asing masuk terus masuk cukup besar dan ini menunjukkan confident dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah ke depan.

Seperti kami sampaikan kemarin kami melihat bahwa nilai tukar rupiaih ke depan akan bergerak stabil dan kita melihat bahwa nilai tukar sekarang masih undervalued. Dengan demikian ke depan stabilitas nilai tukar akan didukung oleh empat hal, satu masuknya aliran modal asing yang menambah supali valas di dalam negeri.

Kedua kondisi fundamental yang lebih baik dari sisi pertumbuhan, inflasi yang rendah, current account deficit (CAD) yang menurun. Yang ketiga Fed Fund Rate (FFR) yang lebih rendah, yang semula tiga kali lalu kita turunkan (prediksinya) dua kali dan kita perkirakan FFR hanya naik satu kali. Keempat, mekanisme pasar yang memang terus semakin baik, baik di pasar tunai, swap maupun Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).



(miq/miq) Next Article AS Kasih Kepastian, Ini Ramalan Pergerakan Rupiah dari Bos BI

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular