
Operasi Pasar Bank Indonesia Gagal, Yield Obligasi Tembus 8%
Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
08 May 2019 19:01

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah kembali terkoreksi pada perdagangan Rabu ini (8/5/2019) dan membuat tingkat imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN) seri 10 tahun yang menjadi acuan akhirnya tembus angka psikologis 8,02%.
SUN tenor 10 tahun adalah seri yang paling dijadikan acuan di pasar obligasi, baik di pasar domestik maupun internasional.
Koreksi harga ini masih terjadi di tengah tekanan sentimen negatif global yaitu perang dagang AS-China, pertumbuhan ekonomi AS, dan data cadangan devisa (cadev) valas Indonesia yang tergerus.
Data Bank Indonesia mencatat cadev pada akhir April 2019 sebesar US$ 124,3 miliar, turun US$ 200 juta dari posisi Maret 2019 sebesar US$ 124,5 miliar.
Dari global, sentimen negatif yang bertubi-tubi kembali membuat pelaku pasar menyasar instrumen yang dianggap lebih aman, salah satunya obligasi Bund di Jerman yang membuat harganya naik dan yield-nya turun ke bawah 0%.
Turunnya harga obligasi dan nilai tukar rupiah hari ini masih terjadi meskipun bank sentral dikabarkan melakukan intervensi di kedua pasar. Koreksi yang terjadi hingga Rabu ini juga membentuk tren pelemahan yang tidak terputus selama 12 hari terakhir.
Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 6,8 basis poin (bps) menjadi 8,6%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Kepada CNBC Indonesia, dua orang pelaku pasar obligasi menyatakan ada operasi pasar dilakukan BI di pasar valas dan pasar SUN, meskipun tidak mampu menyeimbangkan tekanan jual investor hingga menekan harga dan mengangkat yield SUN 10 tahun sampai menembus 8%.
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,74 poin (0,3%) menjadi 243,25 dari posisi kemarin 243,99.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 559 bps, melebar dari posisi kemarin 540 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,43% dari posisi kemarin 2,52%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 959,91 triliun SBN, atau 38,32% dari total beredar Rp 2.505 triliun berdasarkan data per 6 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 66,66 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya 0,43% dan 0,11%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas yaitu di China, india, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Di negara maju, penguatan juga terjadi di banyak negara yaitu di pasar bund Jerman, OAT Perancis, gilt Inggris, dan US Treasury AS.
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan soal cadev per April 2019, kok turun?
[Gambas:Video CNBC]
(irv/tas) Next Article Hei Investor Ritel, Ini Rencana Penerbitan SUN Pemerintah
SUN tenor 10 tahun adalah seri yang paling dijadikan acuan di pasar obligasi, baik di pasar domestik maupun internasional.
Koreksi harga ini masih terjadi di tengah tekanan sentimen negatif global yaitu perang dagang AS-China, pertumbuhan ekonomi AS, dan data cadangan devisa (cadev) valas Indonesia yang tergerus.
Data Bank Indonesia mencatat cadev pada akhir April 2019 sebesar US$ 124,3 miliar, turun US$ 200 juta dari posisi Maret 2019 sebesar US$ 124,5 miliar.
Dari global, sentimen negatif yang bertubi-tubi kembali membuat pelaku pasar menyasar instrumen yang dianggap lebih aman, salah satunya obligasi Bund di Jerman yang membuat harganya naik dan yield-nya turun ke bawah 0%.
Turunnya harga obligasi dan nilai tukar rupiah hari ini masih terjadi meskipun bank sentral dikabarkan melakukan intervensi di kedua pasar. Koreksi yang terjadi hingga Rabu ini juga membentuk tren pelemahan yang tidak terputus selama 12 hari terakhir.
Turunnya harga SUN itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah adalah FR0079 yang bertenor 20 tahun dengan kenaikan yield 6,8 basis poin (bps) menjadi 8,6%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Kepada CNBC Indonesia, dua orang pelaku pasar obligasi menyatakan ada operasi pasar dilakukan BI di pasar valas dan pasar SUN, meskipun tidak mampu menyeimbangkan tekanan jual investor hingga menekan harga dan mengangkat yield SUN 10 tahun sampai menembus 8%.
Yield Obligasi Negara Acuan 7 Mei'19 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 7 Mei'19 (%) | Yield 8 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 8 Mei'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.505 | 7.529 | 2.40 | 7.5088 |
FR0078 | 10 tahun | 7.975 | 8.026 | 5.10 | 8.0106 |
FR0068 | 15 tahun | 8.489 | 8.503 | 1.40 | 8.5016 |
FR0079 | 20 tahun | 8.532 | 8.6 | 6.80 | 8.579 |
Avg movement | 3.92 |
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.
Indeks tersebut turun 0,74 poin (0,3%) menjadi 243,25 dari posisi kemarin 243,99.
Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 559 bps, melebar dari posisi kemarin 540 bps.
Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,43% dari posisi kemarin 2,52%.
Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu (DJPPR) terakhir menunjukkan investor asing menggenggam Rp 959,91 triliun SBN, atau 38,32% dari total beredar Rp 2.505 triliun berdasarkan data per 6 Mei.
Angka kepemilikannya masih positif atau bertambah Rp 66,66 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 37,71% pada periode yang sama.
Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang, yang masing-masingnya 0,43% dan 0,11%.
Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi secara luas yaitu di China, india, Malaysia, Singapura, dan Thailand.
Di negara maju, penguatan juga terjadi di banyak negara yaitu di pasar bund Jerman, OAT Perancis, gilt Inggris, dan US Treasury AS.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 7 Mei'19 (%) | Yield 8 Mei'19 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil | 8.88 | 8.88 | 0.00 |
China | 3.364 | 3.349 | -1.50 |
Jerman | -0.038 | -0.06 | -2.20 |
Perancis | 0.326 | 0.321 | -0.50 |
Inggris | 1.158 | 1.097 | -6.10 |
India | 7.383 | 7.373 | -1.00 |
Jepang | -0.052 | -0.048 | 0.40 |
Malaysia | 3.795 | 3.779 | -1.60 |
Filipina | 5.838 | 5.846 | 0.80 |
Rusia | 8.15 | 8.15 | 0.00 |
Singapura | 2.194 | 2.181 | -1.30 |
Thailand | 2.46 | 2.455 | -0.50 |
Amerika Serikat | 2.448 | 2.43 | -1.80 |
Afrika Selatan | 8.58 | 8.6 | 2.00 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
Simak ulasan soal cadev per April 2019, kok turun?
[Gambas:Video CNBC]
(irv/tas) Next Article Hei Investor Ritel, Ini Rencana Penerbitan SUN Pemerintah
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular